BAB 4 : PERTEMUAN PERTAMA (Flashback)

Kata yang bercetak miring adalah masa lalu.

...Happy Reading...

5 years ago...

Seorang gadis kini tampak terduduk dan menunduk dalam didepan kedua makam dihadapannya. Ia dapat merasakan dadanya begitu sesak. Kecelakaan tragis yang merenggut nyawa kedua orang tuanya adalah kejadian yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya. Hari ini tepat satu tahun telah berlalu setelah kecelakaan tragis itu terjadi, hari dimana ia tidak akan pernah bisa merasakan lagi betapa bahagianya memiliki sebuah keluarga.

“Ibu, Ayah, aku kembali."

Sherlyn Villegas, gadis yang kini berusia 16 tahun itu tidak bisa menahan tangisnya. Kini ia mulai menangis sesegukan dan meremas kuat dadanya. Selalu, dadanya selalu sesak jika harus dihadapkan dengan makam kedua orang tuanya. Kenangan demi kenangan seolah begitu membekas setiap ia datang.

“Beberapa bulan lalu aku mengenal dua orang gadis yang sekarang menjadi sahabatku. Angel dan juga Kate, mereka sahabat yang baik Bu. Aku heran mengapa ada manusia sebaik mereka di dunia ini.”

Ucap Sherlyn masih dengan tangisnya yang semakin deras. Terkadang ia merasakan kehidupan begitu tidak adil untuknya. Ia yang dulu memiliki kebahagiaan yang sempurna dengan kedua orang tuanya, seolah musnah begitu saja setahun terakhir. Kebahagiaan itu seolah tidak ingin kembali hanya untuk sekedar menemaninya sebentar.

Sherlyn menghapus air matanya, berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. Ia mulai mengambil napas dalam dan membuangnya perlahan. Kali ini mata Sherlyn menatap sekeliling, berharap tidak ada yang melihatnya dengan semua kesedihan ini. Namun nyatanya ia salah, beberapa meter dari tempatnya duduk, terdapat seorang pria dengan wajah pucat tengah memandangnya dengan datar.

Sherlyn menelan salivanya, dia adalah pria yang sama yang sering memperhatikannya setiap ia berkunjung ke pemakaman kedua orang tuanya. Dan ini bukan untuk pertama kalinya pria itu memandangnya seperti itu. Pria itu tampak begitu menyeramkan, bahkan semakin hari tampak semakin menyeramkan. Ya walaupun Sherlyn dapat menebak usia pria itu tidak terpaut jauh darinya, namun tatapan pria itu padanya begitu membuatnya sangat tidak nyaman.

“Ibu, Ayah, aku pamit.”

Tanpa melanjutkan kalimatnya, Sherlyn mulai berdiri dan berjalan cepat keluar area pemakaman. Area pemakaman begitu sepi, dan ia sangat takut jika pria yang tadi memperhatikannya berbuat macam-macam.

Sesekali Sherlyn menatap belakang, berusaha memastikan pria itu tidak mengikutinya. Namun dugaan Sherlyn salah, bahkan pria itu kini berjarak semakin dekat dengannya. Sherlyn merasakan jantungnya berdetak tidak karuan. Tubuhnya lemas dan kini ia memaksa untuk berlari.

“Tuhan lindungi aku, lindungi aku.”

Sherlyn mulai berbisik, bahkan ia ingin menangis saking takutnya. Kini beberapa meter lagi ia akan berada di area luar pemakaman, yang biasanya ada beberapa orang berada disana. Namun jantung Sherlyn seolah berhenti ketika ia merasakan seseorang kini memegang bahunya.

Langkah Sherlyn berhenti seketika, tubuhnya yang memang lemas semakin tak berdaya karena ketakutan. Ia kini pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya, bahkan mulutnya sekarang seolah tidak bisa terbuka untuk sekedar meminta tolong. Dengan gemetar Sherlyn membalikkan tubuhnya.

“Aku Chris.”

Tepat dihadapan matanya terdapat seorang pria dengan wajah yang begitu pucat dengan bola mata hijau berkilau tengah menatapnya dengan datar. Sherlyn menelan salivanya dan menatap dengan intens pria dihadapannya.

Pria dengan tubuh tinggi, bahu lebar dan wajahnya yang begitu datar. Secara garis besar Sherlyn menilai bahwa pria ini tampan, bahkan terlampau tampan. Namun kesan menakutkan tetap tidak terlepas dari pria itu. Auranya sangat berbeda.

“Aku... Sherlyn”

“Aku tahu.”

Ucap pria dihadapannya yang ia ketahui bernama Chris itu dengan datar. Sherlyn menelan salivanya dan memandang kearah lain, tidak adakah yang bisa menolongnya disini? Bahkan pria itu masih memegang bahunya, seolah melarangnya untuk menjauhinya barang satu senti.

“Sekarang kau mateku.” Ucap pria itu masih dengan datar.

‘Mate?’

Sherlyn menatap pria itu dengan tatapan bingung. Sebenarnya apa yang dibicarakan pria ini? Ohh sekarang ia mulai mengerti. Dari tampang pria ini yang begitu pucat, aura yang menyeramkan, dan ditambah ucapan yang bahkan tidak ia mengerti. Sherlyn dapat menyimpulkan jika pria ini sedang berada di fase pengobatan, mungkin ada sedikit gangguan jiwa.

“Aku tidak gila.” Ucap pria itu dengan datar.

Seketika Sherlyn membulatkan matanya, barusan ia hanya berbicara dalam hati kan? Tapi mengapa, mengapa pria ini menjawab? Sherlyn menggelengkan kepalanya kuat. Tidak, tidak, disini bukan ia yang tidak waras kan? Atau bermimpi? Iya, ia pasti sedang bermimpi. Mimpi yang begitu menyeramkan.

“Kau mateku, kau tidak gila dan ini semua bukan mimpi. Kau.ditakdirkan.untuk.menjadi.mateku.” Ucap pria itu penuh penekanan. Dan dalam hitungan detik Sherlyn merasakan semuanya gelap.

...****************...

Sherlyn mengerjapkan matanya perlahan, sebuah kenangan masa lalu yang tidak akan pernah ia lupakan. Pertemuan pertamanya dengan mahluk aneh bernama Chris. Sherlyn memijat kepalanya yang terasa berdenyut. Sungguh ia sekarang tidak bisa membedakan antara mimpi dan kenyataan. Semua terasa begitu aneh, ia merasa semakin lama ia benar-benar akan gila.

Sherlyn kini menyentuh bibirnya, kemarin malam saat Chris menciumnya itu bagian dari mimpi atau kenyataan? Sherlyn mengacak rambutnya frustasi. Ia baru berusia 21 tahun tapi sudah seperti orang tua yang memiliki penyakit lupa.

“Aku pasti benar-benar akan gila sebentar lagi."

To be continue...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!