Bab 12. Azhar sakit

Waktu bersama, maksud Azhar apa?

Hati Julia menjadi bingung dengan maksud Azhar. Bukannya, Azhar setuju untuk merahasiakan hubungan mereka. Tetapi mengapa Azhar ingin waktu bersama.

"Azhar, aku tidak mengerti apa yang kamu katakan. Jika kamu setuju untuk merahasiakan semua ini, bukankah kita tidak akan tinggal bersama?" tanya Julia.

"Meskipun kita tidak tinggal bersama, setidaknya kamu ada waktu untuk aku. Maksudku, datanglah kerumah kalau hari libur. Aku akan selalu menunggumu sampai kamu bersedia kembali ke rumah kita," ucap Azhar penuh harap.

"Aku sebenarnya ingin merawat kamu. Tetapi, nanti aku pikirkan lagi," jawab Julia sedih.

Tiba-tiba, terdengar seseorang mengetuk pintu yang membuat Julia melepaskan pelukan Azhar. Padahal Azhar masih berusaha memeluk Julia.

"Ada orang ...," gumam Julia.

"Masuk!" teriak Azhar sambil melepaskan pelukannya dan Julia segera menjauh dari Azhar.

Terlihat jelas, pak Dedi kaget melihat Julia ada di ruangan Azhar. Julia bergegas keluar untuk melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan pak Dedi menatap kepergian Julia sambil tersenyum.

"Pantas saja, pak Arden menyukai dia," gumam pak Dedi.

"Ehem, dia sudah pergi. Mau melihat apa?" tanya Azhar kesal.

"Pak Azhar. Maaf, saya terus kepikiran dengan gadis berhijab itu. Bagaimana dia bisa menarik perhatian pak Arden. Sekarang, dia juga berhasil menarik perhatian kamu," jawab pak Dedi sambil duduk di sofa.

"Apa pak Dedi ke sini, cuma mau bicara masalah itu?" tanya Azhar sambil ikut duduk di depan pak Dedi.

"Tidak. Tapi, cukup menyenangkan juga membicarakan gadis yang di sukai pak Arden dan pak Azhar. Kalian berdua sama-sama pria yang tidak terpengaruh dengan wanita. Dan baru kali ini, ada wanita yang bisa membuat kalian sibuk."

"Dia bukan gadis, tapi wanita bersuami. Jadi stop membicarakan dia lagi dengan gosip-gosip yang entah kamu dapat dari mana itu," ucap Azhar sedikit emosi.

"Dia sudah menikah? Dari mana kamu tahu?" tanya pak Dedi penasaran.

"Aku sendiri yang bertanya padanya. Sudahlah, biarkan dia bekerja dengan baik. Jangan ganggu dia lagi," ucap Azhar sambil menatap tajam pak Dedi.

Pak Dedi merasa segan juga melihat sikap Azhar yang seolah melindungi Julia. Mereka kemudian membicarakan masalah pekerjaan.

Sementara itu, Julia telah kembali ke dapur. Rupanya semua rekan kerjanya sedang menunggunya. Mereka penasaran ingin mendengar cerita dari Julia. Tetapi ketika Julia tiba, dia sama sekali tidak berbicara apa-apa.

Hari demi hari, telah berlalu. Seperti biasanya, Julia membantu menyiapkan makan siang untuk semua karyawan. Secara diam-diam, Julia menyiapkan makan siang juga untuk Azhar. Tetapi ternyata, Azhar tidak masuk kerja karena sakit.

Mendengar berita itu, Julia merasa sedih. Dia tidak berada di sisi suaminya saat suaminya membutuhkannya. Dia mengalami dilema, antara pekerjaan dan tanggungjawabnya sebagai seorang istri. Julia kemudian mengajukan cuti beberapa hari agar bisa merawat Azhar.

Sepulang kerja, dia mengayuh sepedanya menuju rumah sakit tempat Azhar di rawat. Karena Julia tidak tahu di ruangan mana Azhar di rawat, Julia bertanya kepada seorang suster jaga.

Julia berjalan menuju ruang rawat inap VIP sesuai arahan suster. Dia berhenti sebentar sambil menghela napas panjang di depan kamar tempat Azhar di rawat.

Julia membuka pintu perlahan agar tidak menggangu istirahat Azhar. Julia mendekati tempat tidur Azhar dan dia berhenti tepat di sampingnya.

Julia tampak sedih dan meneteskan airmata. Sebagai istri, dia memiliki kewajiban merawat Azhar, terlepas dari rasa marahnya pada Azhar. Apa lagi sekarang, mereka baru berbaikan dan saling memaafkan kesalahan masing-masing. Julia berpikir untuk pindah kembali ke rumah Azhar dan menjadi istri yang baik.

"Julia, kamu datang?" tanya Azhar sambil tersenyum senang.

"Kenapa kamu bisa sakit, bukannya kemarin kamu baik-baik saja?" tanya Julia balik.

"Beginilah nasib pria yang hidup sendiri. Semalam aku ketiduran di ruang kerja. Pagi harinya aku tiba-tiba demam. Untung ada bibik yang segera membawaku ke rumah sakit," jawab Azhar sambil menghela napas.

"Kamu pasti kedinginan dan masuk angin," ucap Julia sambil meraih tangan Azhar dan menggenggamnya mesra.

"Mungkin saja. Akan lebih baik jika kamu mau tinggal bersamaku lagi. Kamu masih bisa kerja jika kamu mau, aku tidak akan pernah melarang," ucap Azhar manja.

Julia terdiam tanpa ekspresi, yang membuat Azhar was-was di tolak Julia. Lalu Julia tersenyum pertanda setuju dengan keinginan Azhar. Barulah Azhar bernapas lega.

"Terima kasih, istriku," ucap Azhar sambil tersenyum manis.

Baru saja mereka melepaskan rindu, dari luar terdengar suara beberapa orang sedang berbicara dan hendak masuk. Julia berusaha melepaskan tangannya dan berniat bersembunyi agr tidak terlihat oleh teman dan rekan kerja Azhar. Tetapi Azhar meminta Julia untuk tetap berada di sampingnya.

Pintu pun terbuka dan beberapa rekan kerja Azhar satu-persatu masuk. Mereka semua kecuali pak Arden, terkejut melihat Julia ada bersama Azhar. Bahkan terlihat mereka saling berbisik dan bergosip saat melihat tangan Azhar dan Julia saling menggenggam.

"Azhar, bisa juga kamu sakit. Atau, hanya pura-pura, biar kita jenguk kamu," ledek pak Arden sambil mengedipkan matanya.

Azhar tersenyum karena mengerti maksud dari ledekan pak Arden. Kali ini, dia bisa membawa Julia kembali padanya, saat dia sakit. Mungkin, sakit ini memang kebetulan. Kebetulan yang membawa berkah untuknya.

Pak Arden, satu-satunya orang yang tahu jika Julia adalah istrinya. Azhar sengaja memberitahunya, agar pak Arden menjaga jarak dari Julia. Akan tetapi, yang utama karena Azhar cemburu mendengar gosip tentang Julia dan pak Arden.

Sekarang, setelah Julia memutuskan untuk tinggal bersamanya lagi, Azhar akan lebih berani mengakui Julia sebagai istrinya dihadapan rekan-rekan kerjanya. Bahkan mungkin, mungkin seluruh perusahaan akan tahu tentang hubungan mereka.

"Aku tidak butuh kamu jenguk. Aku hanya butuh istriku saja untuk menemaniku," jawab Azhar membalas ledekan pak Arden.

Tentu saja, jawaban Azhar membuat yang lain kaget. Terutama beberapa rekan wanita Azhar. Mereka patah hati, karena Azhar adalah pria idaman yang cocok dijadikan suami.

Julia hanya tertunduk malu dan hatinya berdebar-debar, karena sekarang semua orang di tempat kerjanya akan tahu siapa sebenarnya Julia. Julia kini harus bisa bersikap selayaknya istri, salah satu manajer di perusahaan itu.

Tetapi, Julia hanyalah wanita biasa. Dia mungkin akan sulit untuk beradaptasi menjadi nyonya muda. Untung saja, Azhar tidak pernah mempermasalahkan ketidaksanggupan Julia sebagai masalah besar. Azhar menghargai kepribadian Julia yang sederhana dan apa adanya.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!