"Nona, kenapa berdiri di sini? ayo kesana," ucap pelayan itu membuat Aku tersadar dari lamunanku.
"I iya kau kembalilah bekerja,"Jawab ku dengan terbata-bata.
Aku menghela nafas panjang berusaha untuk tenang bersiap untuk menerima ocehan apa yang Bos Devan katakan terlebih kejadian kemarin masih aku ingat.
"Pagi My Bos." Sapa ku sambil tersenyum tipis.
"Kau kenapa ke sini? bukan nya kau kemarin sudah dipecat?" tanya nya tanpa sedikitpun menatap wajah ku.
"My Bos, Aku kan sudah minta maaf, atas apa yang terjadi lagian tangan mu sudah baikan kan? jadi ku mohon jangan pecat aku." Aku berusaha untuk membujuk karena merasa pria di hadapan ku itu terlihat sangat begitu tidak menyukai keberadaan ku.
"Hmmmm." jawab nya lagi-lagi tanpa sedikitpun menoleh ke arah ku, suatu jawaban yang tidak bisa aku Artikan.
"Hmmmm berarti iya kan?" tanya ku memastikan sambil duduk di samping Bos Devan.
Pria itu diam saja tanpa sedikitpun menjawab membuat Aku hanya menghela nafas panjang.
"Ya sudah kalau begitu, Aku ikut menumpang memakan bekal ku dulu." lanjut ku lagi sambil mengeluarkan kotak makanan yang berisi bubur ayam yang kakek bawakan tadi.
Pria itu diam saja tanpa sedikitpun menoleh atau merasa terganggu dengan keberadaan ku sementara anak kecil itu hanya mengoceh tidak jelas, entah kemana ibunya yang jelas di meja makan hanya kami berdua.
Aku yang kini sedang menyantap bubur ayam kini tersadar, saat melihat hidangan di meja sangat begitu banyak, tapi mengapa pria di sampingku ini hanya memakan Roti dan susu saja? hal itu membuat Aku berinisiatif untuk meminta Ayam goreng .
"My Bos, Aku minta Ayam goreng boleh?" tanya ku tanpa menunggu jawaban pria di sampingku langsung saja mengambil satu potong ayam.
"Tidak boleh, enak saja, sudah di izinkan numpang makan malah minta makanan dari sini, kau pikir Aku bakal berbaik hati." ketus nya langsung mengambil ayam goreng yang Aku pegang.
"Dasar pelit." umpat ku dengan kesal.
"Apa kau bilang? Ulangi sekali lagi." Pria itu menatap ku dengan tatapan tajam.
"My Bos, itu baik hati sekali saking terlalu baik nya Aku di izinkan numpang makan." jawab ku sambil tersenyum paksa.
Mungkin kalau bukan karena Aku menyukai pria di sampingku sudah dapat di pastikan kalau Aku sudah menendang nya atau memakai di depan nya habis-habisan seperti yang sudah-sudah saat Aku sekolah dulu.
"Sudahlah jangan drama lagi, Aku tahu umpatan mu itu, habiskan makanan mu, setelah itu beresekan perlengkapan yang ada di sana masukkan ke dalam tas semua." ujarnya tanpa sedikitpun ingin berlama-lama.
Aku hanya mengerutkan kening heran tapi, Aku juga tidak berani bertanya takut jika pria itu akan menjawab nya dengan jawaban yang membuat ku kesal.
"My Bos, kenapa kau malah menggendong anak kecil itu? Apa dia Anak mu? Dimana ibunya?" tanyaku dengan beruntun setelah Aku sudah selesai membereskan perlengkapan yang tadi di suruh.
"Kau terlalu banyak bertanya, sudahlah kau setir mobil nya." Bos Devan langsung saja melempar kunci mobil tanpa sedikitpun berniat untuk menjawab pertanyaan ku.
Aku hanya bisa pasrah saja tanpa sedikitpun ingin bertanya lagi, meskipun hati dan pikiran ku tidak karuan tentang siapa anak kecil itu, terlebih Bos Devan membawa anak kecil itu ke perusahaan sungguh membingungkan bukan.
Sepanjang perjalanan hening tidak ada yang berbicara hanya ocehan anak kecil itu yang terdengar suara nya, hingga tak terasa mobil sudah berada di depan gedung perusahaan.
Wiliam terlebih dahulu membukakan pintu untuk Bos Devan membuat Aku hanya diam saja.
Setelah mengeluarkan seluruh barang-barang Aku segera memarkirkan mobil ke arah parkiran.
"Siput, tugas mu sekarang menjaga Sanum, ingat jangan membuat nya menangis sedikit pun, jika kau berhasil mengurus nya hari ini maka kau masih bisa bertahan di sini." ucap Bos Devan setelah Aku sudah berada di depan.
"Tapi My Bos, Aku tidak tahu menahu mengurus anak, sekarang Aku beralih profesi lagi? Setelah kemarin kau menyuruhku menjadi OG? Sekarang kau juga menjadikan ku Baby Sister?" Aku mengeluarkan unek-unek ku karena merasa tidak terima dengan apa yang pria itu suruh.
"Keputusan ada di tangan mu, kalau tidak mau ya sudah kau bisa angkat kaki dari sini." jawab nya sambil berjalan meninggalkan ku begitu saja.
"My Bos, Aku tidak keberatan, Aku senang mengurus anak kecil ko." Aku segera berjalan mengejar Bos Devan langsung saja merebut anak kecil itu dari gendongan nya.
"Nah kalau tidak banyak drama kan enak " ucap nya langsung saja berjalan masuk begitu saja membiarkan Aku menggendong anak kecil itu.
Semua mata terus saja menatap ke arah ku dengan tatapan aneh saat Aku menggendong anak kecil itu, bahkan semua nya berbisik-bisik membicarakan ku.
"Apa yang kalian lihat, anggap saja tidak pernah melihat nya, jadi jangan ghibah." bentak Bos Devan membuat semuanya terdiam.
Kini Aku sudah berada di ruangan Bos Devan sambil masih menggendong anak kecil itu.
"Bos, dimana Nona Pretty? kenapa dia bisa sama Bos?" tanya Wiliam Setelah sedari tadi diam.
"Itu yang membuat ku kesal sedari tadi, wanita itu pergi bekerja tanpa sedikitpun berbicara kepada ku, langsung saja menitipkan anak ini ke pelayan rumah." jawab Bos Devan dengan sangat begitu kesal.
"Ha-ha-ha Pretty memang luar biasa, kelakuan dan tingkahnya memang tidak bisa di rubah." Wiliam justru malah tertawa terbahak-bahak saat mendengar jawaban dari Bos Devan entah apa yang di tertawan kan nya.
"Wiliam kau ingin, mati yah!" Bentak Bos Devan dengan sangat begitu kesal.
"Tidak, aku cuma tertawa sebentar sebelum Aku di sibukkan dengan pekerjaan menumpuk." jawab Wiliam tanpa sedikitpun takut.
"Wilona, sebenarnya anak ini anak siapa? Benarkan anak ini anak My Bos?" tanya ku menghentikan obrolan keduanya.
"Hay Siput, kau cerewet sekali, bisa tidak? kau jangan membuat ku semakin kesal!" ketus Bos Devan menatap ku dengan tatapan tajam.
"Hanya bertanya My Bos, kau itu, tidak bisakah lembut sedikit dengan wanita?" jawab ku dengan sangat begitu kesal.
"Alah sudahlah, tidak penting berlama-lama di sini, waktu ku bisa habis untuk meladeni ucapan wanita lemot ini." Bos Devan segera menarik tangan Wiliam untuk keluar dari ruangan tersebut.
"My Bos kau mau kemana?" tanyaku dengan heran.
"Meeting dengan klien, kau bekerja dengan baiklah, ingat jangan membuat ku repot." Kini Wiliam yang menjawab karena Bos Devan sudah terlebih dulu keluar.
Aku hanya menghela nafas panjang berusaha untuk tenang sambil menatap wajah anak perempuan itu yang ku tafsirkan sekitar 8 bulanan tapi sangat begitu aktif membuat aku kelelahan menghadapi nya.
Tidak mudah untuk mengurus nya dari memandikan, memberi nya makan, tapi hingga menjelang siang Bos Devan sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali, membuat Aku benar-benar merasa suntuk dan pusing sendiri dengan keaktifan anak kecil itu.
Suara ketukan pintu membuat Aku sangat begitu bersemangat, karena ku pikir itu adalah Bos Devan, ternyata tidak yang datang hanyalah sekertaris nya saja untuk mengantarkan makanan untuk ku.
Aku makan siang sambil menggendong anak kecil itu meskipun sangat begitu susah, setelah makan siang Aku berusaha untuk menidurkan nya, rasa kantuk benar-benar sudah Aku rasakan.
******
"Siput Bangun!"
Ku buka mata lebar-lebar saat Aku mendengar suara yang cukup keras di telinga ku dan Aku menyadari bahwa posisi ku sedang duduk sambil mendekap tubuh anak kecil itu di sofa.
"My Bos, bisa tidak? Jangan mengagetkan ku, kau tidak punya pikiran sekali, membuat dia kaget dengan bentakan mu itu." ucap ku saat melihat anak kecil itu juga ikut kaget dan menangis.
"Karena kau sudah tidur, dalam waktu kerja, kalau aku tidak datang bagaimana nasib nya? Bisa jadi kau tidak sadar menindih tubuh nya." Jawab Bos Devan masih menatap ku dengan tatapan tajam.
"Lalu apa bedanya dengan mu? Yang menghilang tanpa kabar? membiarkan ku menjaga seorang diri, terlebih pintu nya di kunci, tentu saja aku juga merasa mengantuk." Jawabku mengeluarkan Apa yang aku rasakan.
Bos Devan tampak menahan kesal pria itu tidak bisa menjawab ucapan ku karena apa yang aku katakan ada benarnya juga.
Kini pria itu lebih memilih untuk duduk di bangku kerja nya, tanpa sedikitpun berbicara, membuat aku juga lebih memilih untuk diam sambil berusaha untuk menenangkan anak kecil itu.
Aku yang menjaga anak kecil itu tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memotret Bos Devan yang sedang duduk sambil sesekali mencuri-curi pandang.
Tak terasa waktu kini sudah berganti Malam, karena Bos Devan lembur membuat Aku harus menjaga anak kecil itu hingga malam. Badan ku benar-benar terasa remuk sekali terlebih anak kecil itu terus saja aku gendong karena sedang rewel.
Tak terasa kini Aku sudah berada di depan rumah Bos Devan setelah beberapa saat Aku tenggelam dalam pikiran ku.
Aku turun terlebih dahulu untuk membuka pintu mobil untuk nya namun aku di kejutkan dengan sosok wanita bertubuh tinggi langsung saja berjalan mendekat ke arah Bos Devan.
"Sanum, Putri Momy, Momy merindukan mu." ucap wanita itu langsung merebut anak kecil itu dari gendongan Bos Devan.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments