Berkunjung ke Rumah Arga

Setelah Makan Siang dan Sholat Dzuhur aku berkunjung ke rumah Arga, rumah Arga berada dekat dengan gedung perusahaan .

Kulihat rumah sederhana yang terlihat kecil, kini Aku ratapi dengan sangat begitu iba karena mendengar cerita tentang kehidupan nya.

"Kau yakin? ingin bertemu dengan Adik dan ibu ku?" tanya Arga terlihat ragu saat melihat perubahan wajah ku.

"Iya, Aku cuma ingin silaturahmi dengan keluarga Mu sebagai tanda pertemanan kita." jawab ku dengan yakin sambil menenteng kresek yang berisi Box makanan yang aku beli tadi.

Tanpa mengetuk pintu rumah, Arga langsung masuk karena rumah nya memang tidak di tutup pintu nya.

"Ka Arga, tumben siang-siang sudah pulang?" Ku lihat ketiga adik Arga langsung datang menghampiri dengan sangat begitu heran.

Arga memilih tiga Adik, 2 laki-laki dan 1 perempuan mereka bertiga ternyata kembar dan usia nya kini baru menginjak 12 tahun dan baru Smp.

"Lihat, Kakak bawa apa?" tanpa menjawab Arga memberikan kantong kresek yang berisi makanan yang aku bawa tadi.

"Ingat jangan rebutan." ucap Arga memperingati adik-adiknya itu.

"Duduk Si, maaf tempat duduk nya keras." ucap Arga mempersilahkan aku untuk duduk sambil tersenyum tipis.

"Selow, aja sih kaya sama siapa aja." jawab ku sambil menatap ke seluruh ruangan dengan sangat begitu intens, dan segera duduk di samping Arga.

"Wah kita makan enak nih, tumben siang-siang begini di kasih makan biasa nya sore?" ketiganya kompak menatap Arga dengan tatapan heran setelah membuka bungkusan makanan yang di berikan Arga.

"Sudah makan saja, Anggap saja rezeki hari ini lebih baik." jawab Arga tidak ingin menjelaskan.

"Ka Siapa dia? Pacar baru Kakak yah? Ko beda ngga kayak kak Nia?" tanya adik Arga yang perempuan menatap ku dengan sangat begitu aneh.

"Hanya teman saja." jawab Arga dengan tidak enak hati.

"Oh teman, ku pikir kakak sudah putus sama ka Nia, sudah lama banget dia nggak pernah kemari, padahal Eslin kangen banget sama dia." ucap gadis itu panjang lebar sambil mengunyah makanan nya.

"Eslin, berhenti menyebut nama Nia lagi, kakak memang sudah putus sama dia." jawab Arga berusaha untuk tenang menghadapi adiknya itu.

"Kenapa? Aku kan cuma bilang kalau aku kangen sama kak Nia, jangan bilang memang bener banget Kalau kakak itu pacaran sama dia? dan mutusin ka Nia karena dia? kalau iya beda banget 180 derajat turun nya." ucap gadis itu panjang lebar sambil menunjuk ku dengan tatapan tidak suka.

"Eslin, kau itu bisa tidak jaga mulut mu!" pekik Arga dan kedua Adik laki-laki nya.

"Apa yang Aku katakan bukan nya benar? Kenapa Kalian malah membentak ku?" jawab Eslin sambil menunduk langsung menangis begitu saja.

"Karena kau tidak sadar diri, kalau makanan yang kau makan itu pemberian dari nya, seharusnya kau tidak boleh berbicara seperti itu." jelas Arga panjang lebar menatap adiknya dengan tidak habis pikir.

"Arga, kau itu, lihat dia jadi menangis kan." Aku kini menyiku lengan Arga karena merasa bersalah melihat gadis itu menangis.

"Si, maaf Eslin adik ku memang suka ceplas-ceplos kalau berbicara, mungkin karena dulu dia selalu hidup enak makan nya sikap nya begitu, apa kau tersinggung?"Arga bukan nya menjawab perkataan ku kini justru langsung menatap Ku dengan tidak enak hati.

"Selow, aja aku ngga tersinggung kok." jawab ku sambil berjalan mendekat ke arah Eslin.

"Eslin, kau itu cantik tidak boleh menangis masa Udah gede cengeng sih." ucap ku sambil tersenyum tipis menatap gadis yang sedang menunduk itu.

"Maaf ya kak, Aku tidak bermaksud untuk berkata seperti itu." ucap nya masih menunduk dan sesenggukan.

"Terkadang kita tidak boleh menilai seseorang dari penampilan dan rupanya, yang terlihat cantik belum tentu cantik akhlak nya, yang terlihat jelek belum tentu jelek akhlak nya, jadi kesimpulannya Eslin tidak boleh seperti itu lagi, paham." ucap ku panjang lebar sambil menatap Eslin dengan tersenyum tipis.

"Iya aku mengerti, terima kasih untuk makanan nya." jawab nya sambil menunduk.

"Kau tidak usah takut begitu, Aku tidak akan memarahi mu ko." ucap ku sambil tersenyum menggoda.

"Kalau gitu kan enak, kakak boleh kenalan? siapa nama nya?" ucap kedua Adik laki-laki Arga.

"Si saja, kalian berdua siapa nama nya?" jawab ku sambil mencubit pipi keduanya.

"Ini Adit dan Adik ku nama nya Adam." jawab salah satu dari mereka yang terlihat lebih tinggi.

"Oh Adit dan Adam." Aku mengagguk mengerti sambil menatap kedua nya dengan gemas.

"Siapa yang datang Ga?" tanya wanita paruh baya yang duduk di kursi roda membuat aku segera berdiri.

"Hay tante, kenalin, Aku Si teman baru Arga." ucap ku sambil menyalami wanita yang sedang duduk di kursi roda itu.

"Oh teman baru Arga, syukurlah putra ibu punya teman, setelah apa yang menimpa keluarga kami tidak pernah ada yang mau berteman dengan Arga, apa lagi semua orang yang dulu selalu dekat dengan Arga menjauh hanya karena keluarga kami jatuh miskin." ucap wanita itu panjang lebar terlihat sangat begitu sedih.

Melihat itu aku kini memeluk ibu nya Arga dan membiarkan wanita itu untuk bercerita mengenai permasalahan yang terjadi agar bisa lega.

Wanita itu akhirnya bercerita banyak hal bagaimana keluarganya yang dulu nya sangat begitu bahagia dengan kehidupan nya, namun akibat kecelakaan yang menimpa nya membuat Ayah Arga meninggal dan ibunya mengalami lumpuh, usaha yang di jalani Ayah nya bangkrut seketika akibat tidak ada yang mengurus. Arga pun harus putus sekolah dan harus memendam keinginan nya untuk kuliah dan menjadi tulang punggung keluarga, bahkan semua teman-teman nya menjauh satu persatu begitu pula dengan wanita yang Arga cintai.

Setelah bercerita panjang lebar sambil bercengkrama bersama ketiga Adik Arga, kini Aku dan Arga pamit untuk kembali ke perusahaan karena merasa jam istirahat sudah berakhir.

"Terima kasih Na Si, kau sudah berkunjung kemari." ucap ibunya Arga yang bernama bu Asih itu.

"Sama-sama Tante, kedepannya Tante mungkin akan bosan dengan kunjungan ku." jawab ku sambil tersenyum tipis.

Aku merasa sangat begitu senang dan bahagia karena merasa ada hal yang baru, terlebih selama ini Aku tidak pernah punya Adik jadi saat bermain ke rumah Arga Aku merasa memiliki Adik.

"Si, kau pasti merasa terbebani yah? Dan kepikiran tentang cerita ibu ku itu?" tanya Arga saat melihat aku diam saja.

"Tidak ko Ga, justru aku malah salut dengan mu, kau mau berjuang demi adik-adik mu, Aku belum tentu sekuat diri mu." jawab ku sambil tersenyum tipis.

Arga pun mengagguk mengerti sambil menatap ku dengan tidak enak hati.

"Ajari Aku, cara bekerja dengan baik yah, jujur Aku sebenarnya tidak pernah mengerjakan semua pekerjaan, karena Aku adalah anak yang selalu di manja." ucap ku sambil tersenyum kikuk.

Arga pun hanya mengangguk saja tanpa sedikitpun berbicara karena merasa aneh dengan sikap ku.

Hari ini aku benar-benar berusaha untuk bekerja dengan baik meskipun kekacauan dan keonaran Aku lakukan, tapi Arga tidak pantang menyerah untuk mengajari ku dengan ekstra sabar, membuat Aku sebisa mungkin untuk bisa melakukan pekerjaan yang menurut ku menyusahkan itu.

Tak teras waktu sudah menjelang sore kini akhirnya Aku bisa menyelesaikan pekerjaan meskipun belum sepenuhnya benar tapi setidaknya Aku sudah sedikit paham.

Kini Aku sudah berada di depan gedung perusahaan untuk pulang.

"Terima kasih Ga, sudah mau mengajari ku, meskipun Bu Aida masih tetep mengomel." ucap ku pada Arga.

"Selow aja." jawab Arga sambil cengengesan.

"Wah-wah ternyata kau sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar, cocok sekali." ucap seseorang yang tiba-tiba datang membuat aku menoleh.

"Wilona, kau mengagetkan ku saja." jawab ku sambil memegang dada karena merasa terkejut.

"Ya sudah kalau begitu, Si Aku pamit pulang, Tuan Wiliam, permisi." Arga yang merasa tidak nyaman dengan situasi segera pamit karena dia tahu bahwa Aku juga bekerja sebagai supir pribadi, karena aku sudah menceritakan semuanya.

"Wilona-Wilona apa nya ? Kau sudah ku katakan jangan memanggilku Wilona." Wiliam yang kesal kini menarik ku menuju ke arah parkiran mobil karena semua orang terus memperhatikan interaksi kami.

"Oya, Aku lupa, Tadi kau pasti malu karena di perhatikan orang-orang, Iya kan?" jawab ku sambil cengengesan.

"Tidak penting." sungut Wiliam tanpa sedikitpun memperdulikan perkataan ku.

"Lalu untuk apa kau menarik Ku? Dimana My Bos? Apa dia akan pulang? Dia sudah tidak marah dengan ku kan?" tanyaku dengan beruntun karena merasa sangat begitu penasaran.

"Kau pulang lah terlebih dahulu, bawa mobil ku, nanti titipkan kunci nya pada satpam penjaga." ucap Wiliam langsung melempar kunci mobil ke arah ku.

"Wil, kau memberikan kunci mobil mu padaku? Apa kau tidak takut kalau Aku membawa mobil mu kabur?" tanyaku berusaha untuk menakut-nakuti pria di hadapan ku itu.

"Mobil itu sudah ada CCTV pengaman, jadi jika kau mencuri, hukum lah yang akan bekerja." jawab Wiliam dengan Penuh peringatan langsung saja berjalan begitu saja.

"Dasar menyebalkan." Umpat ku dengan sangat begitu kesal langsung saja berjalan masuk ke dalam mobil.

BERSAMBUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!