Aturan Konyol

Kini Aku sudah sampai di depan rumah kakek sekitar jam 16.50, ku lihat Kakek sedang menyiram tanaman seperti biasanya.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh." sapa ku setelah memarkirkan motor.

"Walaikum salam Warahmatullahi wabarokatuh." jawab Kakek dengan lengkap seperti yang aku ucapkan.

"Loh, kok pulang-pulang, lesu begitu?" tanya Kakek berjalan menghampiri ku.

"Cape kek, maklum cucu Kakek ini tidak pernah bekerja keras." jawabku sambil tersenyum tipis.

"Ya sudah sana mandi dulu, pung-pung masih ada waktu untuk sholat Ashar, nanti Kakek buat makanan kesukaan mu." perintah Kakek tanpa sedikitpun ingin tahu apa pekerjaan ku.

Aku hanya menurut saja tanpa sedikitpun berbicara langsung saja mandi dan menjalankan sholat Ashar.

******

Kini Aku sedang makan malam setelah sholat Magrib, Aku makan masakan Kakek dengan sangat begitu lahap tanpa sedikitpun berbicara.

"Si, Momy mu menelpon seharian ini, terus saja menanyakan kamu, apa kau tidak memberitahu Momy mu? tentang apa yang kau kerjakan?" ucap Kakek setelah Aku selesai makan.

"Tidak, jangan beritahu tahu dia ya kek, seharian ini Aku tidak mengecek Hp, jadi tidak melihat kalau Momy menelpon." jawabku dengan penuh harap agar Kakek mau merahasiakan apa yang aku lakukan.

"Baiklah, kalau begitu kau telpon Momy mu itu, beritahu pada nya agar dia tidak khawatir." jawab Kakek tanpa ingin tahu apa yang aku kerjakan. itulah yang membuat aku merasa sangat begitu dekat dengan kakek karena merasa Kakek selalu memahami apa yang aku inginkan.

"Ya sudah kalau begitu, Si, ke kamar dulu yah." pamit ku akhirnya tanpa sedikitpun ingin membantu membersihkan meja makan.

Kini Aku sudah berada di dalam kamar, ku lihat ke arah Hp ku dan terkejut betapa banyak panggil dan pesan sudah ratusan dengan nama Momy Deya, Ka Bray dan Juga Dedy Angga.

Baru saja aku hendak menelpon tiba-tiba sebuah panggilan video yang tertulis nama Momy Deya masuk, Membuat Aku segera mengangkat nya.

"Hallo Momy apa kabar?" sapa ku sambil melambaikan tangan bersiap untuk menerima ocehan apa yang di katakan Momy.

"kau itu bagaimana sih? Kami menelpon mu hampir berulang kali, tapi sama sekali tidak pernah di angkat." ucap Ketiganya yang baru Aku lihat, mereka sudah mulai mengeluarkan kekesalan nya.

"Maaf, Aku sibuk seharian ini, jadi Hpnya Aku mode silent." Jawabku sambil tersenyum tipis.

"Sibuk ngapain? sampai lupa sama kami? Apa kau Benar-benar sudah melupakan keluarga ABCD? sampai-sampai tidak merindukan kami?" tanya ketiga nya beruntun dengan mimik wajah di buat sedramatis mungkin.

"Kalian ini bikin aku merasa bersalah aja sih, Aku di sini baru dua hari belum bertahun-tahun, lagian kan kalau Momy, Dedy dan ka Bray rindu dengan ku tinggal berkunjung saja kan kemari." jawabku dengan santai.

"Cery, kau belum menjawab pertanyaan tadi? Kau sibuk ngapain kata Kakek kau tidak sedang di rumah?" kini Dedy yang bertanya sambil menatap ku dengan sangat begitu intens.

"Aku sibuk bekerja Ded, kali ini Dedy pasti akan bangga punya anak yang bisa hidup mandiri." jawabku sambil tersenyum tipis.

"Oya? Bekerja di mana? Perusahaan apa? Apa kau berada di jabatan tinggi? Sampai kau lebih tertarik bekerja di tempat lain? dari pada harus bekerja di perusahaan Dedy?" tanya Dedy dengan beruntun.

"Ish Dedy, bisa tidak? Tanya nya satu-satu dulu,kek?" sungut ku sambil mencebikan bibir karena merasa sangat begitu bingung dengan pertanyaan Dedy.

"Tapi, Dedy ingin kau ceritakan semua yang kau lakukan selama di rumah Kakek, terutama pekerjaan mu yang tidak jelas itu." jawab Dedy menatap ku dengan menyelidik.

"It's okay Dedy, Aku bekerja di perusahaan yang cukup besar dan Dedy tidak berhak tahu, yang penting Aku bahagia dan Aman di sana, orang-orang juga menghargai ku." jelas ku panjang lebar tanpa sedikitpun ingin bercerita tentang apa yang aku alami.

"Sudah Ded, yang penting putri kita baik-baik saja dan merasa sangat bahagia." kini Momy bersuara seakan mendukung ku.

"Terima kasih Momy, sudah mendukung ku." ucap ku menatap Momy Deya dengan sangat begitu senang.

Namun hal itu justru malah membuat Dedy menoleh ke arah Momy dengan tatapan tajam.

"Sudah-sudah Momy, Dedy, jangan saling menatap tajam begitu, Brayen ingin menyampaikan hal yang penting." ucap Ka Bray mencoba untuk melerai.

"Apa?" tanya kami bertiga kompak.

"Mengenai aturan turun temurun keluarga Ce, kalau kau akan menikah di usia muda, sesuai keinginan Opah dan Omah." tutur Ka Bray dengan sangat begitu senang.

"Cih, aturan konyol itu? untuk apa Aku peduli dengan aturan Opah cangkul dan Omah gayung itu, menjengkelkan." Aku berdecih sambil mengingat wajah Opah dan Omah ku itu yang selalu tidak pernah aku suka karena mereka selalu saja pilih kasih antara Aku dan ka Bray.

"Cery, kau tidak boleh bilang seperti itu, mereka Opah dan Omah mu" pekik ke-tiga nya bersamaan.

"Lantas bagaimana? Aku bisa tidak mengatai mereka? Sementara cucu kesayangan nya aja tidak ingin menikah malah tidak di sudutkan sama sekali." jawab ku dengan tersulut emosi.

"Minggu ini kau harus pulang ke rumah, Dedy sudah menyiapkan pemuda untuk mu, pasti kau akan berterima kasih dengan Dedy." ucap Dedy dengan tegas tanpa sedikitpun menjawab ucapan ku.

"Dedy kau menyebalkan." gerutu ku dengan sangat begitu kesal langsung saja mematikan panggilan sepihak.

****

Pagi ini Aku sudah bersiap untuk menjemput Bos Devan, setelah semalam Aku terus memaki keluarga Dedy dan melontarkan kekesalan ku seorang diri, tanpa sedikitpun ingin bercerita pada Kakek karena Aku tidak ingin membuat nya terbebani.

"Aku pamit kerja dulu ya kek, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh." pamit ku setelah sudah berada di depan motor sambil menyalami kakek.

"Walaikum salam Warahmatullahi wabarokatuh, ingat bekal nya di habiskan." jawab Kakek sambil memperingati Aku hanya mengangguk saja langsung menjalankan motor dengan cepat.

Setelah beberapa saat kemudian

Aku sudah berada di depan rumah Bos Devan kini Aku segera memarkir motor dan menoleh ke sekeliling memastikan kalau Aku tidak telat.

"Nona, kau mencari siapa?" tanya satpam penjaga dengan sangat begitu heran.

"Astaghfirullah hal adzim, bapak ini mengagetkan ku saja." ucap ku sambil memegang dada karena merasa sangat begitu terkejut.

"Maaf, saya tidak tahu kalau anda tukang kagetan." jawab satpam tersebut dengan garuk-garuk kepala.

"Sudahlah tidak usah di bahas, My Bos apa sudah berangkat?" tanyaku yang tidak ingin berlama-lama.

"My Bos? maksudnya Tuan Devan?" tanya nya dengan bingung.

"Nah itu dia, maksud ku." Aku mengangguk mengiyakan.

"Masuk saja Nona, dia ada di dalam ko." ucap Satpam tersebut mempersilahkan aku untuk masuk.

Aku menurut saja tanpa sedikitpun berbicara saat ada pelayan yang mengantarkan ku untuk masuk ke dalam karena dia tahu kalau aku supir pribadi tuan nya.

Ku amati rumah itu dengan sangat begitu intens karena merasa sangat begitu sepi nyenyet tanpa ada siapa pun, kini langkah ku terhenti saat sudah berada di dalam, ku lihat Bos Devan sedang makan di meja makan bukan sendiri melainkan ada sosok balita yang duduk di bangku anak.

Hati ku kini menjadi ragu dan bimbang antara mendekat atau justru memilih untuk keluar karena merasa menggangu, terlebih ada sosok anak kecil yang membuat aku merasa sangat begitu sedih karena harapan ku pupus sudah karena orang yang ingin aku Kejar sudah punya anak dan istri.

BERSAMBUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!