..."Racun di tangan kanan ku, cemeti di tangan kiri ku lalu dua buah topeng di wajah ku. Mampukah kamu bertahan amukan ku?"...
...~ Chalya Aleth Arambel ~...
.......
.......
.......
.......
.......
Festival masih berlangsung tapi inti dari festival masih belum berlangsung. Kata Wasa, intinya adalah pembacaan surat dari Pangeran Mahkota pada rakyat yang diwakilkan oleh Sekretaris Kerajaan. Baru setelahnya hadiah dari Pangeran Mahkota dan dansa yang dilakukan besar-besaran disini.
Dan sekarang Beryl berada di tengah-tengah pertunjukan atraksi sulap setelah beberapa saat mengikuti lelaki misterius itu. Sebenarnya Beryl sudah melihat beberapa pertunjukan karna mengikuti langkah lelaki misterius itu. Mulai dari pertunjukan topeng, pertunjukan opera, pertunjukan gelut, pertunjukan pedang, pertunjukan dansa hingga atraksi sulap. Semua dia lakukan tanpa berpikir panjang namun seperti nya Wasa tak masalah. Dia bahkan bertanya berulang kali pada Beryl.
"Apakah kamu menyukai pertunjukannya? atau adakah yang mau kamu lakukan lagi?"
Maaf Wasa, aku merasa bersalah bila kamu terus bertanya begitu.
Memang awalnya Beryl menikmati pertunjukan bola api. Tapi setelah mata nya dan mata lelaki misterius itu beradu pandang dada Beryl berdebar dan perasaan nya menjadi tak karuan. Jadi saat laki-laki itu memutuskan pergi, Beryl dengan cepat mengikuti nya agar dia tak kehilangan jejak nya tanpa memikirkan Wasa.
Saat Wasa pergi untuk memberikan uang pada mereka yang sedang menunjukan atraksi sulap, lelaki misterius yang berdiri tak jauh dari Beryl pun pergi. Beryl langsung mengikuti nya tanpa menunggu Wasa kembali. Dia akan menemui Wasa nanti, sekarang dia harus segera mendekati lelaki itu.
Sekarang pikiran Beryl hanya terfokus pada lelaki misterius itu jangan sampai dia kehilangan jejak nya.
Lelaki itu berjalan begitu cepat. Beryl bahkan setengah berlari untuk mengikuti nya. Namun tak berapa lama dia berhenti mendadak dan menoleh ke arah kanan.
Eehh, kenapa berhenti? apa aku ketahuan?
Beryl mengkesampingkan tubuh nya dan berpura-pura melihat mainan di tangan nya tapi mata nya mengawasi orang itu dari sini.
Dia tidak sadarkan kalau aku mengikutinya?
Beryl mencoba melihat nya lalu melihat mainan nya kembali. Tapi saat dia ingin melihat lagi ke arah laki-laki itu, dia sudah pergi. Dengan perasaan kaget dan langkah yang lebar Beryl mengikuti nya kembali.
Lelaki misterius itu berjalan lebih cepat, Beryl bahkan berlari lebih cepat untuk mengikuti nya. Nafas nya sungguh sangat pendek bila berlari dan membuat nya cepat lelah dalam sesaat.
Karna lelah Beryl berhenti mengikuti nya. Lelaki misterius itu masih berjalan tanpa melihat ke belakang. Beryl merasa dia sadar kalau ada orang yang mengikuti nya. Punggung lelaki itu makin menjauh ke dalam jalan yang gelap lalu menghilang dari padangan.
Beryl menyerah mengikuti nya dan berniat berbalik arah menuju atraksi sulap tadi untuk menemui Wasa. Tapi langkah nya terhenti ketika melihat sebuah sapu tangan yang hampir saja dia injak.
Beryl mengambil nya dan memperhatikan lambang disapu tangan itu. Sebuah lambang Burung Chough Alpen dengan pisau belati bermata dua di paruhnya. Juga sebuah nama yang tertera di bawah kaki burung itu, Ortpe.
Burung Chough Alpen merupakan burung yang mampu terbang tinggi diketinggian 8000 meter dan membangun sarang diketinggian 6500 meter. Beryl tahu burung ini karna pernah melihatnya disalah satu buku yang pernah Nenek belikan.
Namun, apakah ini sebuah simbol dari sesuatu? Apa dari golongan kelompok?
"Hei anak yang ditakdirkan!" panggil seseorang.
Beryl menoleh pada sumber suara itu dan mendapati seorang pria tua buruk rupa yang berjalan menghampiri nya. Dilihat dari pakaian nya bukanlah seorang bangsawan juga bukan seperti rakyat biasa yang Beryl lihat difestival ini. Dia memakai pakaian seperti gelandangan namun entah kenapa aku bisa merasakan aura kuat dari dirinya.
Siapa orang ini?
"Bisakah kamu tunjukan apa yang ada di tangan mu itu?" tanya nya.
Beryl berpikir harus menolak nya. Dia kan tidak tahu dunia seperti apa yang dia tempati ini. Beryl juga harus waspada pada orang asing karna bisa saja nyawa nya jadi ancaman.
"Tidak saya sedang sibuk!" tolak Beryl.
Dia berniat untuk pergi dari tempat ini dan dari pria tua itu. Namun ucapan selanjutnya yang keluar dari pria itu membuat langkah kakinya berhenti.
"Aku tebak pasti itu sebuah sapu tangan terlarang," celetuknya.
"Sapu tangan itu tidak pernah lagi terlihat semenjak peristiwa pembantaian massal," lanjut nya.
Beryl hanya diam dan berpikir harus bersikap seperti apa. Haruskah dia melanjutkan langkah atau berbalik dan mendengar ucapan pria tua ini lebih lanjut?
"Apa kamu mau tahu lanjutan nya?" tanya nya.
Tapi Beryl masih diam diposisi nya. Pria tua itu tak berbicara lagi. Dia pikir orang itu sudah pergi jadi dia memutuskan untuk menghiraukan nya dan langsung menghampiri Wasa. Tapi sebuah tepukan di pundak kanan nya membuat Beryl terkejut.
"Jangan sembarangan menyentuh ku!"
Beryl menepis tangan itu dari pundak nya.
Tapi tak ada ekspresi yang ditunjukan pria tua itu setelah tepis kasar dari Beryl. Wajah yang datar tanpa ekspresi itu menatap Beryl dengan tajam.
"Baiklah... Aku juga tak bisa berlama-lama disini. Aku hanya katakan bahwa petunjuk pertama mu telah terungkap. Kamu hanya perlu mencari penjelasan nya lebih lanjut. Jangan coba-coba dekati orang yang kamu ikuti tadi secara gegabah! Kamu tidak tahu pisau belati bermata dua di tangan nya akan menusuk mu. Percayalah pada sesuatu yang kamu yakini dari hati lalu periksa lagi adakah sesuatu yang hilang dari mu? pencurinya berada didekat mu."
Pria tua itu memberikan Beryl peringatan. Untuk sekejap Beryl merasa takut. Seakan-akan memang ada bahaya yang mengincar nya. Tapi setelah mengucapkan itu pada Beryl, pria tua itu langsung pergi tapi Beryl hendak mencegah nya.
Pertanyaan! ada yang ingin ku tanyakan pada pria tua ini.
"Apa maksud—"
"Jangan bertanya padaku. Aku hanya menyampaikan sebagai bekal mu untuk bertahan hidup didunia ini. Sesuatu yang kamu pilih harus bisa kamu pertanggung jawabkan!" tekan nya.
Beryl menatap heran pria tua di hadapan nya. Dia tak meminta nya untuk memberikan sebuah peringatan apalagi nasehat. Pria tua itu yang datang dengan sendiri pada nya lalu memberi nya peringatan. Dan saat Beryl belum menyelesaikan perkataan nya, dia melarang Beryl untuk bertanya apa maksud dari ucapan nya.
Harus bagaimana aku bersikap pada pria tua ini?
Beryl memutar otak nya hingga teringat satu pertanyaan pria ini yang belum dia jawab.
Apa karna aku tak menjawab pertanyaan nya jadinya dia memberi ku peringatan? Atau...
"Aku tahu apa yang kamu pikirkan tapi aku tak bisa mengatakan nya," ucap nya.
Baiklah, kalau memang tak bisa mengatakan nya tapi apa pertanyaan nya tadi masih berlaku?
"Maafkan saya bila tadi bersikap kurang aja," tutur Beryl sopan.
Point pertama untuk memperbaiki hubungan harus lah meminta maaf.
"Tapi apa maksud anda tentang sapu tangan dengan pembantaian massal?"
Dia hanya diam sebentar lalu menatap Beryl sedih.
"Ortpe... dilambang itu terdapat kata Ortpe. Ortpe merupakan salah satu nama keluarga terkuat di kerajaan ini tapi semua anggota keluarga nya mati mengenaskan dalam pembantaian massal setelah salah satu anggota keluarga nya di duga di bunuh. Tak ada yang bisa bebas dari pembantaian itu kecuali satu orang. Dan pembantaian massal ini bukan hanya terjadi pada keluarga Ortpe saja tapi juga pada keluarga lain nya. Salah satu diantara nya ada yang namanya haram untuk disebutkan."
Ucapan pria tua ini membuat perasaan Beryl mendadak gelisah, "Apa nama keluarganya?"
Dia tidak menjawab dan langsung berjalan menjauh dari Beryl. Beryl yang hendak mengejar nya harus terhenti ketika sebuah tangan menarik nya dan membuat Beryl kehilangan keseimbangan hingga tak sengaja membenturkan kepala nya ke dada seseorang.
"Aku mencarimu dari tadi, kemana saja kamu, Beryl?!" tanya Wasa cemas.
Beryl melepaskan genggaman tangan Wasa lalu menarik nafas. Menenangkan perasaan yang gelisah ini harus lebih dulu dia lakukan dibandingkan menjawab pertanyaan Wasa.
Sapu tangan yang dia dapati tadi langsung di simpan dibalik jubah nya. Melihat keacuhan Beryl kedua tangan Wasa membalikan tubuh nya hingga membuat Beryl menghadap diri nya.
"Tadi aku tersesat saat melihat-lihat festival ini," jawab Beryl berbohong.
Maaf Wasa...
"Harusnya kamu menunggu ku. Kita bisa pergi bersama dan tak akan tersesat," tutur Wasa.
Kalau aku mengajak mu mungkin sudah jadi arena baku hantam dengan lelaki misterius itu. Dan aku tak akan bisa bertemu pria tua yang memberikan ku peringatan, Wasa.
Tapi Beryl tak bisa mengatakan seperti itu pada lelaki ini.
"Iya, lain kali aku tak akan begini."
Wasa hanya mengangguk lalu menarik tangan Beryl untuk mengikuti nya. Beryl mengikuti Wasa dengan pasrah. Setidaknya Wasa tidak khawatir lagi, itu sudah cukup membuat nya bersyukur.
"Kita mau kemana?" tanya Beryl yang mencoba mensejajarkan langkah.
"Ke inti festival, kita harus kesana!" seru nya.
Tak jauh dari tempat tadi, Beryl, Wasa dan rakyat lain nya berkumpul melingkari seseorang. Wasa bilang orang yang di tengah itu adalah Sekretaris Kerajaan yang bertugas menyampaikan pesan Pangeran Mahkota.
Setelah rakyat berkumpul Sekretaris Kerajaan yang bertugas langsung menyampaikan pesan Pangeran Mahkota, Beryl mendengarkan nya dengan seksama dan menangkap sebuah nama yang tak asing.
Yang Mulia Pangeran Mahkota Aksa Oliga de Ramor? entah dimana nama ini pernah ku dengar.
Pembacaan pesan Pangeran Mahkota berlangsung hanya beberapa saat kemudian semua rakyat yang berkumpul diberi satu buah permata per-orang sebagai hadiah diangkat nya Pangeran Mahkota. Semua rakyat mendapatkan nya dengan bahagia, begitu juga dengan Beryl
Permata ini bisa ku jual dan menghasilkan uang, setelah festival ini aku akan menjual nya!
Beryl menatap ke arah Wasa yang juga ikutan dapat satu buah permata. Namun dia tiba-tiba memberikan nya pada Beryl.
"Buat kamu aja, aku udah ada uang."
"Eh tapi ini kan hadiah dari Pangeran Mahkota. Sayang banget kalau kamu kasih ke aku," ucap Beryl menolak permata itu.
"Gak apa-apa. Aku udah punya banyak di rumah. Buat kamu aja, nih ambil."
Wasa meletakkan permata punya nya ke tangan Beryl.
"Tapi— aahh iya ya... Kenapa aku lupa sama penampilan mu yang wah itu! Apalagi kamu seorang Ksatria nya Pangeran Mahkota pasti dapat lebih banyak permata ya," ujar Beryl lesu.
Lelaki ini tentu saja lebih kaya dibanding aku.
"Ya bisa dibilang begitu," jawab Wasa canggung.
"Tapi jangan lesu gitu dong! Aku kan berteman dengan mu gak mandang status." tutur Wasa.
"Ya sudah deh, kalau kamu paksa aku akan terima aja. Tapi kira-kira berapa uang yang akan ku dapat kalau permata ini ku jual ya?" tanya Beryl.
Walau begitu Beryl tetap menerima permata nya.
Aku kan sedang tidak punya uang.
Wasa sedang berpikir mengenai pertanyaan Beryl. Beryl memperhatikan mimik wajah Wasa yang sedang berpikir. Ternyata Wasa terlihat lucu kalau sedang berpikir, apalagi alisnya yang naik ke atas.
Beryl yang asik memperhatikan wajah nya tiba-tiba Wasa menoleh ke arah Beryl. Mata mereka bertemu tapi tak lama setelah itu Wasa bergaya seperti seorang model di hadapan Beryl.
"Bagaimana, aku tampan kan?"
Beryl langsung menggeleng cepat tapi reaksi nya membuat Wasa tak terima.
"Pagi tadi aja kamu bilang aku tampan tapi sekarang berubah," cerca Wasa
"Aku salah lihat tadi pagi."
Tapi Wasa tetap tidak terima dan mendekatkan wajah nya pada Beryl. Sedikit lagi hidung mereka akan bersentuhan. Melihat tindakan Wasa yang tiba-tiba membuat Beryl langsung refleks mencubit lengan nya. Itu membuat Wasa seketika menjerit.
"Iihh! kok dicubit."
Wasa mengusap-usap kulit tangan nya yang barusan Beryl cubit dengan kuat.
"Mending dicubit daripada ditampar. Emang kamu mau aku tampar?" lanjut Beryl lalu memalingkan wajah dari Wasa.
Lelaki ini berbahaya sekali untuk kesehatan jantung ku.
"Hanya kamu satu-satu nya wanita yang berani mencubit ku tanpa takut," bisik Wasa di telinga nya.
"Apa ini sebuah pujian?" sindir Beryl.
Beryl mencoba menjauh dari tubuh Wasa tapi Wasa hanya tertawa lebih keras dan tak menjawab pertanyaan nya.
Beryl menatap nya sebal.
"Aahh... mengenai pertanyaan mu tadi mungkin kalau dijual harga persatuan nya tiga koin perak tapi tergantung di mana kamu menjual nya, " jawab Wasa.
"Kamu sudah tahu mau menjual kemana?" tanya nya lagi
Beryl menggeleng, dia tak tahu apa-apa disini. Bagaimana bisa menjualnya begitu saja, mungkin nanti dia akan ditipu karna tak tahu apa-apa.
"Sini aku bantu jualkan biar dapat uang nya lebih banyak," tawar Wasa.
Bisakah aku mempercayai nya? kata nya dia sudah berteman dengan ku sejak umur 10 tahun. Hmm baiklah... aku akan mencoba mempercayai nya.
Beryl agak was-was karna dulu dia juga pernah ditipu seseorang yang sudah dia anggap akrab. Memang gak banyak sih tapi ini soal rasa percaya dan setelahnya Beryl minim sekali percaya pada orang lain.
"Ini..."
Beryl menyerahkan dua buah permata pada Wasa.
"Besok aku serahkan uang nya pada mu. Sekarang ayo kita ikuti mereka!" seru Wasa.
Dia angsung menarik Beryl kearah orang-orang yang sedang berpasangan.
Aah setelah ini acara dansa bersama ya?
Beryl melihat sekeliling nya. Semua orang berpasangan, baik yang muda, yang tua maupun anak-anak. Wajah mereka terlihat bahagia. Beryl jadi teringat sesuatu. Sebelum dia datang kesini, dia juga melihat hal seperti ini saat menuju tempat wisata.
Aku iri...
"Ayo!!" Ajak Wasa.
"Aku tak bisa dansa. Kamu dengan yang lain saja," Beryl menolaknya.
"Lagiankan kita sedang menyembunyikan identitas, kalau kita berdansa kita akan terlihat mencolok," lanjut nya.
"Iya juga, sayang sekali..." lirih Wasa.
Jadi, Beryl dan Wasa hanya menonton saja pertunjukan dansa di hadapan mereka. Saat alunan lagu berputar semua orang yang berpasangan bergerak sesuai irama. Indah sekali!
Tiba-tiba Beryl teringat sapu tangan dan peringatan pria tua itu.
Kemana aku harus cari info lebih lanjut mengenai peringatan nya?
"Ada apa lagi? Wajah mu selalu saja terlihat sedang berpikir serius," sahut Wasa.
Bagaimana kalau aku bertanya pada Wasa mengenai ini? Aahh tidak! aku tidak boleh bertanya sembarangan. Ta... tapi bukankah aku memberi sedikit ruang untuk mempercayainya? haruskah ku tanyakan?
"Katakan saja kalau ada yang menganjal, sebisa mungkin aku akan membantu mu," lanjut nya.
Baiklah, aku akan mencoba.
"Apakah kamu tahu tentang Ortpe?" tanya Beryl dengan hati-hati.
Wasa menunjukan wajah kaget nya!
Tuh kan pasti ini hal yang dilarang untuk ditanyakan sembarangan. Duh...!
"Tidak jadi, aku tak jadi bertanya itu," ucap Beryl.
"Dari mana kamu tahu tentang itu?" tanya Wasa
Aku diam, aku tak boleh menjawab lebih.
"Beryl..."
Wasa memanggil nama Beryl dan membuat nya mau tak mau untuk melihat Wasa.
"Untuk lebih nya aku tak ingin memberitahu mu tapi karna aku tak tahu maka nya aku bertanya pada mu," jawab Beryl jujur.
"Ayo ikut aku!"
Wasa menarik tangan Beryl menjauhi kerumunan dan membawa nya kesalah satu lorong sempit yang hanya bisa dilalui satu orang.
"Dengar, nama itu tidak bisa kamu sebut sembarangan! Karna kamu bisa saja terkena masalah kalau tak berhati-hati."
Wasa memberi nya peringatan, sama seperti pria tua tadi.
"Aku akan memberitahu mu tapi kamu harus janji untuk tidak bertanya tentang nama ini pada orang lain, janji?" tanya Wasa.
Tapi Beryl hanya diam.
"Berjanjilah Beryl, ini untuk kebaikan mu," lanjut Wasa.
Beryl akhirnya mengangguk tanda setuju dan berjanji pada nya.
Sebenarnya seberapa bahaya nama itu disini?
"Ortpe adalah salah satu keluarga terkuat di kerajaan ini dan termasuk dalam keluarga kerajaan karna terdapat hubungan yang sah antara keluarga Ortpe dengan pihak Kerajaan. Yang Mulia Ratu terdahulu adalah salah satu Keluarga Ortpe namun setelah terbunuhnya Ratu karna racun membuat keluarga nya dibantai oleh pihak kerajaan. Semuanya mengenal dengan peristiwa Pembantaian Massal Keluarga Ortpe. Kamu tahu kan Pangeran Mahkota Aksa Oliga de Ramor? Beliau adalah anak dari Yang Mulia Ratu Serrez Nar Orpte. Hanya anak Ratu saja yang masih hidup namun Pangeran Mahkota tidak memakai gelar Keluarga Ortpe dari ibu nya."
Wasa menjelaskan dengan suara pelan dan penuh kehati-hatian.
Jadi seperti itu, pantesan saja harus berhati-hati membicarakan keluarga yang termasuk keluarga kerajaan!
"Aku paham yang kamu sampaikan tapi mengapa terbunuh nya Ratu membuat keluarga nya ikut dibantai? Bukankah itu tak wajar? Apalagi katanya merupakan ada hubungan sah dengan keluarga kerajaan karna menikah dengan Raja de Ramor," tanya Beryl.
"Itu karna pelaku pembunuhan Ratu adalah dari pihak Keluarga Ortpe karna itu Raja memerintahkan untuk membantai mereka kecuali Pangeran Mahkota yang saat itu tak ikut terlibat," jawab Wasa.
Jadi, apa yang pria tua itu maksud adalah Pangeran Mahkota dan Ratu terdahulu tapi katanya ada satu keluarga lagi yang haram disebutkan nama nya. Apa harus aku tanya lagi?
Namun entah mengapa ada sesuatu yang menganjal dari jawaban Wasa tadi.
Tidak mungkinkan keluarga Ratu yang melakukan nya? Tidak mungkin mereka membunuh Ratu yang saat itu posisinya lebih tinggi dari mereka. Biasanya keluarga akan saling melindungi anggota keluarga nya.
Beryl berpikir seperti itu. Tapi dunia yang dia tempati sekarang ini mungkin saja berbalik dengan dunia nya dulu.
"Apa ada lagi yang ingin kamu tanyakan, Beryl?" tanya Wasa.
"Tidak!" sahut Beryl cepat.
Beryl menahan rasa penasaran nya mengenai ini. Bagi nya informasi ini setidaknya cukup untuk dirinya. Apalagi mereka berada di tempat yang tak tepat. Lain kali Beryl akan bertanya pada Wasa lebih lanjut.
"Ya sudah kita pulang saja, ya? Sudah tengah malam juga."
Wasa mengajak nya pulang.
Iya lebih baik pulang saja.
Beryl mengikuti langkah Wasa menuju tempat kuda yang dia ikatkan tadi. Namun tanpa Beryl sadari ada seseorang yang jarak nya tak terlalu jauh dari mereka sedang memantau Beryl pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Mei Shin Manalu
hayoo loo... Siapa itu yg suka mantau dri kejauhan??
2023-01-25
0