Kata yang bercetak miring adalah masa lalu.
...Happy Reading...
“Lyn, ini anak teman Mommy, namanya Andrew Preston.”
“Anak Donna Aunty?”
Wanita paruh baya yang usia sekitar pertengahan kepala tiga itu terlihat mengangguk semangat kepada anak perempuan kecil yang dipanggilnya dengan sebutan Lyn. Lyn terlihat tersenyum senang saat memandang seorang anak laki-laki dengan kulit pucat dihadapannya. Senyuman Lyn luntur saat anak laki-laki tersebut hanya menampilkan wajah datarnya. Ia dapat melihat anak laki-laki yang diketahuinya bernama Andrew itu menatapnya dari atas sampai kebawah dan kembali lagi keatas, begitu hingga berulang-ulang.
“Andrew, tunjukkan sikap hormat!”
Seorang wanita paruh baya yang memiliki usia berkisar awal tiga puluhan itu terlihat menegur lembut anak laki-laki disebelahnya. Sebenarnya sangat jarang anaknya itu bersikap seperti ini kepada orang lain.
“Salam kenal, aku Andrew Preston.”
Andrew membungkuk, Lyn yang melihatnya terlihat terpesona atas kesopanan anak laki-laki itu. Lyn adalah gadis dengan keturunan Korea-China dan salam membungkuk merupakan salah satu tradisinya. Dan sejak ia tinggal disini, tradisi tersebut jarang dipakai, mungkin tidak pernah dipakai lagi.
“Aku, Sherlyn Villegas. Senang mengenalmu Andrew."
......................
Sherlyn mengerjapkan kedua matanya, namun harus kembali menutup saat kedua retina matanya mengenai cahaya lampu tepat diatasnya. Pandangannya masih kabur, namun ia masih dapat melihat samar-samar seseorang yang berada dihadapannya.
Sherlyn mengerjapkan matanya perlahan, tepat dihadapannya terdapat sesosok pria dengan wajah pucat dan bola mata berwarna biru bening kini menatapnya dengan khawatir. Pria yang beberapa hari lalu menemukan bukunya, pria yang mengenalkan namanya sebagai Andrew Preston.
Sherlyn menelan salivanya. Dihadapannya adalah Andrew Preston. Pria yang sama dalam mimpinya beberapa menit yang lalu, apakah benar dia adalah Andrew Preston yang sama?
“D..Drew?” Tanya Sherlyn gugup.
Andrew tersentak, apakah Sherlyn mengingatnya? Mengingat jika dia adalah Andrew Preston yang sering dipanggilnya dengan sebutan Drew? Ingat bahwa dia adalah anak seorang wanita paruh baya yang sering dipanggilnya Donna Aunty? Ingat bahwa mereka pernah memiliki janji akan menikah sebelumnya? Ingat jika ciuman pertama Sherlyn adalah miliknya?
Setelah melihat di kantin bagaimana Sherlyn yang terjatuh secara tiba-tiba, ia begitu ingin menghampirinya. Namun seorang pria dengan rambut pirang telah lebih dulu mengangkat Sherlyn. Dan itu sangat membuatnya kesal.
“Donna Aunty dan Ricky Uncle Preston?”
Senyuman Andrew mengembang, ia seperti ingin memeluk Sherlyn saat ini juga. Ia menatap lembut gadis itu yang masih memandangnya dengan sayu. Adakah seseorang yang mengingatkan Sherlyn padanya? Jika ada, ia harus berterima kasih padanya.
“Kau mengingatku Lyn?”
Dengan tiba-tiba air mata mulai menggenang dipelupuk mata Sherlyn, dengan cepat ia bangun dan memeluk Andrew, seolah tidak membiarkan pria itu pergi seinci saja dari hadapannya.
Tangisan Sherlyn pecah, ia benar-benar sangat menyayangi Andrew, hanya pria itu yang dapat memahaminya, hanya pria itu yang selalu percaya padanya. Andrew membalas pelukan Sherlyn tidak kalah erat, ia merasa telah meninggalkan gadis ini sendirian, tanpa siapapun.
“Kau meninggalkanku saat semua orang juga meninggalkanku Drew?”
Andrew melepaskan pelukan mereka dan menatap wajah Sherlyn dalam. Andrew dapat melihat mata bening itu kini mengeluarkan air mata dengan sangat deras, pipi yang sering merona itu kini telah dibasahi air mata, bibir tipis yang sering tersenyum itu kini mengelurkan isakan menyedihkannya.
Mata Sherlyn juga mulai menjelajahi wajah Andrew, pria mancung dengan pipi tirus dan kulit pucat, Andrew tidak terlalu banyak berubah, namun mengapa ia tidak mengingatnya? Mengingat teman pertamanya, mengingat sosok cinta pertamanya.
“Aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf Lyn.”
Hanya itu, hanya itu yang mampu ia ucapkan pada Sherlyn. Ia benar-benar menyesal, seharusnya ia menemui gadis ini sedari dulu, seharusnya ia tidak mengiyakan permintaan kedua orang tuanya kala itu. Dimana, ia meninggalkan Sherlyn bersamaan saat kedua orang tuanya juga meninggalkan gadis ini untuk selamanya. Ia tidak tahu betapa menyakitkannya hati Sherlyn kala itu.
“Berjanjilah untuk tidak meninggalkanku lagi.” Ujar Sherlyn dan memandang Andrew intens. Andrew tersenyum tipis.
"Tentu, aku tidak akan pernah melakukannya lagi." Ujar Andrew.
Seorang pria dengan rambut pirang itu mengepalkan tangannya erat, sedangkan roti lapis yang baru dibelinya beberapa menit lalu telah hancur karena kepalan lengannya. Baru beberapa menit yang lalu ia meninggalkan Sherlyn untuk membeli roti lapis untuk gadis itu. Namun saat ia kembali, seorang pria dengan seenaknya memeluk gadis itu ketika ia sadar. Tyron kembali ke kelas dengan penuh rasa kecewa.
...----------------...
Wanita dengan dress panjang hitamnya dan disertai mahkota cantik diatas rambut panjangnya yang tergerai indah itu kini terlihat menyeringai. Dan beberapa detik kemudian seringaiannya itu tergantikan oleh tawaan keras, seolah ia telah mendapatkan lotre terbesar sepanjang hidupnya setelah bertahun-tahun menunggu.
Wanita itu tersenyum lembut kepada pria berbadan besar dikedua sisinya. Wanita yang memiliki usia berkisar akhir tiga puluhan jika terlihat dari wajahnya, namun siapa yang mengira. Bahkan usianya jauh melebihi satu abad, jika kalian mempercayainya.
Wanita paruh baya yang memiliki kulit putih pucat, rambut hitam panjang, dan senyuman lembut, dan jangan lupakan bola mata hijau menyala menyebabkannya sangat digilai pria yang sebaya dengannya, bahkan yang jauh lebih muda darinya.
Kaki jenjangnya mulai melangkah dengan elegant menuju pintu besar yang hanya satu diruangannya itu, ruangan yang sangat luas yang hanya diisi dengan satu kursi besar miliknya dan beberapa pilar-pilar tinggi terbentang. Dan dilangit-langit terdapat gambar-gambar yang orang awam tidak akan mengerti jika mereka dilahirkan hanya beberapa puluh tahun belakangan ini. Kedua lengannya mulai menggenggam pintu besar tersebut yang merupakan pintu keluar. Wanita tersebut terlihat menarik napas dalam dan berbisik pelan diikuti dengan senyuman menantang.
“Aku menemukan tangan kananku untuk membunuh gadis itu, Chris. Gadis itu membuatmu selalu menentangku, menentang Ibumu.”
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments