Setelah memutuskan untuk pergi dari rumah Azhar, Julia kembali ke rumah lamanya. Dengan bantuan tetangga, dia memperbaiki rumahnya agar bisa dia tempati untuk tempat berteduh. Julia menata kembali hidupnya, dengan ingatannya yang sudah kembali.
Kembali menjadi Julia, mantan istri Danang.
Dengan uang simpanan yang masih dia miliki, dan juga berbekal pengalamannya bekerja sebagai juru masak, Julia ingin membuka sebuah rumah makan. Dia meminta bantuan beberapa tetangga untuk merekomendasikan tempat usaha yang bagus, nyaman dan aman.
Julia mendatangi, tempat-tempat yang di berikan padanya satu persatu ditemani Bu Suti.
Julia mencari tempat itu, selama hampir dua Minggu. Di antara tempat-tempat yang didatangi oleh Julia, ada satu tempat yang cukup menarik baginya untuk tempat usahanya. Tempat ini memang tidak terlalu besar, tetapi tempatnya sangat strategis dan nyaman untuk orang-orang datang menikmati masakannya.
Harganya cukup mahal, karena tempat ini menjadi incaran bagi orang-orang yang ingin membuka usaha baru. Julia harus bersaing dengan beberapa orang yang memberikan tawaran harga yang lebih tinggi darinya.
Julia beruntung karena, pemilik tempat itu mau menjual padanya meski harga yang ditawarkan Julia lebih rendah dari yang lain. Julia tidak ingin bertanya lebih jauh mengapa itu bisa terjadi. Karena sebagai pemilik, dia berhak menjual kepada siapapun yang dia mau.
Julia memulai usahanya dari nol. Dia meminta bantuan Bu Suti untuk mencarikannya seorang pelayan. Tidak perlu cantik, asalkan dia jujur, rajin dan berlaku bersih. Tidak mungkin, Julia meminta Bu Suti membantunya. Karena Julia sudah banyak merepotkannya sejak lama.
Datanglah seorang wanita muda yang dibawa Bu Suti. Awal pertemuan, gadis itu cukup familiar. Tetapi, sepertinya mereka memang belum pernah bertemu. Bu Suti segera pamit pulang setelah mengantarkan gadis itu. Julia mempersilahkan gadis itu untuk duduk.
"Mau minum apa?" tanya Julia.
"Tidak usah repot-repot," jawab gadis itu.
Juli berdiri dan membuatkan minuman manis untuk gadis itu.
"Silahkan di minum dulu. Nanti baru bicara pekerjaan."
Gadis itu mengangguk pelan lalu meminum minuman yang sudah disuguhkan Julia.
"Kamu, namanya siapa?" tanya Julia lembut.
"Putri, Mbak ... Eh, Ibu," jawab Putri terlihat gugup.
"Panggil mbak saja, nggak papa. Punya hubungan apa dengan Bu Suti?" tanya Julia lagi.
"Secara pribadi, saya tidak kenal. Tapi, kakak saya yang mengenal Bu Suti. Kenapa Mbak, saya tidak meyakinkan? Tapi, saya akan jujur dalam pekerjaaan saya, Mbak," jawab Putri tampak khawatir.
"Bukan begitu. Aku sangat percaya pada bu Suti. Karena itu juga saya percaya pada orang yang dia rekomendasikan padaku. Besok, kamu datang ke sini untuk bantu-bantu membereskan barang. Besok kita akan menata warung, agar esok harinya, kita bisa mulai buka warung," ucap Julia sambil tersenyum.
Julia sangat bersyukur, keinginannya untuk membuka usaha, sudah hampir terwujud. Apalagi, sekarang dia sudah memiliki seorang pelayan yang terlihat jujur. Julia berharap, usahanya akan bisa berkembang.
Keesokan harinya, Putri datang pada pagi harinya. Sebuah mobil pick up sudah siap di depan rumah.
"Putri, ayo sarapan dulu. Nanti baru mulai beres-beres," ucap Julia sambil menyiapkan makanan.
"Em, Mbak Julia masak sendiri juga?" tanya Putri kagum.
"Masak sendiri. Tapi, nanti kalau sudah buka warung sendiri, nggak perlu masak di rumah," jawab Julia sambil tersenyum. "Coba di cicipi."
Julia mengambilkan makanan untuk Putri. Putri makan dengan lahap karena ini pertama kalinya dia makan makanan rumahan yang seperti masakan restoran.
"Enak sekali, Mbak. Ini tanda-tanda, warung Mbak Julia bakal rame," ucap Putri sambil mengunyah makanan di dalam mulutnya.
"Aamiin ya rabbal 'alamin. Mbak senang sekali memiliki pegawai seperti kamu," ucap Julia.
"Terima kasih, Mbak. Putri merasa tersanjung," ucap Putri.
Selesai sarapan, Julia dan Putri membereskan bekas makan mereka. Mencuci piring dan gelas sebelum mulai beberes. Julia menyewa seorang pekerja untuk membantu mengangkat barang-barang ke atas mobil pick up.
Sementara itu, Julia dan Putri membantu sebisa mereka. Tidak banyak sebenarnya barang yang harus mereka angkut. Jadi tidak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya.
Julia segera naik ke samping pengemudi, sedangkan Putri dan seorang pekerja duduk di belakang. Karena tempatnya tidak terlalu jauh, jadi mereka tidak akan ditangkap polisi.
Sampai di tempat tujuan, Julia, dan Putri membantu pekerja untuk memasukkan barang-barang itu masuk ke dalam warung. Setelah itu, mereka menata barang-barang tersebut ke tempatnya masing-masing sesuai kebutuhan. Seharian ini, persiapan sudah selesai dengan sempurna. Tinggal tunggu besok, apakah semua akan berjalan sesuai harapan Julia.
Julia dan Putri beristirahat, setelah mereka selesai mengerjakan semuanya. Tiba-tiba, seorang wanita datang sambil membuka pintu warung dengan kasar. Julia kaget melihat kedatangan wanita tersebut yang ternyata adalah mantan kakak iparnya.
"Julia?" gumam mbak Mutia.
"Mbak Mutia?" gumam Julia.
"Oh, jadi kamu kerja di rumah makan ini, Julia?" tanya mbak Mutia kaget.
"Ehmm ...." Julia gugup, tidak tahu harus menjawab apa.
"Katakan pada bos kamu, untuk tidak membuka warung di depan warung makan kami. Dan kamu, Julia. Nggak nyangka kamu masih hidup dan baik-baik saja. Aku pikir kamu bakalan bunuh diri waktu tahu suamimu menghabiskan uangmu untuk menghidupi wanita lain," ucap Mbak Mutia mengejek Julia.
"Mbak Mutia, rezeki itu, tidak akan pernah tertukar. Jadi, Mbak Mutia seharusnya tidak boleh takut, akan hal itu," jawab Julia santai. "Sedangkan masalah aku dengan mas Danang, soal uang dan rumah, aku sudah ikhlas. Biarkan saja. Anggap saja aku bersedekah untuk mas Danang dan kalian."
"Sombong sekali kamu, Julia. Hanya pelayan warung saja, berlagak sok kaya. Harusnya kamu ngaca, kamu itu wanita yang tidak pantas mendapatkan suami yang baik seperti Danang. Sampai sekarang, masih sendirian, kesepian. Itu karena kamu bodoh," ucap Mbak Mutia yang membuat Julia sakit hati. Jika ini dulu, mungkin Julia akan menangis, tetapi sekarang Julia sudah berubah lebih berani.
"Bukan Julia yang tidak pantas untuk mas Danang. Tapi, mas Danang yang tidak pantas untuk Julia," balas Julia tidak mau kalah dengan hinaan mantan kakak iparnya itu.
"Kamu ...," ucap mbak Mutia penuh emosi.
"Aku, kenapa?" tanya Julia sambil tersenyum sinis.
"Mbak Julia, kita laporkan saja Mbak ini ke kantor polisi. Karena dia sudah datang mengganggu usaha orang lain!" teriak Putri keras.
Mendengar suara wanita yang dikira adlah bosnya Julia, Mbak Mutia segera keluar dari warung Julia. Sungguh, Julia tidak menyangka jika, warung makan miliknya dekat dengan warung makan milik keluarga mantan suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
ira rodi
jgn sampai modal buka warungnya si muyia itu jg dari uang kirimannya julia waktu tkw ....
2023-03-05
0