Bab 8. Azhar

Setelah kepergian Julia, seharusnya Azhar merasa bebas dan senang. Karena tanggungjawabnya sudah berakhir dengan pilihan Julia sendiri. Meskipun saat itu Julia menganggapnya sebagai suami pertamanya yang sudah menyakitinya selama ini.

Azhar berbaring santai di atas ranjang dan berusaha memejamkan matanya. Entah kenapa, dia sulit sekali tidur. Padahal, biasanya saat ada Julia, dia dengan mudah bisa tidur lelap. Hati Azhar mulai gelisah dan dipenuhi kekhawatiran tentang keberadaan Julia. Kemana Julia akan pergi, sedangkan Julia sudah tidak memiliki keluarga?

Apakah dia sudah mendapatkan tempat tinggal, apakah dia makan dengan baik? Apakah dia baik-baik saja?

Tatapan mata Azhar tertuju pada bantal di sampingnya. Biasanya Julia berbaring sambil tersenyum dan akan mengucapkan selamat malam untuknya sebelum tidur. Azhar akan membalasnya dan meminta Julia segera tidur.

Azhar menarik napas berat. Ada sesuatu yang terasa hilang dari bagian dirinya saat ini. Azhar merasa kesal pada dirinya sendiri yang tidak bisa keluar dari bayang-bayang Julia. Siapa Julia baginya? Dia hanya wanita yang kebetulan terluka karena dirinya. Selama ini bukankah dia juga sudah berkorban banyak untuk bisa membantunya mengingat masa lalu.

Dada Azhar bergemuruh dan jantungnya berdegup kencang setelah teringat bahwa, Azhar sudah secara resmi menikahi Julia. Meskipun, tanpa Azhar sadari, ada hal yang tidak bisa diubahnya. Pernikahan, yang seharusnya satu seumur hidup.

Apa bedanya aku dengan Danang, mantan suami Julia, Jika aku juga menyakitinya dengan wanita lain? Jadi, kepergian Julia adalah kesalahanku yang tanpa aku sadari telah membuat Julia marah dengan terus berhubungan dengan Mirren, batin Azhar.

Azhar semakin merasa bersalah. Dia kini tidak hanya menyakiti hati Mirren tetapi juga telah menyakiti hati Julia. Azhar menyadari bahwa dia harus membuat keputusan, agar tidak menyakiti banyak orang. Terutama Julia dan Mirren. Tetapi, Azhar ingin memastikan hatinya untuk menetapkan pilihan.

Diambilnya air wudhu dan dia segera melakukan sholat tahajud diikuti sholat istikharah. Azhar ingin melibatkan Allah dalam menentukan pilihan hatinya.

Dia bersimpuh dan meminta petunjuk di sepertiga malam.

Semalaman bergelut dengan kekalutan hatinya, membuat Azhar tertidur menjelang subuh diatas sajadahnya.

Azhar menatap sesosok wanita yang sedang membelakanginya. Wanita itu sedang melakukan sholat dan sedang berdoa. Saat menyadari kehadiran Azhar, wanita itu menoleh perlahan. Hati Azhar berdebar kencang, ternyata dia adalah Julia. Julia tersenyum manis pada Azhar sambil mengulurkan kedua tangannya, seolah mengharapkan Azhar meraih kedua tangan itu.

Azhar terdiam sesaat, sampai akhirnya, dia berjalan perlahan mendekati Julia. Diraihnya kedua tangan Julia dan Azhar ikut terduduk diatas lantai. Dipandanginya wajah cantik yang masih mengenakan mukena itu dengan lembut. Azhar lalu merebahkan diri diatas pangkuan Julia.

Azhar terbangun ketika tangan lembut serasa menyentuh pinggangnya. Dia bergerak cepat dan langsung terduduk sambil berteriak.

"Julia ... !" teriak Azhar gelagapan.

Rupanya dia sedang bermimpi dan merasa Julia membangunkannya untuk sholat subuh. Menyadari dia sudah terlambat, Azhar bergegas mengambil air wudhu dan langsung sholat subuh.

Seperti biasa, Azhar mandi dan bersiap pergi bekerja. Biasanya, setelah mandi sudah ada pakaian ganti yang sudah disiapkan oleh Julia. Azhar teringat Julia yang terkadang salah memilihkan dasi untuknya. Azhar teringat, selesai berganti pakaian, Julia akan memanggilnya untuk sarapan.

Azhar terduduk diatas ranjang dan berharap akan ada keajaiban Julia memanggilnya untuk sarapan. Akan tetapi hingga sekian lama, Julia tidak muncul membuat hati Azhar sakit.

Ah, aku bisa hidup tanpa kamu, Julia, batin Azhar.

Azhar bergegas ke ruang makan. Azhar terkejut saat melihat Julia duduk di sana sambil tersenyum manis padanya. Azhar membalas senyum Julia dan hatinya penuh bunga-bunga. Azhar bergegas mendekati Julia, tetapi Azhar terkejut saat Julia tiba-tiba menghilang.

"Julia ... Julia," teriak Azhar sambil mencari di sekitar meja makan.

"Pak Azhar, Bu Julia tidak ada di sini. Bu Julia sudah pergi, dan belum kembali, Pak Azhar," ucap Bibik kaget melihat sikap majikannya.

Azhar terduduk lesu di kursi. Dia tidak memiliki nafsu makan. Dia merasa kesepian. Dia sudah terbiasa dengan kehadiran Julia yang setiap hari menemaninya sarapan. Merasa kesal, Azhar tidak jadi sarapan dan langsung pergi bekerja.

Sementara itu, bibik sangat sedih melihat majikannya yang setelah di tinggal Julia berubah drastis. Tidak terlihat senyum di wajahnya lagi. Bahkan terkesan selalu merasa sedih.

***

Di perusahaan, Azhar juga tidak bisa berkonsentrasi bekerja. Pikiran dan hatinya tertuju pada Julia. Dia kini merasa bersalah, takut terjadi apa-apa dengan Julia. Bagaimana jika dia bertemu orang jahat? Jik terjadi hal buruk pada Julia, pastilah dia yang akan merasa bersalah.

"Arg ... arg ...." Suara Azhar terdengar hingga di ruang sebelah.

Hal itu mengundang teman kerjanya, Roni masuk tanpa mengetuk pintu dan langsung berlari kearahnya. Dan beberapa karyawan lain mengintip di depan pintu yang sedikit terbuka. Mereka tampak kepo, karena di perusahaan, Azhar adalah termasuk salah satu pria yang menjadi impian untuk dijadikan suami.

"Azhar, ada apa? Kamu sakit?" tanya Roni panik.

"Aku ...," jawab Azhar tidak dapat meneruskan ucapannya saat melihat banyak orang di luar.

"Baiklah. Kita keluar cari kopi. Ayok," ajak Roni sambil menarik tangan Azhar.

"Iya, sebentar. Jangan tarik aku. Banyak orang," jawab Azhar sambil melepaskan tangan Roni.

"Hai, kalian tidak ada kerjaan, mau aku tambah pekerjaan kalian?" tanya Roni dengan nada kesal.

Mereka semua berlarian dan kembali ke meja kerjanya masing-masing. Mereka tidak berani berkomentar sampai Azhar dan Roni keluar dari ruangan tersebut. Azhar dan Roni berjalan santai menuju ke sebuah cafe yang tidak jauh dari perusahaan mereka.

"Azhar, aku perhatikan, beberapa hari ini kamu tampak aneh. Lebih sering .melamun dan kamu tampak sedih. Ada apa?" tanya Roni sambil menunggu pesanan datang.

Azhar terdiam. Dia tidak tahu, harus berkata apa. Apakah dia akan jujur dan berterus terang pada Roni tentang masalahnya ini?

Memang, Roni adalah sahabatnya, yang tahu banyak tentang hidupnya. Hanya saja, Roni tidak tahu jika dia sudah menikah dengan Julia. Apa yang akan dipikirkannya tentang aku, jika Roni tahu?

Roni, Azhar dan Mirren adalah teman sejak SMP. Mereka pernah terlibat konflik karena cinta segitiga. Roni jatuh cinta pada Mirren, tetapi Mirren jatuh cinta pada Azhar. Azhar berusaha menjauhi Mirren demi persahabatannya dengan Roni.

Tetapi, ketika Azhar diancam orangtuanya dan terpaksa menerima pertunangannya dengan Mirren, Roni sangat marah dan menjauhi Azhar hingga hampir 3 tahun.

Pada akhirnya, Roni menerima kenyataan dan berusaha tetap baik pada Azhar dan Mirren sehingga mereka bisa kembali bersahabat. Azhar juga meminta maaf atas apa yang terjadi. Akan tetapi ada satu yang diminta Roni. Azhar harus berusaha mencintai Mirren seperti dirinya mencintai Mirren.

Setelah 3 tahun berlalu, Azhar masih belum juga bisa mencintai Mirren seperti janjinya pada Roni. Bahkan setelah bertemu Julia, Azhar baru bisa merasakan jatuh cinta.

"Azhar, ada apa?"

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!