Bab 13. Kembali bersama

Azhar tidak pernah menyesali rasa sakit yang dia derita. Meski harus masuk rumah sakit dan harus merasakan rasanya jarum infus. Rasa sakitnya kini telah berganti dengan kebahagiaan yang selam ini diharapkannya.

Hari ini, Azhar sudah bisa pulang ke rumah setelah di rawat selama 2 hari. Dan selama 2 hari pula, Julia mengajukan cuti agar bisa merawat Azhar.

Selama dua hari di rumah sakit, rasa kagum Julia pada Azhar tumbuh dengan hebatnya. Julia melihat, bagaimana seorang Azhar, meski dalam keadaan sakit, masih bisa konsisten menjalankan sholat lima waktu secara tepat waktu.

Julia merasa malu, karena dirinya yang sehat dan baik-baik saja, masih terkadang suka menunda waktu sholat. Betapa beruntungnya dia memiliki suami yang bisa dijadikan imam baginya. Meskipun pada awalnya, Julia sangat membencinya karena menganggap Azhar mengkhianatinya.

Semua sudah menjadi masa lalu. Biarlah semua hanya akan menjadi buku usang yang tidak akan pernah dia buka kembali. Julia ingin membuka lembaran baru untuk hidup keduanya ini.

Setelah mengantarkan Azhar pulang, Julia kembali ke tempat tinggalnya yang lama untuk mengambil barang-barangnya. Julia pamit pada teman serumahnya terutama pada Tanti. Julia hanya mengatakan bahwa dirinya saat ini tinggal bersama suaminya.

Julia tahu, banyak hal yang ingin Tanti tanyakan padanya. Julia hanya bisa berkata bahwa terkadang dalam pernikahan ada kalanya perselisihan. Itu hal yang wajar dan memang tidak bisa dihindari.

Julia pergi meninggalkan Tanti dan tempatnya berteduh selama ini sambil tersenyum. Senyum kebahagiaan untuk menyambut kehidupan barunya bersama Azhar.

Sampai di rumah Azhar, Julia sudah disambut Azhar dengan senyum manisnya. Senyum yang kini terlihat sedang menggodanya. Julia menjadi bingung, bagaimana Azhar menjadi begitu banyak berubah. Tatapan matanya sangat berbeda saat dia baru masuk ke rumah ini dengan yang sekarang.

Tetapi, bukankah ini yang Julia inginkan? Memiliki keluarga yang bahagia, setelah dia pulang dari luar negeri.

Malam ini, menjadi malam pertama mereka sejak mereka berpisah. Julia tidur di samping Azhar yang juga sudah berbaring. Ada rasa canggung saat mereka saling menatap satu sama lain. Julia menghela napas panjang dan mencoba mencairkan suasana.

"Azhar, besok aku harus berangkat bekerja pagi-pagi. Aku akan menyiapkan sarapanmu, nanti kamu sarapan sendiri," ucap Julia sambil menatap Azhar.

"Aku sudah bosan sarapan sendiri. Sekarang ada kamu, harusnya aku tidak akan sarapan sendiri. Aku akan berangkat pagi juga, biar aku sekalian antar kamu," ucap Azhar agak kecewa.

"Kau seorang manajer, jadi kamu masuknya agak siang. Kalau kamu berangkat bekerja mengikuti jadwal kerjaku, kamu nanti kecapekan," ucap Julia cemas.

"Nggaklah. Kalau capek, kan ada kamu yang bisa memijit," goda Azhar.

"Seingat aku, aku belum pernah memijit seseorang, apalagi lagi memijit suami. Sepertinya, aku ingat sesuatu. Aku masih pengantin baru saat aku pergi untuk menjadi TKW ke luar negeri. Tapi, kamu kaya, untuk apa kamu saat itu pergi keluar negeri?" tanya Julia mulai mengingat serpihan-serpihan masa lalunya.

"Julia, sudah jangan dipikirkan. Nanti kamu sakit jika memaksa mengingat semuanya. Nikmati saja prosesnya dan aku ingin kamu bahagia menjadi istriku. Belajarlah memijit sekarang," ucap Azhar berusaha agar Julia tidak mengingat lagi masa lalunya.

Azhar takut, disaat dia sudah jatuh cinta pada Julia dengan sepenuh hati, Julia akan mengingat jika suami pertamanya, bukan dirinya. Azhar hanya suami yang memanfaatkan kesempatan disaat Julia lupa masa lalunya.

"Belajar sekarang?"

"Tentu."

"Apa penyakit kamu sudah sembuh?"

"Penyakit apa?"

"Penyakit yang kamu derita saat kita menikah," jawab Julia malu.

Azhar teringat jika dia pernah membohongi Julia, tentang penyakit akibat stres.

"Apa hubungannya dengan belajar memijit?" tanya Azhar penasaran.

"Kalau belum sembuh, mungkin ini akan bisa menjadi terapi untuk penyakitmu. Siapa tahu, akan berhasil," jawab Julia.

"Apa kamu sudah tidak sabar untuk ...," ucap Azhar yang terlihat malu meneruskannya. Maklumlah Azhar masih perjaka tulen.

"Nggaklah. Tapi kenapa kamu terlihat malu. Bukannya, kita sudah pasti pernah melakukannya sebelum aku sakit. Aku hanya berharap kamu bisa sembuh saja. Atau kamu takut aku akan merudapaksa kamu?" tanya Julia sambil menatap tajam Azhar.

"Apa yang kamu katakan, kamu kira aku apa? Kau istriku, pasti kita pernah melakukannya. Merudapaksa apanya, aku sendiri yang akan datang tanpa kamu minta," jawab Azhar disambut senyum ejekan dari Julia.

Julia meminta Azhar untuk tengkurap dan dia mulai belajar memijit. Julia memijit dengan lembut ujung kaki hingga ujung kepala. Azhar merasa senang dan santai setelah mendapat pijitan dari Julia. Tak terasa, Azhar tertidur sampai fajar menjelang.

Azhar terbangun ketika suara adzan terdengar berkumandang di kejauhan. Azhar panik karena dia tidak melihat Julia di sampingnya. Azhar bergegas keluar, takut jika Julia pergi karena marah. Semalam dia ketiduran saat dipijit.

Azhar bertambah panik karena dia tidak menemukan Julia dimanapun. Azhar duduk di sofa sambil menghela napas berat. Azhar menyesal, semalam telah membuat Julia kesal.

Suara iqomah telah terdengar sayup-sayup. Azhar bergegas kembali ke kamarnya untuk menjalankan sholat. Dia membuka pintu kamar dengan lemah. Matanya berbinar, ketika dia melihat seseorang sedang memakai mukena dan duduk di atas sajadah.

"Julia ...," gumam Azhar.

Julia menoleh ke arah pintu dan tersenyum manis pada Azhar.

"Aku sudah sejak tadi menunggumu," ucap Julia.

Azhar tiba-tiba terharu, dan meneteskan sebutir air mata, tanda bersyukurnya memiliki istri seperti Julia. Azhar tidak meminta istri yang sempurna, tetapi cukup istri sederhana dan sholehah. Julia memang bukan dari pondok pesantren atau sekolah agama, tetapi dari segi ibadah, Julia cukup bisa menjalankan dengan baik.

"Iya, tunggu sebentar, aku ambil air wudhu dulu," jawab Azhar lalu pergi mengambil air wudhu.

Julia dan Azhar menjalankan sholat berjamaah. Setelah itu, Azhar mengucapkan doa yang diaminkan oleh Julia. Ada rasa bahagia di hati mereka berdua karena bisa merasakan indahnya sebuah pernikahan.

Julia bergegas pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Azhar yang tidak ingin sedetikpun melewatkan kesempatan dekat dengan istrinya, mengikuti Julia hingga ke dapur. Julia mulai menyadari jika Azhar ingin menunjukan perasaan cintanya. Karena itu, dia membiarkan saja kelakuan Azhar.

Julia menahan tawa, ketika dia meminta Azhar membantunya memotong bawang merah. Azhar menangis sampai sesenggukan.

"Julia, kenapa kamu tertawa?" tanya Azhar sambil mengusap matanya yang basah.

"Jangan di usap, nanti mata kamu bertambah pedas!" teriak Julia sambil menarik tangan Azhar.

Tubuh keduanya saling berdekatan dan pandangan mata mereka beradu. Suasana menjadi sangat romantis. Julia tidak menduga, jika hatinya akan sangat berdebar-debar, ketika mendapat tatapan mesra Azhar. Padahal mereka sudah menikah cukup lama.

Apakah ini sesuatu yang normal? batin Julia.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!