Aksaberyl

Aksaberyl

Istana de Ramor

..."Dari buku yang ku baca kita tidak pernah tahu akan berakhir seperti apa sebuah pertemuan antara sepasang insan. Tapi apakah bertemu dengan mu akan berakhir baik bagi kita?"...

...~ Beryl Ara Lavel ~...

.......

.......

.......

.......

Aku terbangun dari sebuah mimpi yang sangat aneh.

Nenek ku yang sudah lama meninggal itu menyambut ku dengan tatapan penuh kasihan dan pakaian aneh nya menarik perhatian ku. Nenek memakai pakaian bagus berwarna hijau daun muda ditambah beberapa renda-renda di bawah gaunnya. Nenek juga memakai sepatu yang bagus dan terlihat cantik saat nenek memakainya lalu ada hiasan rambut, apakah itu bros atau jepitan rambut? sungguh menawan! aku jadi ingin mencobanya. Tapi nenek malah melarang ku dan menasehati ku seperti sewaktu nenek belum meninggal.

"Beryl, kamu jangan terlalu gampang percaya pada orang lain. Mungkin kamu banyak mengenal orang-orang baik dan mempercayai nya karna kamu berada ditengah-tengah orang baik tapi pasti ada satu waktu lingkungan mu berubah dan saat itu tolong berhati-hati lah, tetaplah hidup cucuku"

Setelah mengatakan itu tanpa memberi ku waktu untuk berbicara nenek pun menghilang dan aku terbangun dari tidur. Aku mencoba untuk mengartikan apa maksud perkataan nenek tapi semakin aku berusaha mencari tahu semakin gelisah yang ku dapatkan. Jadi aku memutuskan untuk tidak memikirkan itu dan bersiap-siap untuk memanjakan diri.

Aku memakai dress hitam bertali dengan garis bawah nya hijau muda tapi hari ini musim semi jadi aku memakai cardigan rajut berwarna hijau tua. Untuk aksesoris aku hanya memakai gelang pemberian nenek yang selama ini tidak pernah ku lepas bertuliskan L A V E L dengan ukiran yang sangat ku sukai dan memakainya ditangan kanan ku juga cincin pemberian orang tua ku yang bernamakan nama ku, Beryl. Lalu untuk rambut aku hanya setengah mengikatnya dengan poni tipis yang membuat diriku terkesan lebih anggun.

Kalau kata nenek 'sesuatu yang kita sukai akan menjadi kekuatan untuk rasa percaya diri' dan sekarang rasa percaya diriku meningkat 100 %.

Ternyata emang benar ucapan nenek.

Aku pun melangkah keluar dari rumah, hari ini aku ada waktu untuk meliburkan diri dari aktivitas yang super menyibukkan hampir setiap hari. Bahkan untuk mendapatkan libur aku harus mencapai target itu pun susah sekali untuk ku capai.

Walaupun begitu pekerjaan ini begitu berharga untuk ku yang sudah sejak lama tinggal sendiri. Tidak ada tempat untuk ku bertumpu dan bermanja-manja, sayang sekali orang-orang yang ku cintai cepat sekali meninggalkan ku.

Hari ini aku akan ketempat wisata yang baru dibuka bulan lalu, Istana de Ramor namanya.

Tempat wisata ini sangat hits dikalangan anak muda, saking terkenalnya dihari pertama buka tempat wisata ini sudah banyak orang yang mengantri sejak pagi hari. Dengar-dengar ada pertunjukan spektakuler sampai diliput media loh, wow!!

Mendengarnya saja membuat rasa ingin pergi ku meningkat.

Aku bergegas menaiki bus menuju ketempat wisata, cuaca kali ini memang bagus dan lebih bagus lagi bila aku membawa seorang kekasih. Sayang sekali, aku tidak memiliki kekasih.

Apakah ini sebuah keberuntungan atau kesedihan untuk ku yang tidak memiliki kekasih? entah lah.

Dari sini ke tempat wisata itu kira-kira memerlukan waktu 30 menit, syukurlah hari ini tidak terlalu macet. Jika macet parah aku berani taruhan! karna jika sudah macet parah akan memerlukan waktu 1 jam lebih dan saat itu aku lebih memilih berdiam diri di rumah dibandingkan duduk menunggu lama di dalam bus.

Aku memandang kearah jalanan terlihat banyak pejalan kaki yang berpasangan. Ada yang muda, ada yang tua ada juga yang sudah memiliki anak dan apa itu? bahkan beberapa pelajar saja menggandeng pasangannya untuk jalan-jalan.

Aahh ... para pelajar sekarang sudah mulai terang-terangan ya berpacaran tidak seperti ku dulu.

Waktu aku masih pelajar tidak pernah sedikit pun berpikiran buat pacaran. Jangankan untuk berpacaran dekat dengan siswa cowok saja bikin aku khawatir.

Nenek ku pernah bilang kalau aku harus rajin belajar, jangan kebawa arus negatif dan tak boleh deket-deket dengan cowok. Karna aku yang terlalu patuh membuat diriku dulu ketar-ketir kalau ada siswa cowok yang menyukai ku.

Dan sekarang umur ku sudah 25 tahun, umur yang sudah cukup pas untuk menikah tapi dengan siapa? aku tertawa sumbang jika memikirkan soal ini dan juga perasaan ku begitu sensitif bila ada yang menyinggung tentang ini.

Aku terus memandang kearah jalanan, supir bus memutarkan beberapa lagu yang menyenangkan. Perasaan ku pun kembali membaik karna hari ini aku tidak boleh bad mood. Tak berapa lama aku sampai ditujuan, Istana De Ramor.

Seperti apakah tempat itu? aku sangat tidak sabar untuk mengunjungi nya.

Aku berjalan kearah loket tiket yang berpapan nama 'Gerbang Istana De Ramor' aku memesan tiket full untuk ku sendiri dan diskon bila membawa pasangan. Aku yang merupakan pecinta diskonan sedikit menyesal.

Apa seharusnya aku membawa teman kantor saja lalu berpura-pura mengatakan kalau kami berpacaran? tapi ya sudahlah, bye-bye diskonan.

Setelah membeli tiket aku berjalan menuju dua orang penjaga, mereka meminta ku untuk menunjukan tiket. Tapi ada sesuatu yang mengejutkan seakan-akan aku orang yang penting mereka memanggil ku Nona Bangsawan, walau begitu aku juga cukup senang.

Aku berjalan memasuki sebuah terowongan yang gelap dan sunyi, aku menikmati suasana ini. Langkah kaki ku yang mantap membawa ku ke suatu sumber cahaya.

Aah ... apa aku sudah mulai memasuki taman istana? dan benar saja terpampang sebuah taman yang besar dan megah

Pandangan yang pertama kali ku lihat adalah air mancur yang cukup tinggi dan besar, mungkin tinggi nya sekitar 3 sampai 4 meter. Aku terpana melihat air mancur itu karna ini pertama kalinya aku melihat air mancur yang cukup megah dan aku mengambil beberapa foto. Sangat bagus kalau aku posting di Instagram, 'kan?

Setelah dari air mancur aku pergi ke ladang bunga.

Disini terdapat banyak jenis bunga bahkan bunga langka pun ada. Seperti Chocolate Cosmos, Lady Slipper, Mawar Juliet, Middlemist Merah juga Anggrek Hitam. Dari jarak jauh pun aromanya bisa tercium, luar biasa sekali pengelolanya menanamkan dan merawat bunga-bunga yang langka ini.

Aku melihat beberapa orang mengambil foto di tengah-tengah ladang bunga, beberapa dari mereka meminta bantuan ku untuk memfotokan nya dan aku pun sebaliknya. Bagi ku bunga-bunga ini lebih indah dilihat daripada dipetik, sayang sekali rasanya jika dipetik tanpa tujuan yang tidak jelas karna kalau sudah dipetik bunga itu bakalan layu dan tidak lama mati karna ulah si tangan jahil.

Setelah puas di ladang bunga aku melanjutkan perjalan ku ke dalam inti istana.

"Megahnya."

Itulah kata yang keluar dari mulut ku saat menatap sebuah istana buatan di depan mata ku. Ukiran pintu masuknya memang sangat indah dipadu dengan cat berwarna kuning ke emasan yang mengkilat, pintu nya juga begitu besar saat terbuka dengan dua buah lonceng yang bertengger di atasnya.

Sedikit yang ku ketahui, bila lonceng itu berbunyi tandanya seorang bangsawan akan masuk dan yang aku dengar juga dari beberapa pengunjung kalau lonceng itu tidak sering berbunyi, hanya beberapa kali. Sekali pun dibuka dengan lebar dan kuat lonceng itu tidak berbunyi.

Jadi, ada rumor yang mengatakan kalau lonceng itu akan tahu siapa yang sebenarnya bangsawan dan siapa yang tidak bangsawan tapi apakah itu bisa dipercaya? aneh memang.

Saat aku mulai memasuki pintu itu dua orang penjaga berpakaian ksatria istana membukakan pintu dengan perlahan tapi lihat apa yang terjadi!

Kedua buah lonceng itu berbunyi cukup keras.

"Selamat datang Nona Bangsawan de Ramor, atas kemurahan hati anda izinkan kami menyambut anda dengan sambutan yang megah," ucap kedua penjaga yang berpakaian ksatria istana itu.

Mereka memegang kedua tangan ku dan membungkuk seolah-olah memberiku salam, kemudian mereka mengeluarkan sebuah kotak kecil yang berkilauan lalu menyematkan isinya ke jari manis ku.

Sebuah cincin permata yang berkilauan, aku pun menatap cincin yang tersematkan di jari manis ku namun entah mengapa air mata ku bercucuran melihat cincin permata ini seakan-akan ada 'sesuatu' yang membuat ku menangis.

Aku langsung masuk ke dalam tanpa bertanya alasan nya dan menghiraukan perasaan aneh itu. Sebenarnya aku ingin bertanya namun rasanya mulut ku terasa berat untuk bertanya.

Ada apa dengan diriku?

Beberapa orang yang berpakaian seperti dayang-dayang istana menyambut ku, seseorang menghampiri ku dan memperkenalkan diri nya.

"Selamat datang Nona Bangsawan de Ramor, perkenalkan saya adalah kepala dayang di istana ini. Izinkan kami untuk menunjukan tiap sisi istana kepada Nona," ucap nya.

Kepala dayang dan dayang lainnya berdiri dalam posisi sedikit membungkukkan badan juga tangan kanan mereka memegang dada kiri masing-masing, salamnya pun persis seperti komik kerajaan yang pernah ku baca.

Aku hanya mengangguk tanda setuju dan berjalan terlebih dahulu dengan diikuti para dayang di belakang ku. Istana ini benar-benar megah seperti yg dirumorkan bahkan sangat megah jika melihat langsung.

Kepala dayang tadi menjelaskan kepada ku kalau di tempat sekarang aku berada adalah aula istana.

Aula ini berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para Bangsawan secara umum, aku juga melihat beberapa orang-orang yang diikuti para dayang seperti ku saat ini. Ada seorang Tuan Bangsawan, ada seorang Nona bangsawan juga ada sepasang Nyonya dan Tuan Bangsawan jadi tidak hanya ada aku saja.

"Apa pelayanan seperti ini didapat semua orang yang masuk ke istana ini?" tanya ku pada kepala dayang.

"Tentu saja orang-orang yang masuk ke istana ini setelah melewati gerbang akan dilayani dengan baik namun itu hanya tergantung tiket apa yang dibelinya, Nona. Tiket full, setengah full maupun tiket beberapa tempat saja," tutur kepala dayang.

"Aahh begitu ... pantesan saja tiket full harganya lumayan mahal ya!" ujar ku sembari tertawa.

Aku sengaja tertawa untuk mencairkan suasana soalnya mereka kaku dan tidak menatap mata ku, memang begitu totalitas sekali mereka berakting.

Aku masih setia mengambil beberapa foto di aula istana dan sedikit meminta bantuan kepala dayang untuk mengambilkan foto ku, dengan senang hati kepala dayang itu membantu ku.

Aku melanjutkan perjalanan ku dari aula menuju ruang pertemuan pribadi bangsawan.

Aku harus melalui sebuah lorong yang terhubung dengan pintu belakang aula istana. Di lorong ini aku dapat melihat lukisan-lukisan mengenai kerajaan juga lukisan beberapa Raja tanpa digambar anggota wajahnya. Aku rasa lukisan seperti tanpa menggambar anggota wajah itu belum cukup untuk mengetahui kalau itu adalah lukisan Raja.

Ada lima Raja yang dilukis, saat aku memperhatikannya terdapat tiga nama keluarga yang sangat berbeda dengan dua orang yang nama keluarga nya sama.

Raja ke-1 adalah Marza Davon Aister, Raja ke-2 adalah Norvant Ge Luister, Raja ke-3 adalah Zaru Deru Athinium, Raja ke-4 adalah Gergo Tarta de Ramor dan Raja ke-5 Eugene Zen de Ramor.

"Mengapa dua orang raja terakhir ini nama belakangnya sama? apakah mereka adalah keluarga?" tanya ku pada kepala dayang.

"Benar nona, Raja ke-4 dan ke-5 adalah ayah dan anak. Mereka memimpin kerajaan selama sisa umur mereka," jawab kepala dayang itu.

"Lalu adakah raja yang ke-6?"

Aku penasaran karna tidak ada lukisan raja ke-6 disini.

"Tidak ada nona," ucap kepala dayang.

"Mengapa?"

"Karna kerajaan berlangsung hanya sampai Raja ke-5 saja nona," jawabnya.

Aku mengangguk paham dan melihat-lihat lagi lukisan disepanjang lorong tapi satu lukisan mencuri perhatian ku dan membuat ku cukup lama berdiri memandang nya.

Lukisan itu adalah lukisan seorang Pangeran Mahkota de Ramor yang bernama Aksa Oliga de Ramor, di bawah lukisan itu tertulis penjelasannya.

"Ini adalah lukisan Pangeran Mahkota de Ramor pertama, wajahnya tidak pernah terlihat oleh orang lain kecuali keluarga kerajaan yang benar-benar dipercayai nya. Dialah satu-satunya Pangeran Mahkota yang tidak menunjukan wajahnya karna suatu alasan namun meninggalnya Pangeran Mahkota ini membuat kerajaan runtuh sebelum penobatannya menjadi Raja ke-6." Seperti itulah penjelasannya.

Aahh ... kenapa rasa nya sesak sekali

Setelah membaca itu aku merasakan sesak yang melimuti dadaku, perasaan sesak yang bahkan belum pernah ku rasakan.

Hari ini diri ku begitu aneh, dimulai dari mimpi bertemu nenek ku lalu cincin permata yang membuat ku tiba-tiba menangis dan sekarang perasaan sesak didada ku.

Aku mencoba menenangkan diriku.

"Hhuuuhh ... hhaaahh ... hhuuuhh ... hhaaahh ..." aku menarik napas lalu membuangnya.

Setelah merasa cukup tenang, aku melanjutkan kembali perjalan ku dan berusaha menampik perasaan aneh ini.

Sekarang aku memasuki sebuah ruang pertemuan pribadi Bangsawan.

Disini aku melihat meja panjang di tengah ruangan dan 10 kursi yang melingkari meja itu. Kepala dayang tadi menjelaskan kalau ruangan ini adalah ruangan pribadi yang dibuat untuk diskusi atau rapat antar Bangsawan dengan anggota kerajaan. Ruangan ini juga mewah karna tiap kursi dilapisi satu permata, apakah itu permata asli? kurasa begitu.

Aku lalu pergi menuju ruang pribadi pertemuan anggota kerajaan lalu ke ruang kerja Raja dan Pangeran Mahkota berlanjut ke dapur istana, ke ruang khusus para ksatria, ke ruang belajar Pangeran Mahkota, ke ruang belajar Pangeran dan Putri Raja, ke rumah kaca istana dan perpustakaan istana.

Lalu aku juga pergi ke pavilun Raja, pavilun Pangeran Mahkota, pavilun Ratu, paviliun Pangeran dan Putri Raja juga pavilun para Selir Raja.

Sebelum memasuki ruangan ada lorong yang menghubungkan antara ruangan satu dengan ruangan lainnya. Jarak antar pavilun satu dengan paviliun lain nya tidak begitu jauh dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 10 menit kecuali paviliun Pangeran Mahkota yang cukup memakan waktu 20 menit dari istana utama, setiap paviliun memiliki taman juga pelayan dan dayang pribadi.

Setelah aku berpikir semua tempat sudah ku datangi ternyata ada satu tempat yang belum ku datangi, sebuah Menara.

"Tempat ini adalah tempat di mana Pangeran Mahkota dikurung sebelum naik jabatan menjadi Pangeran Mahkota. Dia di kurung selama 15 tahun lamanya semenjak umurmya 10 tahun lalu dikeluarkan saat sudah mendekati waktu untuk pemilihan Pangeran Mahkota," kata kepala dayang.

"Belum lengkap rasanya jika Nona tidak mendatangi menara ini."

Dan aku mengangguk mengiyakan perkataannya tanpa mengetahui apa pun yang ada di dalam sana.

Menara ini cukup tinggi dari air mancur tadi, aku sebenarnya phobia ketinggian tapi karna ucapan kepala dayang itu membuat ku penasaran seperti apa isi di dalam sana.

Toh lagian kalau aku tak lihat sekarang akan rugi bagi ku, mana tiket full ini mahal.

Pintu menara dibukakan oleh ksatria penjaga menara, mereka mempersilahkan aku masuk. Dayang-dayang yang sedari tadi mengikuti ku hanya menunggu dibawah, aku akan naik ke atas dengan ditemani oleh kepala dayang.

Pintu pun tertutup setelah kami masuk, kepala dayang juga membawa obor karna di dalam menara ini penerangan nya sangat minim.

"Nona, menara ini di buat sesuai keadaan menara pada saat itu. Tidak ada penerangan dan dayang yang berjaga namun agar perjalanan anda nyaman kami menambahkan obor di setiap lantai, semoga anda menikmati perjalanan di wisata ini," tutur kepala dayang.

"Baiklah," jawab ku.

Kepala dayang berjalan lebih dulu dan aku mengikutinya dari belakang, tiap 100 anak tangga terdapat sebuah ruangan yang terkunci.

"Nona, ini adalah replika dari kamar yg dipakai Pangeran Mahkota," ucap nya jadi kalau aku hitung ada 10 kamar dan 1000 anak tangga yang sedang ku lalui.

Hhhaaa ... rasa nya seperti mau mati saja naik anak tangga ini! pasti berat sekali menjadi Pangeran Mahkota, aku merasa kasihan padanya.

Tak berselang lam, akhirnya aku sampai di puncak menara tepat di kamar ke-10 Pangeran Mahkota. Aku membuka jendela di samping kamar itu dan merasakan angin sepoi-sepoi membelai wajah ku lalu memberantakan sedikit rambut ku.

Aku menikmati sensasi di menara ini dan mencoba memberanikan diri untuk melihat ke bawah tapi aku tak bisa! aku langsung pusing dan mual ku muncul.

"Mari kita turun, saya sudah cukup menikmati ini," tutur ku pada kepala dayang.

Aku turun ke bawah dengan langkah gontai, kepala ku mendadak pusing dan penglihatan ku pun mulai buram. Tubuh ku mengeluarkan reaksi yang tak tepat waktunya karna sekarang aku sedang berdiri jauh dari tanah.

"Aku harus bertahan ..." lirih ku.

Tapi setelah mengatakan itu seperti ada sesuatu yang menutup penglihatan ku dan dalam sekejap aku jatuh pingsan lalu berguling ke bawah, samar-samar aku mendengar suara teriakan dari kepala dayang sebelum semuanya terasa gelap.

Terpopuler

Comments

Yudi Saputra

Yudi Saputra

busyet banyak amat anak tannganya kak

2023-01-30

0

yukisan

yukisan

mampir

2023-01-30

0

I Smile

I Smile

Biasanya orang yang iri dengki kayak gitu

2023-01-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!