..."Tahukah kamu satu hal yang sering Ku pikirkan? Bila dulu Aku tidak bertemu dengan mu, Aku pasti tidak akan sebahagia ini walau hanya sebatas teman."...
...~ Wasa Noren Moizs ~...
.......
.......
.......
.......
.......
Matahari sudah terbenam beberapa waktu yang lalu dan angin dingin mulai bertiup sedikit kencang dari arah utara. Tidak ada terlihat penerangan disekitar rumah tua ini atau memang hanya ada rumah tua ini saja? Beryl kembali menutup pintu rumah dan masuk kedalam.
Dia duduk dikursi tua dan memandang ke arah perapian yang tadi dibuat oleh lelaki itu.
Aahh Wasa... dia meminta ku untuk memanggilnya begitu kalau tidak dia akan marah seperti tadi.
"Lain kali panggil nama ku, Wasa. Kalau tidak aku akan marah, Beryl."
Wasa menatap Beryl dengan tajam. Dia sedikit takut tapi setelah nya Wasa tertawa karna menertawakan ekspresi takut Beryl.
Perasaan Beryl memang masih tak nyaman bila mengingat Wasa yang notabenenya berbahaya. Apalagi dengan julukan nya itu tapi menurut Beryl, Wasa terlihat baik kepada nya. Saat Beryl terdiam memikirkan tentang lelaki itu, Wasa langsung sigap mengambilkan tanaman obat untuk Beryl.
Dengan telaten Wasa mengoleskan lidah buaya pada luka di kaki dan tangan Beryl. Lalu membalutkan perban menggunakan kain dikotak tadi. Beryl hanya diam menerima perlakuan Wasa, dia hanya memperhatikan gerakan Wasa.
Dia cukup telaten merawat luka. Apa karna dia sering dimedan tempur?
"Sudah selesai. Ini akan sembuh untuk beberapa hari ke depan," tutur Wasa.
Dia berdiri dari sikap jongkok nya dan menata wajah Beryl dengan seksama.
Beryl hanya mengangguk tanda paham. Dia ingin mengucapkan terima kasih namun rasa nya ragu. Beryl hanya tak mau Wasa menertawakan nya seperti tadi.
"Te... terima kasih, Wasa."
Suasana kembali sepi. Wasa tak menanggapi ucapan Beryl. Dan banyak pertanyaan dikepala Beryl tentang ucapan nya barusan.
Apakah dia tidak mendengar perkataan ku? Apa Aku salah ucap lagi?
Namun sebuah tangan mendarat di kepala nya. Wasa mengusap kepala Beryl dengan perlahan tanpa melepaskan tatapan mata nya.
"Baiklah, lain kali jangan sampai terluka," jawab Wasa dan tersenyum pada nya.
Manis!
Beryl merasakan gerah di tubuh nya lalu menjalar hawa panas di sekitaran pipi nya.
Menurut Beryl lelaki di hadapan nya saat ini terlihat begitu manis dengan senyum nya. Seumur hidup nya, dia belum pernah melihat lelaki memperlakukan nya seperti ini.
Bagaimana tidak? Beryl terpaksa bergaul dengan orang-orang yang sudah berumur di kantor nya. Lalu dia tidak punya teman dekat baik perempuan atau laki-laki. Kemudian tanpa alasan yang jelas dia sudah terbangun pada sebuah tempat yang gak dia ketahui. Dan mendadak mempunyai seorang teman lelaki yang kata nya sudah berteman dengan Beryl sejak mereka berumur 10 tahun.
Ini begitu tiba-tiba. Beryl yang awalnya berada ditempat wisata tiba-tiba terjatuh dan terbangun di hutan lalu sekarang dia berada dirumah tua yang sudah usang.
Apakah ini hanya sebuah kebetulan? apakah bertemu dengan lelaki ini adalah sebuah kebetulan saja? apakah nanti bila aku tertidur lagi aku berada di tempat awal?
Beryl tidak menemukan jawaban atas pertanyaan nya sendiri. Dia butuh petunjuk!
"Ada apa? ekspresi mu berubah?"
Wasa menepuk bahu Beryl dengan pelan.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya sedikit pusing," kilah Beryl.
Maaf Wasa, aku masih belum bisa menceritakan ini dan aku belum percaya pada mu.
"Ya sudah kamu istirahat aja sana. Aku mau buat teh jahe untuk meredakan pusing mu."
Beryl melihat punggung nya mulai menjauh dari balik jendela, dia begitu sigap. Apakah memang seperti itu dirinya?
Tak berapa lama Wasa kembali lagi membawakan beberapa helai daun teh dan jahe. Tangan nya yang telaten dan seperti sudah biasa begitu cepat membuat teh jahe lalu memberikan nya pada Beryl.
"Minum lah ini sebelum kamu tidur. Pokoknya kamu harus istirahat dan jangan kemana-mana. Tunggu aku nanti malam. Awas kalau kamu gk istirahat," terang Wasa.
Wasa bisa begitu lembut dan tegas sesuai kondisi.
Lelaki di hadapan Beryl ini sukses membuat nya patuh. Bagi Beryl yang tidak punya tempat buat bersandar membuat nya sulit untuk mematuhi perkataan orang lain. ;ahkan untuk dikantor saja atasan nya sudah menyerah untuk menyuruh-nyuruh nya.
Begitulah Beryl.
Setelah mengiyakan yang dikatakan Wasa, Beryl akan menunggu Wasa disini. Beryl mendekatkan tubuh nya ke perapian karna duduk di kursi tua itu saja bisa membuat nya kedinginan. Beryl menggosok-gosokan telapak tangan nya lalu memajukannya lebih dekat ke perapian. Setelah merasa cukup hangat dia meletakkan telapak tangan nya perlahan ke area wajah nya.
Rasanya hangat... Aku lebih menyukai nya dibanding kedinginan.
Tadi Beryl tidak bermimpi apa-apa. Padahal dia berharap akan bermimpi dan melihat Nenek nya. Karna ada beberapa hal yang ingin dia tanyakan. Tapi sayang sekali itu tidak terjadi.
Beryl menyembunyikan wajah nya diantara kedua lutut nya. Dia merasa lelah sekali hari ini dan juga lelaki itu lama sekali datang nya. Sudah jam berapa ya kira-kira... jam 7? jam 8? atau jam 9? entah lah. Di tempat ini tidak ada tanda-tanda bunyi jam.
Beryl masih menunggu Wasa beberapa waktu dan mempertanyakan apakah Wasa akan datang atau malah tidak?
"Hhaahh...! Aku paling tidak suka bila disuruh menunggu seperti ini."
Beryl berdiri dari posisi nya tadi dan berjalan menuju pintu tua itu. Dia berniat untuk mengunci pintu lalu tidur karna mata nya mulai mengantuk. Juga dikarenakan lelah menunggu lelaki itu tak datang-datang. Tapi seseorang membuka pintu itu terlebih dahulu sebelum Beryl sempat menguncinya. Beryl yang kaget langsung refleks berjongkok membenamkan wajah.
"Beryl?? Ada apa?"
Sebuah suara menyapa indera pendengaran nya.
Suara ini... bukankah suara lelaki itu?
Beryl mengangkat kepala nya. Dia melihat siapa orang itu, "Iihh!!! bikin orang kaget aja!! Sebelum masuk pintu nya ketuk dulu!"
"Maaf, aku pikir kamu pergi jadi aku main masuk aja," jelas Wasa merasa tak enak.
"Kan kamu yang minta aku untuk menunggu, lupa ya?" sindir Beryl.
"Ya maaf Beryl" ucap Wasa.
"Lama banget kamu datang. Aku lelah menunggu jadi mau tidur aja. Kamu keluar sana, aku mau kunci pintu," tutur Beryl dan mencoba mendorong tubuh Wasa keluar tapi pria ini berat sekali.
"Beryl tunggu dulu! Aku minta maaf udah buat kamu lama menunggu. Tapi tadi aku sibuk mengawal Pangeran yang akan jadi Pangeran Mahkota di Istana. Jadi, karna ada waktu ayo kita pergi, jangan tidur dulu dong."
Wasa memegang tangan Beryl untuk menghentikan aksi nya yang tengah mencoba mengusir Wasa.
"Emang mau kemana? lagian kenapa dikawal?" tanya Beryl dengan rasa penasaran nya.
"Kamu tak tahu hari ini hari apa?" tanya Wasa.
Dia menunjukan raut wajah heran dan Beryl hanya menggeleng tanda tak tahu.
"Hari ini adalah hari Festival Laister. Hari yang sangat penting bagi seluruh orang di Kerajaan ini," jawab Wasa.
"Apa itu Festival Laister? kenapa cukup penting?" tanya Beryl lagi.
"Hhaahh...!!!"
Wasa menghela nafas nya lagi.
"Beryl, apa kamu benar-benar tak ingat? Seminggu yang lalu sudah pernah ku katakan pada mu sebelum kamu berangkat ke Hutan Arieta," tutur Wasa namun Beryl hanya menggeleng, tak ada ingatan apapun yang muncul di kepala nya.
Maaf Wasa... Aku memang tak tau.
"Festival Laister itu festival pengangkatan Pangeran menjadi Pangeran Mahkota untuk menjadi calon penerus kerajaan ini. Festival ini sangat penting karna hanya satu kali saja dalam masa kuasa seorang Raja di kerajaan ini. Juga festival ini adalah festival terbesar ke-2 setelah Festival De Ramor atau nama lainnya festival naiknya tahta kerajaan De Ramor. Jadi, ayo kita pergi! Di ibu kota sedang berlangsung festival ini. Aku yakin kamu bakalan terpukau."
Wasa mengulurkan tangan nya dihadapan Beryl.
De Ramor? Bukankah nama itu sama dengan nama tempat wisata yang ku kunjungi itu? Apakah aku sekarang berada di Kerajaan De Ramor?
"Ayo Beryl! Sebelum acara inti berjalan kita harus sudah sampai disana," ujar Wasa.
Beryl pun menjulurkan tangan nya. Dengan cepat Wasa menggenggam tangan Beryl dan membawa nya keluar dari rumah. Di depan sudah ada kuda milik Wasa yang tengah menunggu si pemilik keluar. Saat Beryl keluar dari rumah itu, perasaan tak menyenangkan langsung menyergap nya.
Beryl hendak menolak nya tapi mulut nya tak mau terbuka. Tubuh Beryl mengikuti mau Wasa dan dia memakaikan sebuah jubah hitam pada Beryl.
Hangat.
Jubah ini mirip sekali dengan jaket yang pernah Beryl pakai hanya saja bedanya terletak pada model nya. Jubah yang panjang dengan kancing di bagian depan dan tali di leher untuk membuat bagian belakang nya menjadi topi yang menutupi kepala Beryl. Berbeda dengan jaket yang sepenuh nya tertutup dengan resleting dibagian depan nya. Setelah memastikan Beryl memakai jubah dengan benar Wasa langsung menaiki nya ke punggung kuda tanpa aba-aba. Seperti tadi.
Kali ini Wasa mengendarai kuda lebih cepat dibandingkan saat tadi pagi. Lelaki ini pasti sudah terbiasa mengendarai kuda dengan cepat seorang diri tapi sekarang dia sedang bersama Beryl.
Apa dia tidak memperhatikan aku yang takut bila kuda ini berlari sangat cepat?
Beryl hanya bisa memejamkan mata dan dengan kuat memegang jubah ini. Sekarang bukan hanya perasaan takut yang Beryl perhatikan tapi juga rasa dingin yang mungkin berkali-kali lipat menerpa nya. Tapi apa yang dia pikirkan ternyata tidak berlaku. Nyata nya sekarang dia merasa hangat,
Jubah apa ini?
"Bagaimana?! Kamu tak kedinginan kan?!" teriak Wasa disela-sela laju kuda nya.
"Iyaa!!! tapi apakah kamu tidak bisa santai saja membawa kuda ini?? Aku takut sekali!!" balas Beryl lebih kencang.
"Sebentar lagi!!!"
Ya... tak berapa lama Beryl merasakan gerakan kuda yang mulai melambat tidak seperti tadi.
Apakah sudah sampai?
Beryl memberanikan diri untuk membuka mata nya. Dia melihat di depan nya ada cahaya kelap-kelip lalu suara kebisingan yang mulai terdengar.
Apa itu di langit? kembang api?
Waw! disini ada kembang api!
"Wasa, apa memang festivalnya semeriah itu!?" tanya Beryl antusias.
"Bahkan lebih meriah dari yang kamu lihat saat ini. Apa kamu mau kesana?" tawar Wasa.
"Iya, ayo kita kesana!" balas Beryl semangat.
Sudah lama diri nya tak melihat kembang api dan festival. Terakhir kali Beryl melihat nya bersama Nenek sebelum mereka pindah ke kota yang baru. Tapi sekarang Beryl berada disini dengan lelaki yang baru dia kenal tadi.
Akankah malam ini berakhir dengan perasaan bahagia?
Kuda yang Beryl dan Wasa tunggangi tadi di ikat tak jauh dari pintu masuk festival. Sebelum masuk lelaki di samping nya ini memakai jubah yang sama dengan nya.
"Apa kamu juga kedinginan?" tanya Beryl.
"Tidak. Tapi aku harus sembunyikan identitas ku bahaya soal nya," jawab Wasa santai.
"Kenapa bahaya? Apa kamu tengah di incar?" tanya Beryl yang penasaran.
Dia hanya menatap Beryl dengan wajah yang hampir tertawa.
"Gak kok. Kalau aku gak sembunyikan identitas nanti aku di incar para gadis-gadis karna Aku tampan."
Wasa membanggakan diri nya namun Beryl dengan cepat langsung mencubit nya karna kesal atas jawaban nya.
"Duh! duh! sakit tau. Kok Aku dicubit sih?" sontak Wasa.
"Aku kan tanya nya serius kenapa malah di jawab bercanda?" ucap Beryl kesel.
"Serius kok jawaban ku. Dan kalau identitas ku ketahuan mungkin aku gak bisa bersama mu di sini. Kan sudah ku katakan aku ini terkenal."
Wasa melangkah lebih dahulu dihadapan Beryl dan dia mengikuti nya.
Mereka memasuki kawasan festival. Pandangan Beryl mengedar disetiap langkah. Dia melihat banyak topeng, senjata mainan, makanan, buku-buku dan permainan yang di jual. Banyak juga yang membeli nya, terutama para anak-anak. Meski begitu banyak juga anak-anak yang menangis untuk meminta agar orang tua nya membelikan apa yang mereka inginkan.
Mata Beryl tertuju pada sebuah mainan. Dia mendekati tampat mainan itu tanpa menyusul langkah kaki Wasa.
Bukan kah mainan ini Boneka Kelinci? Tapi seperti aku pernah melihat nya disuatu tempat.
"Apa nona tertarik dengan mainan ini?" tanya seseorang.
Beryl menoleh ke arah suara itu. Terlihat seorang pria tua, dia adalah pedagang maianan itu. Dia menatap Beryl dengan tatapan binar. Beryl yang melihat nya merasa tak enak. Sebenarnya dia hanya ingin melihat karna ada Boneka Kelinci yang menarik perhatian nya. Tapi bila ditanya begitu dalam kondisi dirinya tidak punya uang—
"Berapa harga nya?" tanya seseorang di belakang Beryl.
Dia kaget karna tepukan tangan orang itu di bahu nya. Wasa menyusul Beryl.
"5 koin logam tuan."
Penjual itu tersenyum senang pada Wasa.
"Mahal sekali! biasa nya 1 koin logam apalagi modelannya kayak begini," lanjut Wasa.
"Ti... tidak segitu harganya tuan. Memang sudah segini harga nya tuan. Ini juga lebih murah dibandingkan tempat lain..." jawab penjual itu gelagapan.
Beryl mengamati wajah penjual itu dengan seksama. Dia berbohong apalagi kalau didengar dari jawaban nya. Beryl merasa Wasa juga tahu bila penjual ini berbohong.
"Apa kamu mau ini?" tanya Wasa pada ku.
"Gak jadi, ayo pergi saja."
Beryl berbalik arah dan melangkah mendahului nya namun Wasa dengan cepat meraih tangan Beryl.
"Ya sudah, ini saja satu," tunjuk Wasa pada mainan suling bambu.
Penjual itu langsung sigap membungkus mainan itu dengan sebuah kain usang lalu menyerahkan nya pada Wasa setelah itu Wasa memberi nya uang.
Tapi kejadian ini mengingatkan Beryl sebelum dia datang ke sini. Dulu Beryl pernah dibelikan mainan oleh Nenek nya. Dia yang terus menangis seperti anak-anak keras kepala dan tak mau pulang bila tidak dibelikan apa yang dia inginkan. Akhirnya Nenek nya mengalah dan membelikan apa yang dia mau.
Sedikit perdebatan diantara Nenek dan penjual itu. Nenek mengatakan mengapa mahal sekali padahal kalau dilihat-lihat juga mainan nya tidak terlalu bagus. Tapi penjual itu berkilah lidah dan mengatakan kalau barang-barang dijual nya antik juga kualitasnya lebih bagus dari tempat lain. Walau bagaimana pun, apa yang Beryl inginkan akan tetap dibelikan Nenek.
Wasa menyerahkan mainan itu pada Beryl lalu mengajak nya pergi ketempat lain. Beryl hanya menatap benda yang dibelikan Wasa dan berpikir untuk menganti rugi uang nya nanti.
"Hhmm... Wasa. Kalau aku udah punya uang aku bakalan ganti uang kamu, ya?"
Wasa berhenti lalu berbalik ke belakang dan menatap Beryl tapi Wasa tak mengeluarkan suara. Dia hanya diam di hadapan Beryl selama beberapa detik.
"Baiklah...."
Beryl mengikuti langkah Wasa hingga sampai pada kerumunan orang-orang yang terlihat seperti semut. Beryl yang penasaran langsung mempercepat jalan nya dan sejajar dengan Wasa. Karna tak bisa melihat dengan jelas dia mencoba melompat-lompat untuk melihat. Namun Wasa menggenggam tangan nya dan berjalan melewati kerumunan.
"Wasa, memang nya mereka sedang melihat apa?" tanya Beryl.
"Lihat saja nanti pasti kamu suka."
Kalau Wasa sudah berkata seperti itu Beryl hanya tinggal mengikuti nya dan sampailah mereka dibarisan paling depan. Beryl dapat melihat dengan jelas apa yang mereka kerumuni, itu sebuah pertunjukan.
"Itu apa?" tanya Beryl
"Itu pertunjukan bola api, keren kan?" jawab Wasa.
"Bola api? Wah!! Kok bisa sih mereka gak kebakar waktu nyentuh bola nya? gimana cara nya?!" seru Beryl penasaran.
Beryl melihat pertunjukan dengan seksama, pertunjukan seperti ini belum pernah dia lihat. Apakah mereka baik-baik saja? tapi wajah mereka malah tersenyum menandakan kalau semua nya baik-baik saja.
Tanpa dia sadari Wasa melihat nya dengan tatapan senang. Wajah Wasa melukiskan senyum yang indah tapi sayang sekali tidak terlalu terlihat karna memakai tudung jubah.
Saat Beryl berbalik menghadap Wasa, pipi nya langsung memanas.
"Aku senang kalau kamu sesenang ini melihat pertunjukan. Apa kamu suka?"
Wajah kami terlalu dekat!
"Eehh... hhhmmm iiyaa?! Aku pertama kali melihat ini, kamu juga suka? eh tapi pertanyaan ku belum kamu jawab loh," ujar Beryl sembari mengalihkan pandangan nya dari Wasa.
Syukur saja aku memakai tudung jubah ini. Pipi ku mungkin tidak terlihat olehnya, 'kan?
"Ohh itu, mereka gak bakalan terbakar karna ada cara rahasia buat mereka gak terbakar. Lagian mereka udah terlatih, kamu tenang aja dan nikmati pertunjukannya," jawab Wasa.
"Apakah kita harus membayar untuk pertunjukan ini?" tanya Beryl.
"Iya, kamu mau coba membayarnya?" tawar Wasa.
Wasa menyerahkan 2 koin perak pada Beryl. Beryl hanya menatap uang itu lalu menatap Wasa kembali.
Bolehkah aku memberi dengan uang lelaki di hadapan ku ini?
Beryl menggeleng dengan cepat dan menolak uang yang diserahkan pada nya.
"Kamu saja, aku tak bisa."
"Padahal kamu tak perlu sungkan pada ku, Beryl."
Wasa menerima kembali uang yang dia berikan pada Beryl dengan berat hati. Beryl hanya tersenyum canggung mendengar ucapan Wasa. Walau begitu Wasa mengalah pada Beryl dan memberikan langsung 2 koin perak pada mereka. Orang-orang pertunjukan itu langsung membungkuk pada Wasa berulang kali dan itu membuat Beryl heran.
"Kenapa mereka membungkuk? Apa kamu ketahuan?" bisik Beryl was-was.
Kalau sampai Wasa ketahuan aku—
"Tidak, mereka membungkuk karna aku memberi mereka koin perak."
"Loh hanya karna koin?" tanya Beryl.
Wasa hanya mengangguk atas pertanyaan nya.
"Tapi tadi sama penjual mainan berbeda?"
"Itu karna tiap koin berbeda nilainya. Kamu tahukan mainan tadi aku bayar pakai koin logam? lalu untuk pertunjukan ini pakai koin perak.ata uang disini punya tingkatan nya," jelas Wasa.
"Untuk koin logam biasanya banyak dipakai oleh rakyat biasa. Untuk koin perak biasanya digunakan bangsawan tingkat rendah dan untuk koin emas biasanya digunakan bangsawan tingkat tinggi. Tiap koin logam bila berjumlah 50 koin logam bisa ditukar sama 1 koin perak. Tiap 100 koin perak bisa ditukar sama 1 koin emas. Tapi untuk rakyat sendiri sangat susah mengumpuli 50 koin logam karna itu mereka yang dapat koin perak walau cuma 1 koin bakalan sangat berterima kasih. 1 koin perak juga bisa dijadikan investasi tapi jarang sih dan karna kamu suka pertunjukan nya aku kasih mereka koin lebih," lanjut Wasa.
Jadi dia ngasih koin lebih karna aku? Kenapa laki-laki ini perhatian sekali...
Beryl baru tahu kalau sistem uang disini seperti itu. Berarti jadi rakyat biasa itu susah sekali ya! Beryl jadi merasa kasihan sekaligus senang atas tindakan Wasa tadi. Jadi, menurut Beryl, dia harus lebih berusaha lagi buat dapat uang untuk mengganti uang Wasa.
Beryl kembali fokus menonton pertunjukan bola api. Tapi penglihatan nya melihat sesuatu yang terasa ganjal. Dia merasa seperti ada seseorang yang sengaja berdiri sejajar di hadapan nya dengan memakai jubah yang sama dengan nya. Juga hal itu diperkuat Beryl melihat orang itu tengah menatap nya cukup lama.
Mata ku dengan mata orang itu bertemu. Namun mengapa dada ku berdebar?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
I Smile
Semangat kak terusin up nya sampai tamat ya!
2023-01-30
0
fllw ig: @Mlniptriii__
Ceritanya bagus. Cuma untuk panggilannya bisa diganti pake namanya. Kalo pake "Aku" itu masuknya ke pembicaraan/vo. Semangat upnya
2023-01-29
1
fllw ig: @Mlniptriii__
Sebatas teman, tanpa kepastian. kita sama 🤣
2023-01-29
1