Bab 7. Juru Masak

Memasuki dunia kerja yang baru. Meskipun tidak jauh berbeda dengan pekerjaannya dimasa lalu, yang masih harus menjadi bawahan orang lain. Setidaknya, di tempat ini, Julia hanya fokus pada satu bidang pekerjaan yaitu sebagai juru masak di kantin sebuah perusahaan.

Meskipun awalnya dia mendapatkan pekerjaan ini karena orang dalam, tetapi Julia ingin membuktikan bahwa dirinya bisa disejajarkan dengan para ahli masak yang sudah lama bekerja di sana.

Julia merasa bersyukur, karena mereka tidak pernah memandang rendah dirinya meskipun berstatus sebagai orang baru. Pada awalnya dia hanya diperbolehkan untuk membantu atau sebagai asisten bagi juru masak senior. Dan dalam jangka waktu yang tidak lama, Julia sudah diberi kepercayaan untuk membuat masakan meski masih dalam tahap percobaan.

Meskipun Julia wanita berhijab, Julia tidak dikucilkan didalam ruang lingkup pekerjaannya. Bahkan, dia menjadi contoh, juru masak yang berpakaian rapi dan tertutup. Mulai dari kaki hingga kepala semua tertutup, hanya terlihat wajah dan tangannya saja.

Karena sebagai juru masak, banyak peraturan yang ahrus di lakukan. Rambut tidak boleh terlihat karena dikhawatirkan akan jatuh kedalam masakan yang dibuat. Tidak boleh berbicara dan harus menutup mulut dengan masker atau alat tertentu agar ludah tidak masuk kedalam masakan. Dan masih banyak hal lain yang ahrus diperhatikan.

Menjalankan pekerjaan yang menyenangkan dan juga lingkungan kerja yang harmonis, membuat Julia lupa akan kesedihannya berpisah dengan suaminya. Meskipun terkadang, dia masih teringat bagaimana Azhar begitu baik padanya.

Teringat kebaikan Azhar, tidak mungkin Julia akan melupakan sakit hatinya juga. Karena keduanya saling berkaitan. Ada senyum, ada juga sedih. Jika sudah begitu, Julia hanya bisa menyerahkan semuanya pada Allah. Bersimpuh dan memohon ampunan atas segala dosa yang sudah Julia lakukan.

Julia hanya meminta satu hal, semoga dikuatkan hatinya untuk tetap bisa berdiri kokoh, meskipun sesakit apapun hatinya. Sesedih apapun dirinya, dan seberat apapun beban yang harus dia tanggung.

Disela-sela kesibukannya, Julia menyempatkan diri untuk belajar berbagai macam masakan yang sering di suguhkan sebagai menu makanan untuk karyawan di perusahaannya. Julia juga berusaha melakukan pembaruan tentang menu masakan. Berusaha membuat menu masakan yang baru sehingga tidak akan terasa monoton dengan makan itu-itu saja selama bertahun-tahun ini.

Hal itu disambut baik oleh sang senior, ibu Welas yang merupakan pimpinan di kantin tersebut. Untuk pertama kalinya, menu baru di sediakan kepada seluruh karyawan termasuk para stafnya. Kebetulan juga, pada saat itu ada tamu dari pusat yang ingin meninjau menu masakan di kantin secara rahasia.

Tidak ada yang tahu, jika seorang pria tampan dengan pakaian pekerja biasa tengah asyik menikmati menu masakan hari ini. Dia tampak sendirian dan asing bagi pekerja yang lain.

Saat itu, Julia sempat memperhatikannya, karena biasanya para pekerja itu pasti selalu makan bersama teman-temannya. Paling tidak, dua atau bisa lebih. Bahkan dilihat dari segi penampilan, dia juga terlihat agak berbeda. Ada aura yang berbeda dari karyawan lainnya.

Bagi Julia, semua itu tidaklah penting. Asalkan dia sudah bekerja dengan baik dan sudah sesuai prosedur kerja, tentu tidak akan menjadi masalah. Karena itulah Julia tampak tenang dan biasa saja ketika ada yang mengatakan akan ada sidak di kantin.

Sebelum jam kerja berakhir, Julia mendapatkan panggilan dari kantor manajer, atasan Bu Welas. Semua temen-temennya memberi semangat pada Julia, meskipun mereka tidak tahu, untuk urusan apa Julia dipanggil. Julia sendiri, tidak tahu apa-apa. Bahkan dia juga tidak merasa melakukan kesalahan. Ataukah ini berhubungan dengan ijazah saat dia masuk?

Dengan menyimpan banyak pertanyaan, Julia di temani Bu Welas masuk ke kantor manajer. Dengan sedikit pelan, Bu Welas mengetuk pintu ruang manajer yang segera disambut suara seorang pria dari dalam.

"Masuk."

Bu Welas dan Julia masuk dengan langkah pelan. Hati Julia agak cemas juga, dan kalau bisa, mungkin dia akan berlari menjauh saja. Baru bekerja beberapa minggu sudah harus berurusan dengan pimpinan. Menyedihkan.

"Silahkan duduk, Bu Welas dan juga Bu ... " ucap Pak Eka, sang manajer, sambil menatap kedua wanita bawahannya.

"Julia, Pak," jawab Bu Welas.

"Bu Julia. Kalian tahu, kenapa kalian saya panggil?" tanya pak Eka.

"Tidak," jawab Bu Welas dan Julia bersamaan.

"Begini, ini berhubungan dengan menu masakan hari ini," ucap pak Eka menimbulkan kepanikan di hati Julia maupun Bu Welas.

"Maaf, Pak. Saya membiarkan anak buah saya untuk membuat menu baru. Tapi saya rasa, semua karyawan tidak ada yang mengeluh dan membuat laporan," jawab Bu Welas berusaha membela Julia.

Julia hanya diam saja. Dia sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi. Dia sudah terbiasa hidup susah dan disakiti orang lain. Kalian hanya dipecat, dia masih bisa mencari pekerjaan lain.

"Saya tidak mempermasalahkan tentang itu. Tapi kami sangat mengapresiasi apa yang dilakukan Bu Julia untuk kemajuan kantin kami. Untuk itu, dari pihak pusat yang kebetulan hari ini meninjau kantin dan menu yang tersedia, beliau sangat menghargai itu," ucap Pak Eka serius.

Lalu seorang pria dengan memakai jas dan penampilan yang sempurna berdiri didekat pak Eka.

"Perkenalkan, saya utusan dari pusat. Pak Arden," ucap orang itu sambil mengulurkan tangannya pada Julia dan Bu Welas.

Bu Welas dan Julia menyambut tangan pak Arden dan mereka bergantian berjabat tangan.

"Silahkan pak Arden, saya akan menunggu di sana," ucap pak Eka lalu berdiri beralih duduk di sofa.

"Terima kasih, pak Eka. Setelah mengamati dan melihat hari ini, saya ingin mengajak Bu Julia bergabung bersama kami di kantor pusat sebagai salah satu ahli gizi kami. Bu Julia akan bertanggungjawab atas makanan kami. Karyawan kami, tidak sebanyak karyawan di sini. Kami hanya terdiri dari karyawan kantor dan staf-staf terkait," ucap Pak Arden sambil menatap Julia.

"Julia, kamu terima saja. Maaf pak Arden. Bagaimana masalah gaji?" tanya Bu Welas mewakili Julia yang terdiam kaget.

"Jangan khawatir masalah gaji. Bu Julia akan di haji sebesar gaji UMR di kota tempat perusahaan kami. Tentunya lebih besar dari gaji di sini. Di tambah bonus bulanan jika kami merasa puas dengan menu masakan dari Bu Julia. Bagaimana?" tanya pak Arden penuh harap.

" Sebenarnya, perusahaan kami bisa langsung mentransfer Bu Julia langsung ke pusat. Tetapi, pak Arden ingin mendengar kesediaan langsung dari Bu Julia. Karen masakan itu, lahir dari hati. Kalau hati Bu Julia tidak bahagia, bagaimana bisa menghasilkan masakan yang enak," ucap Pak Eka ikut menjelaskan.

Bu Welas tersenyum senang dengan apa yang di terima Julia hari ini. Bu Welas terus mendesak Julia agar mau menerima tawaran dari pak Arden demi masa depan Julia.

Julia masih bingung dan belum bisa menjawab.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!