Ksatria Pedang Kilat

..."Aku tidak pernah percaya pada orang lain karna mereka sering menyiksa ku lantas dengan mu haruskah aku mempercayai mu?"...

...~Aksa Oliga De Ramor~...

.......

.......

.......

.......

.......

Beryl mendengar sesuatu, semakin lama semakin jelas suara itu. Aah... ternyata suara nyanyian Burung Common Nightingale yang beradu nyanyian dengan Burung Canary.

"Apakah ini malam hari atau pagi hari?"

Beryl tak bisa membuka mata nya untuk melihat situasi sekarang. Seperti ada lem yang melengket erat dimata nya. Beryl juga mencoba untuk duduk dari posisi nya saat ini yang tengah berbaring tapi rasanya tubuh nya begitu lemas.

"Hhuuhh... hhaaahh..."

Dia mencoba untuk diam sebentar lalu mengatur pernapasan dan mencoba lagi untuk bangun kembali tapi tidak bisa. Beryl yang sibuk berpikir ada apa dengan dirinya pun baru menyadari ada sesuatu yang terasa cukup dingin dibelakang punggung nya. Dia merabanya dan menyakini kalau itu adalah rumput basah. Ya, dia baru menyadari kalau sekarang dirinya tengah berbaring dirumput yang basah. Pantesan saja rasa nya dingin.

Beryl mencoba sekali lagi untuk bangun dan usaha nya berhasil. Mata nya yang tadi melekat sekarang bisa dibuka. Beryl memandang ke kanan dan kiri mencoba melihat dimana dirinya sekarang. Tepat saat dia membuka mata banyak pohon yang rimbun menyapa indera penglihatan nya lalu disusul dengan aroma-aroma daun, rumput dan hembusan angin dingin.

Selain rumput yang basah dia juga diterpa suhu yang dingin disini tapi, "Mengapa aku bisa berada disini dengan kondisi hutan yang gelap?"

Beryl mencoba mengingat apa yang terjadi pada dirinya. Bukankah dia tadi tengah berada diatas menara tempat wisata Istana de Ramor lalu ada suara yang memanggil nama nya. Kepala nya juga mendadak pusing dan dia mual.

Kemudian...

"Bukankah aku berguling jatuh kebawah?! Seharusnya aku berada dirumah sakit namun mengapa aku sekarang berada ditengah hutan yang gelap ini?!" seru nya dengan cemas.

Sekarang perasaan nya sangat tak enak. Seperti ada sesuatu yang menganjal. Beryl berpikir lagi lalu memutuskan untuk berlari. Bagaimana bila dihutan ini ada hewan buas lalu dirinya dimakan? kan dia masih ingin hidup.

Jadi, tanpa berpikir dua kali Beryl langsung berlari cepat tapi beberapa kali dirinya terjatuh karna tersandung akar pohon yang kebanyakan mencuat keluar tanah.

Tepat saat dia berhasil keluar dari hutan dan berhenti berlari, rasa sakit tadi mendadak menyerbu nya tanpa ampun.

"Hhhaaahh... hhaahh... capek banget!!"

Dia pun memeggang dada nya, merasakan seberapa cepat jantung nya berdetak.

"Aahh... kaki ku sakit!!!" seru nya.

Banyak darah yang keluar dari sela-sela luka dikaki nya. Sekarang terasa sangat sakit dan ngilu. Beryl menangis kesakitan dan sekaligus merasa lega karna dia pikir dirinya sudah keluar dari hutan itu.

"Aku haus sekali..." lirih nya.

Tapi kaki nya tidak bisa diajak berkompromi ditambah lagi rasa sakit yang tak mau pergi. Beryl tidak ada tenaga lagi. Tubuh nya terasa remuk semua dan perlahan pandangan nya memudar.

Beryl pingsan lagi!

 

Dalam keadaan gelap Beryl berjalan gontai. Walau bulan memang muncul tapi tidak bisa menerangi jalanan. Beryl menatap bulan yang tinggi itu. Cukup lama dia menatapnya hingga suara langkah kaki seseorang membuat nya membalikan badan.

"Nenek!!"

Terlihat ada seorang wanita paruh baya yang dia sebut Nenek itu.

Dia berjalan mendekati Nenek dan hampir memeluknya tapi Nenek dengan cepat menghindar. Hal itu membuat nya bingung karna Nenek tidak seperti biasanya.

"Nek, kenapa menghindar? Aku kan ingin memeluk Nenek," tutur nya dengan mimik sedih.

"Nak, mengapa kamu kembali lagi? Bukankah hidup mu sudah senang disana? disini berbahaya Nak... Banyak orang yang mengincar mu!" ucap Nenek dengan mata yang khawatir.

Tapi setelah mengucapkan itu Nenek pun menghilang seperti sebelumnya dan Beryl terbangun lagi. Ternyata itu hanya mimpi. Tak berapa lama sebuah perasaan aneh menyergap Beryl. Lagi dan lagi hal ini terjadi setelah bertemu dengan Nenek dimimpi.

Pemandangan yang dia lihat tadi berbeda dengan yang sekarang. Matahari mulai bersinar dan burung-burung maupun ayam saling bersahutan untuk membangunkan orang-orang.

Beryl yang tengah terluka memaksakan diri untuk berjalan walau harus terbata-bata dengan rasa sakit yang belum berhenti.

"Pokoknya aku harus bertemu orang untuk membantu ku! Aku memang tak tahu arah hanya saja aku berjalan sesuai perkiraan ku."

Diperjalanan Beryl menemukan sebuah ranting pohon yang cukup besar dan kuat. Dia mengambilnya untuk memudahkan nya berjalan. Ya, setidaknya dengan ini bisa mengurangi rasa sakit kaki nya

Beryl berjalan terus hingga bertemu padang rumput ilalang yang luas. Bahkan luasnya mungkin sama dengan lapangan sepak bola nasional.

"Tunggu!!! Lapangan sepak bola nasional? Apa itu? Mengapa aku bisa terpikirkan hal itu?" tanya nya sendiri.

Beryl merasa ada yang aneh dengan dirinya. Sesuatu muncul secara tiba-tiba dipikiran nya lalu dalam sekejap dia tidak tau apa itu. Beryl mencoba untuk mengingat lebih keras namun yang dia dapat hanya sakit kepala yang mulai menyerang.

Saat Beryl sibuk sendiri ada suara tapak kaki kuda yang sedang berlari kearah nya. Lalu berhenti tepat dihadapan nya dan itu membuat Beryl kaget.

Terlihat seorang pria berpakaian rapi berwarna hitam dengan sebuah pedang di samping pinggangnya. Pria itu menatap Beryl, dia terlihat tampan. Rambutnya berwarna hitam legam yang terlihat basah dihiasi dengan beberapa bulir keringat di wajah nya. Alis nya yang tebal, garis wajah nya yang tegas dan tatapan mata nya yang ramah membuat dada Beryl berdegup.

Deg!!!!

"Tampan!"

Sebuah ucapan spontan keluar dari mulut nya.

"Tampan? tumben sekali kamu memuji Ku Nona hutan!" tutur nya dengan tertawa

Aahhh keceplosan! Dia membuat ku kaget, apa dia barusan memanggil ku Nona hutan?

"Kenapa memanggil ku seperti itu? Aku bukan Nona hutan tapi nama ku—"

"Beryl!" jawab pria tampan itu.

"Ke... kenapa kamu bisa tau?" tanya Beryl

"Ya kan memang nama mu Beryl. Kamu pikir Aku tidak tahu apa? Lagian ya Nona hutan... kemana saja kamu selama seminggu? apa sudah ketemu tanaman obat nya?" tanya nya yang semakin membuat Beryl bingung.

Apa maksudnya? tanaman obat apa? Mengapa dia membicarakan hal yang tak aku mengerti?

Beryl memikirkan ucapan pria itu sedangkan Pria itu hanya menatap nya dengan heran. Hingga suara desahan nafas pria itu pun menyapa indera pendengaran Beryl. Beryl mengangkat kepala nya untuk melihat orang yang ada didepan nya. Tatapan mata mereka bertemu. Tapi sesuatu bereaksi pada diri Beryl. Sebuah ingatan yang datang tiba-tiba.

"Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan. Tapi Wasa... aku tak suka kamu memanggil ku Nona hutan lagi," tutur Beryl tiba-tiba.

Beryl kaget. Tanpa dia sadari mulut nya mengucapkan nama seseorang. Sejujurnya dia sama sekali tidak mengenal orang yang ada dihadapan nya ini. Tapi mengapa bisa namanya dia sebut begitu saja? Padahal bagi Beryl, dia dan pria itu tidak berkenalan sejak tadi.

Ada apa dengan ingatan ku?

"Sudahlah... Ayo naik. Pegang tangan ku, Beryl. Ayo!" ajak Wasa. Tangan nya terjulur dihadapan Beryl dan membuat dia tak bisa menolak.

Beryl ditarik oleh nya untuk menaiki kuda tanpa hambatan. Hal itu membuat Beryl kaget sekaligus membuat rasa sakit di kaki nya muncul lagi. Beryl refleks mencubit lengan Wasa tapi dia hanya tertawa tanpa dosa.

"Mengapa di tubuh mu ada darah?" tanya nya.

Kuda yang dikendarainya melaju dengan cepat. Angin memberantakan rambut Beryl dan membuat nya merasa takut.

Gila! lelaki ini apa tidak memperdulikan aku yang sedang terluka?

"Berhenti! Aku takut!!"

Tapi Wasa tidak berhenti.Dia malah makin mempercepat laju kuda nya. Lelaki ini tidak mendengarkan Beryl dan dia yang mulai ketakukan mencoba untuk menenangkan diri. Menghitung satu dua tiga lalu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya namun tidak berhasil.

"Pegang yang erat, kita akan melompat!!" seru Wasa dengan lantang. Hal itu membuat jantung Beryl tambah berdegup.

Apa?! melompat?! lompat kemana? ke jurang? Gak, aku takut!

Beryl memejamkan mata dan memegang tali kemudi dengan kuat. Dia merasa akan melayang jika tidak memegang itu. Namun kemudian rasa sentak dari kuda yang mereka naiki membuat nya makin kuat memejamkan mata.

"Sampai kapan kamu akan menutup mata begitu?" ujar Wasa.

Beryl tidak menjawab walaupun dia mendengar perkataan Wasa. Karna sekarang rasa takut nya lebih besar dari pada rasa ingin menjawab pertanyaan lelaki itu.

"Kita sudah sampai Beryl... kamu udah bisa buka mata dan turun."

Wasa memegang kedua bahu Beryl dengan lembut. Dia dapat merasakan sentuhan hangat dari kedua tangan Wasa.

"Aku tak percaya! tangan ku saja masih gemeteran gara-gara kamu!"

Beryl kesal pada nya. Wasa hanya menghela nafas nya dan seperti tadi tanpa Beryl minta lelaki itu tiba-tiba menurunkan nya

"Aaahh... lepaskan aku!!" teriak Beryl

Eehh sebentar... Aku berdiri? berarti sudah di atas tanah?!

"Buka mata mu atau ku gendong sampai kedalam rumah?" tanya Wasa dengan nada menggoda.

Dengan cepat Beryl membuka mata dan menjauh dari nya. Gerakan tiba-tiba yang Beryl buat membuat Wasa keheranan. Beryl mencoba untuk mengalihkan pandangan nya kearah yang lain. Walau tidak melihat Wasa langsung tapi dia bisa merasakan tatapan mata Wasa tertuju pada dirinya dan itu membuat Beryl merasa sedikit risih.

"Hhhaaahhh...."

Wasa menghela nafas panjang.

Lagi-lagi dia menghela nafas nya. Entah mengapa dia terus melakukan itu membuat Beryl seakan-akan bersalah. Tapi tanpa Beryl sadari dia berjalan mendekat kearah nya. Semakin dia mendekat semakin cepat pula Beryl menjauh. Beryl merasa tidak mengenal pria itu dan dia harus waspada.

"Berhenti!!" perintah Wasa.

"Aku tak akan menyakiti mu, Beryl... aku tak tahu apa yang terjadi pada mu selama seminggu diluar. Tapi bisakah kamu masuk ke dalam? Kamu harus beristirahat kan? dan juga membersihkan diri," lanjut nya.

Suara nya berubah, tidak seperti diawal bertemu tadi.

Kini Wasa menjadi lebih lembut. Beryl merasakan kekhawatiran dari ucapan Wasa. Beryl mengiyakan perintah Wasa lalu masuk ke dalam sebuah rumah tua yang beratapkan jerami.

Beryl berjalan gontai di hadapan Wasa tapi menolak bantuan dari nya. Beryl hanya tidak ingin menyusahkan orang lain apa lagi orang ini baru saja bertemu dengan nya

Dia mengedarkan pandangan ke setiap sisi di rumah ini. Tidak ada barang-barang yang spesial atau berharga. Hanya ada satu kursi tua, satu meja kecil, satu tempat tidur yang muat untuk satu orang. Juga beberapa alat makan yang tampak usang.

Siapa pemilik rumah ini? Apakah pria yang membawa ku kesini?

Wasa mengikuti Beryl masuk kerumah. Dia duduk di kursi tua yang berada didekat jendela. Wasa menatap Beryl dari ujung kepala hingga ujung kaki tanpa satu pun terlewatkan. Beberapa menit kemudian Wasa beranjak dari duduknya dan menghampiri Beryl yang tengah terdiam.

Sebuah tepukan dipundak Beryl membuat nya terkejut, "Apa lagi yang kamu tunggu? Ayo bersih-bersih sana."

"Aku tidak tahu ke arah mana untuk membersihkan tubuh," tutur Beryl

Wasa menatap Beryl dengan heran. Seakan-akan dari tatapan itu Wasa mengatakan ada apa dengan dirinya.

"Itu ada pintu masuk, kamu akan temui tempat mandi," jelaa Wasa menunjuk kearah belakang meja makan.

Aahh... pintu itu? ku pikir hanya pintu belakang rumah.

"Baiklah," Beryl mengerti.

Beryl berjalan gontai ke arah yang ditunjukan Wasa. Kaki nya yang masih sakit tapi untungnya darah yang keluar sudah mengering hanya tinggal dibersihkan saja. Tapi sebelum ke tempat mandi Beryl berhenti dan refleks mengambil baju disalah satu kotak di samping pintu kamar mandi.

Sebelum masuk ke kamar mandi Beryl berdiam diri sebentar di depan kotak yang isinya baju. Lagi-lagi ingatan tiba-tiba dan refleks yang tidak dia sadari membuat nya kaget

Jelas-jelas ini bukan kebetulan, sebenarnya apa yang terjadi pada diriku?

Beryl menyelesaikan mandi nya dengan cepat lalu memakai baju yang dia ambil tadi. Baju ini adalah dress panjang dengan lengan panjang yang sudah usang. Bisa dilihat dari warna kuning nya yang mulai luntur. Dress ini tidak ada motif tanpa tambahan tali di pinggangnya. Jadi saat dia memakainya terkesan tidak terlihat pinggang nya

Beryl keluar dari tempat mandi dengan rambut basah yang tergerai. Dia keluar hanya untuk mencari semacam kain agar dia bisa mengeringkan rambut nya yang basah. Tanpa ada pikiran untuk menghampiri Wasa yang tengah menatap nya. Saat sedang mencari kain itu, Wasa yang tadi duduk di kursi tua beranjak menghampiri Beryl dengan kain ditangan kanan nya.

"Ini yang kamu carikan? nih," sodor Wasa.

Beryl mengangkat kepala untuk melihat nya lalu mengambil kain di tangan Wasa.

"Terima kasih"

Tapi Wasa mendadak tertawa. Beryl menatap nya keheranan.

"Kenapa tertawa? kan tidak ada yang lucu," ujar Beryl.

"Ada! tumben sekali hari ini kamu aneh," jawab Wasa.

"Ayo sini!" pinta Wasa dengan menarik lengan Beryl.

Beryl mengikutinya dan duduk di kursi tua yang di duduki Wasa tadi. Angin sepoi-sepoi dari luar masuk ke dalam rumah ini. Beryl mengeringkan rambut nya yang basah ini dengan kain yang diberikan Wasa tadi. Tapi Beryl tidak melihat Wasa saat ini. Pandangan nya hanya tertuju pada luar jendela.

"Beryl..." panggil Wasa lembut.

Pangilan itu membuat Beryl berbalik menatap lelaki yang berdiri di hadapan nya.

"Pertanyaan ku belum kamu jawab. Kemana saja kamu seminggu ini? Apa tanaman obat nya sudah di dapat? Kenapa tubuh mu berlumuran darah?" tanya Wasa tanpa henti.

Tatapan mata nya yang terlihat khawatir membuat jantung Beryl berdetak keras.

Fokus Beryl, fokus!

"Aku tidak tahu apa yang kamu maksud. Seminggu? Tanaman obat? Aku tak mengerti. Tapi kalau untuk pertanyaan kenapa aku berlumuran darah itu karna aku terjatuh beberapa kali di hutan. Aku pikir disana ada hewan buas jadi sebelum ditemukan hewan buas lebih baik aku berlari keluar hutan. Tapi ternyata tak semudah yang ku pikirkan," jelas Beryl.

Beryl melihat ke luka yang ada di kedua kaki nya. Tapi ada perasaan yang tak nyaman saat melihat luka yang masih merah, seperti ada sesuatu yang tercekat hingga dia memegang leher nya sendiri.

"Kamu kenapa? bukankah kamu bilang seminggu yang lalu kalau kamu mau pergi untuk mencari tanaman obat? kok sekarang tak tahu?"

Apa aku harus berkata jujur pada nya? Tapi bagaimana kalau dia terkejut dan menggangap ku gila?

"Kamu kan ke Hutan Arieta mana ada hewan buas disana. Bukan nya hanya ada tanaman obat langka disana? Apa kamu tidak ingat dengan yang kamu ucapkan dulu pada ku kalau di hutan itu banyak tanaman obat langka?" tanya Wasa.

"Tidak ada hewan buas? Jadi, aku yang berlari ketakutan itu hanya sia-sia?" tanya Beryl balik.

Wasa hanya mengangguk dan itu membuat Beryl merasa seperti orang bodoh.

Duh! aku malu sekali, rasa nya aku ingin bersembunyi dari lelaki ini.

"Aku tidak tahu bila seperti itu, tapi sungguh aku tidak mengingatnya," ucap Beryl dengan malu.

Beryl hanya menunduk untuk menyembunyikan wajah malu nya. Tapi sebuah tangan menggenggam tangan Beryl.

"Apa kamu juga tidak mengingat aku?"

Beryl menggeleng tanda tak ingat dengan nya.

"Apa kamu terbentur sesuatu yang keras? Apa aku harus memanggil tabib untuk memeriksa kepala dan keadaan mu?"

Wajah Wasa terlihat gusar.

Tak mungkin aku mengatakan kalau habis terjatuh dari tangga menara lalu tiba-tiba sudah berada di tempat lain kan?

"Ahh tidak, tidak usah," tolak Beryl.

"Ta... tapi bisakah kamu memberitahu ku ulang siapa dirimu? Aku ingin mencoba mengingat kembali," ujar Beryl.

Kali ini dia memang ingin mengenal nya dan berharap sesuatu dapat dia temukan setelah nya.

"Tatap wajah ku," pinta Wasa.

Beryl mengangkat wajah nya dan menatap mata Wasa. Degup jantung nya kembali terdengar.

"Aku Wasa Noren Moizs. Aku seorang lelaki yang berteman dengan mu sejak kamu umur 12 tahun. Aku adalah satu-satunya teman mu," jawab Wasa dengan percaya diri.

"Kamu biasa nya memanggil ku Wasa. Walau pun begitu aku lebih tua 3 tahun dari mu tapi kamu keras kepala,"

Dia mengatakannya dengan tertawa, tawa yang membuat Beryl ikutan tersenyum walau sebentar.

"Aku melihat mu di awal berpakaian rapi dan membawa pedang di pinggang. Apa pekerjaan mu? Ku rasa pekerjaan mu itu tinggi ya?" tanya Beryl penasaran.

"Iya kamu benar. Aku seorang Ksatria Istana dan pedang ini adalah pemberian Yang Mulia Raja untuk ku. Aku ini terkenal loh di kalangan bangsawan maupun rakyat," jawab Wasa menyombongkan diri.

Lihat lah gaya lelaki ini. Rasanya ingin sekali Beryl cubit pinggang nya.

"Oh yaa? Masa iya kamu terkenal. Emang kamu terkenal sebagai apa sih?" tanya Beryl tak percaya.

"Aku dikenal sebagai Ksatria Pedang Kilat, Ksatria Tangan Emas dan Pembantai Misterius Perang. Tapi aku lebih dikenal sebagai Ksatria Pedang Kilat karna aku sangat cepat mengalahkan musuh," jawab Wasa.

Dia menatap Beryl dengan senyum nya seakan-akan dia bangga memberitahukan tentang julukan nya. Lelaki di hadapan Beryl ini terkenal akan bahaya nya dan itu sesuatu yang patut dibanggakan oleh orang-orang yang dia lindungi. Tapi mengapa mendengarnya membuat Beryl merasa tak nyaman.

Adakah hal ini berkaitan dengan diri nya?

Terpopuler

Comments

Yudi Saputra

Yudi Saputra

ternyata bukan aksa ya

2023-01-30

1

Yudi Saputra

Yudi Saputra

jangan2 ini aksa

2023-01-30

0

Yudi Saputra

Yudi Saputra

kayanya time travel deh

2023-01-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!