Bab 4. Pernikahan rasa sahabat

Julia masih tidak mengerti dengan apa yang di inginkan Azhar dengan mengajaknya ke KUA. Yang ada di dalam pikiran Julia adalah, Azhar akan mengajaknya menghadiri pernikahan temannya.

Anehnya, Azhar memintanya berdandan dan memakai pakaian yang sudah disiapkan Azhar. Pakaian yang sempat membuat Julia bertanya dalam hati. Pakaian ini selayaknya pakaian pengantin. Ada rasa curiga, tetapi bukannya mereka sudah menikah dan sudah sudah jadi suami istri?

Sepanjang perjalanan, Julia terus berpikir. Tetapi dia merasakan sakit di kepalanya yang membuatnya tidak lagi menganalisa apa yang terjadi.

"Julia, jangan terlalu banyak berpikir. Jalani saja apa yang harus terjadi. Pasti nanti kamu juga akan ingat dengan sendirinya," ucap Azhar saat melihat Julia memegangi kepalanya.

"Benar, Mas. Aku sedih, karena aku melupakan sesuatu yang seharusnya aku ingat," jawab Julia sambil menghela napas berat.

"Hari ini, kita akan ke KUA, untuk melakukan prosesi pernikahan. Bukan apa-apa. Kita memang sudah nikah, tetapi siapa tahu dengan menikah lagi, kamu akan mengingat sesuatu," ucap Azhar berusaha agar Julia tidak curiga.

"Julia mengerti. Semoga, hari ini Julia bisa mengingat kembali semuanya," ucap Julia sedih.

"Tapi, jangan dipaksakan. Sebisanya saja," ucap Azhar sambil melirik ke arah Julia.

Mereka akhirnya sampai di KUA dan di sana sudah menunggu beberapa orang yang sudah disiapkan oleh Azhar sebagai saksi. Mereka menikah dengan wali hakim dan dengan gugupnya Azhar berhasil mengucapkan ijab kabul setelah dua kali gagal.

Setelah terdengar kata 'sah', Julia mengingat sesuatu. Acara akad nikahnya dulu dengan seseorang yang wajahnya masih belum terlihat jelas. Seharusnya, dia bisa melihat dengan jelas wajah Azhar, seperti saat ini.

Azhar dan Julia, menikah secara resmi setelah Azhar mengambil surat cerai Julia dari kantor catatan sipil beberapa waktu lalu. Karena ternyata, suami Julia sudah menceraikannya dan masa iddahnya juga sudah berakhir.

Semuanya seperti sudah digariskan bagi Azhar dan Julia untuk bisa menikah. Mereka menandatangani surat nikah, meskipun Julia sempat ragu dengan semua ini. Jika Azhar hanya ingin, membuatnya mengingat kembali, kenapa mesti ada surat nikah baru.

Selesai berdoa, mereka segera pulang ke rumah. Julia tampak murung karena dia hanya mengingat prosesi pernikahan tetapi dia sama sekali tidak mengingat wajah suaminya yang seharusnya adalah wajah Azhar.

Jangan-jangan aku dulu menikah karena terpaksa dan aku tidak mencintai suamiku. Mungkin juga, suamiku jahat dan suka melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Sekarang m, dia berpura-pura baik padaku karena dia merasa bersalah sudah mencelakai aku, hingga aku hilang ingatan. Jika benar demikian, aku seharusnya waspada dengan dirinya, batin Julia.

Setelah berpikir seperti itu, Julia mulai menjaga jarak dari Azhar. Julia juga tidak banyak bicara apalagi berusaha mendekati Azhar.

Sesampainya di rumah, Azhar meminta Julia untuk berdiskusi mengenai hubungan mereka kedepannya. Julia yang sudah terbingkai dengan dugaannya sendiri, mengiyakan saja semua perkataan Azhar.

"Julia, aku memiliki rahasia yang aku sembunyikan darimu. Hari ini, aku ingin mengatakannya padamu. Aku harap kamu mengerti dan memahami kesulitanku," ucap Azhar saat mereka sudah duduk santai di ruang keluarga.

Tuh, kan bener. Dia pasti mau mengaku kalau dia jahat sama aku, batin Julia.

"Katakan saja, Mas. Aku pasti akan berusaha mengerti," jawab Julia dengan hati berdebar-debar.

"Saat kamu koma, aku stres dan tertekan. Karena itu aku mengalami masalah dengan ... kejantananku," ucap Azhar agak risih ingin mengucapkan hal tentang alat vitalnya pada Julia. Tapi ini harus dia lakukan, agar Julia tidak curiga karena dia tidak akan pernah menyentuh Julia.

"Apa, sudah periksa ke dokter?" tanya Julia agak kaget.

"Sudah. Kata dokter, aku tidak akan bisa berhubungan selama setahun. Dan selama setahun itu, aku harus terus berobat. Tapi, kalau belum sembuh, bisa lebih dari itu," jawab Azhar membodohi Julia.

Julia yang tidak tahu apa-apa tentang penyakit seperti itu, hanya mengiyakan saja semua perkataan Azhar. Maklum, Julia hanya lulusan sekolah menengah pertama.

Apa yang dikatakan Azhar, justru akan membuat Julia tidak akan terlalu dekat dengan Azhar. Seperti yang dia inginkan saat ini. Sebelum ingatannya pulih seutuhnya, dia tidak akan menjalankan kewajibannya berhubungan suami istri dengan Azhar.

Ada satu hal lagi yang dikatakan Azhar, sebelum ingatan Julia kembali, Julia dilarang keluar rumah ataupun bertemu orang lain. Tujuan Azhar adalah, agar keberadaan Julia tidak diketahui oleh orang lain. Tetapi bagi Julia, itu mungkin juga hal yang baik untuknya. Karena, dia tidak tahu, mana orang baik dan mana orang yang akan berniat jahat padanya.

Sejak hari itu, Julia menjalankan kewajibannya mengurus semua keperluan Azhar. Mulai dari menyiapkan sarapan hingga menyiapkan pakaian kerja untuk Azhar. Meskipun untuk hal lainnya dikerjakan oleh bibik. Hanya satu yang tidak pernah Julia lakukan, melayani kebutuhan biologis suaminya.

Ketika malam tiba, mereka akan tidur satu ranjang tetapi mereka tidak pernah saling menyentuh. Hanya berbicara mengucap selamat malam dan mereka akan langsung tertidur. Kebiasaan ini menjadi hal yang biasa dan mereka mulai nyaman satu sama lain. Bagi Julia dan Azhar, hal itu membuat mereka mulai bisa menerima keberadaan masing dan mereka menjalani hubungan mereka selayaknya sahabat.

Keesokan harinya, Julia bangun dengan rasa sakit di perutnya. Rupanya dia sedang mengalami datang bulan. Dia meringkuk diatas tempat tidur sambil menahan sakit. Biasanya, setiap datang bulan, dia tidak pernah mengalami rasa sakit seperti ini.

Julia ingin bangun dan melakukan aktifitasnya seperti biasa. Tetapi karena rasa sakit ini, Julia tidak sanggup melakukannya.

Julia melihat ke arah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Biasanya, jam segini, Azhar sudah bangun untuk sholat subuh berjamaah dengannya. Suara alarm yang biasanya terdengar, tidak ada tanda-tanda akan berbunyi. Pasti dia lupa menghidupkan alarm.

Dengan masih menahan sakit, Julia berbalik badan menatap wajah Azhar yang masih tidur dengan pulasnya. Rasanya sangat canggung harus membangunkan Azhar. Ini pertama kali baginya membangunkannya.

Dengan perasaan gugup dan agak takut, Julia menarik pojok baju Azhar dengan agak kencang. Satu kali, dua kali bahkan sampai beberapa kali, Azhar tidak juga terbangun.

Hingga akhirnya, Julia tidak sengaja menyentuh pinggang Azhar karena terlalu kencang menarik bajunya. Sentuhan tangan Julia yang mengenai kulit Azhar, membuat Azhar terbangun. Dengan cepat, dia menangkap tangan Julia dan menatapnya tajam. Ada kemarahan dan ketidak senangan terlihat dibalik tatapan itu.

Julia merasa sangat ketakutan dan mengalahkan rasa sakit diperutnya. Tatapan itu seperti pisau yang menghujam ke ulu hatinya. Tetapi, bagaimana dia bisa menjelaskan, bahwa dia hanya ingin membangunkan Azhar dan tidak ada maksud lain?

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!