Akibat Tidak Tahu Urusan Dapur

"Jam 10 biasanya Tuan Devan akan minum kopi, dia tidak suka kopi manis dia hanya suka kopi hitam." ucap Wanita bernama Sila itu pada ku, Aku mengangguk mengiyakan sambil mencatat.

"Jam 12 dia minum jus tomat dan pesan makanan, ingat kau yang pesan." Wanita itu menjelaskan panjang lebar membuat aku hanya mencatat saja meskipun aku juga tidak tahu menahu apa yang di maksud.

"Sudah?" Tanyaku memastikan karena wanita itu hanya diam saja.

"Sila, Bu Aida memanggil mu, dia menyuruh mu untuk membantu pekerjaan luar." tiba-tiba saja seorang pria yang berpakaian OB memanggil wanita di hadapan ku itu.

"Ah, Ketlin kau beritahu dia nanti sisa nya aku yang mengajari." Ucap sila pada teman nya.

"Ih Sila, kau melimpahkan pekerjaan padaku." gerutu nya sambil menatap Ku dengan tatapan tidak suka.

"Ada Rosa, kau bisa minta bantuan pada nya." Jawab Sila langsung pergi begitu saja.

"Sudah jam 09.50 sebentar lagi waktunya Tuan Devan minum kopi, kau harus merebus air nya dulu, soalnya Dia tidak mau air yang dari Dispenser, mau nya langsung rebus dari kompor." jelas nya panjang lebar membuat aku mengangguk.

"Oya, kopinya yang ini yah, ingat yang ini, karena dia tidak suka merk lain, aku ke sana sebentar." lanjut nya lagi sambil berjalan keluar, sementara aku segera berjalan menuju ke arah kompor.

Aku seger mengambil panci langsung mengisi air nya dan meletakkan nya di atas kompor.

Kini aku segera meletakkan kopi di gelas sesuai takaran.

"Si Culun, kau sudah merebus air nya?" tanya Sila yang tiba-tiba datang bersama wanita tadi.

"Astaghfirullah hal adzim, kalian mengagetkan ku saja." ucap ku sambil memegang dada karena aku tadi sedang meletakkan bungkusan kopi yang sudah aku tuang.

"Dasar lebay." cibir Sila memutar bola matanya malas, langsung berjalan menuju ke arah kompor.

"Ya ampun, kenapa tidak di nyalakan api nya? Bagaiman mau panas? kalau api nya saja tidak di nyalakan!" pekik Sila sambil menatap ku dengan tatapan tajam.

"Oh jadi perlu di nyalakan? Aku tidak tahu hehehe." tanya ku sambil tertawa kecil.

"Nyalakan sekarang juga, dan air nya jangan sekali begini! mau buat mandi?" ketus Sila dengan emosi.

"Bagaimana ini? aku tidak tahu menahun menyalahkan kompor, ini semua salah Momy yang selalu saja memanjakan ku." gumam ku pada diri ku sendiri sambil menyalahkan Momy Deya yang tidak pernah mengizinkan ku untuk ke dapur, karena jujur aku benar-benar tidak tahu menahu tentang urusan dapur, di banding harus mengurus dapur aku justru memilih untuk membenarkan mobil.

"Si Culun, ayo nyalakan!" bentak keduanya saat melihat aku hanya diam saja.

"I iya aku nyalakan." jawab ku dengan terbata-bata, langsung saja menyalahkan kompor nya.

"Tidak nyala?" tanyaku dengan kesusahan.

"Tekan yang benar biar menyala, untuk hal ini saja aku harus mengajari, bagaimana bisa? perusahaan bisa menerima wanita bodoh seperti mu." omel Sila sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuanku.

"Aaaah, nyala!" pekik ku dengan terkejut saat melihat kompor sudah menyala.

"Aku hebat bukan? Bisa menyalahkan kompor." sambung ku lagi dengan sangat begitu senang seperti anak kecil yang mendapat mainan.

"Bagaimana bisa? ada wanita aneh seperti Alien di perusahaan, cape deh." ucap kedua nya sambil menepuk jidatnya sendiri melihat kelakuanku.

"kalian sakit?" tanya ku melihat keduanya yang terlihat pucat.

"Iya Sakit kepala melihat kelakuan mu yang aneh, kami tidak habis pikir dengan Tuan Wiliam mau mempekerjakan orang seperti mu, sudah jelek tidak bisa apa-apa, merepotkan!" ucap keduanya panjang lebar sambil menatap ku tidak habis pikir.

Sementara Aku hanya menyimak saja ocehan keduanya tanpa sedikitpun menjawab.

"Bau gosong apa ini?" tanya Ketlin saat mencium bau gosong.

"Ya ampun, kenapa tidak di matikan, tuh air nya saat kan!" pekik Sila saat menyadari air yang aku rebus sudah kosong.

"Maaf aku lupa, saking asiknya mendengar ocehan kalian, hehehe." jawab ku sambil tertawa kecil.

"Kau benar-benar membuat darah ku naik!" bentak Sila dengan penuh emosi karena mendengar jawabanku itu.

"Baik aku rebus air nya lagi." jawab ku kembali mengambil air.

Keduanya tampak menghela nafas panjang saat mendengar penuturan ku tanpa sedikitpun ingin berbicara .Setelah adegan drama yang aku lakukan akhirnya aku sudah bersiap untuk membawa secangkir kopi buatan ku yang sudah Aku buat dengan penuh perjuangan dan keringat yang sudah membasahi wajahku .

Kini aku berjalan menuju ke arah lift sambil membawa secangkir kopi beserta cemilan yang sudah di persiapkan, Aku memencet angka 30 sesuai yang aku ingat kemarin.

Setelah sampai di atas aku segera berjalan menuju ke arah pintu ruangan Bos Devan, ku hembuskan nafas panjang berusaha untuk tenang saat hendak mengetuk pintu.

"Masuk!" Ku dengar suara dari balik pintu membuat aku segera membuka pintu dengan perlahan.

Dada ku terasa berdetak lebih cepat dari biasanya padahal tadi pagi tidak seperti ini, Aku melihat pria itu sedang duduk di bangku sambil fokus dengan laptop nya.

"Sila, kenapa telat? sudah jam berapa ini?" tanya nya tanpa sedikitpun menoleh ke arah ku.

"Maaf aku tidak bermaksud untuk telat, tapi Aku bukan Sila." jawab ku langsung saja meletakkan kopi dan cemilan di atas meja.

"Oh, kupikir Sila." lagi-lagi pria itu menjawab tanpa sedikitpun menoleh membuat aku diam saja memperhatikan betapa Fokus nya dia bekerja, ketampanan nya semakin membuat aku tidak berdaya.

"Kenapa Masih di situ? keluar jika tidak ada yang di bicarakan!" ujarnya saat melihat aku hanya diam saja di tempat, tanpa sedikitpun ingin beranjak keluar.

"Aku akan keluar jika sudah memastikan, bahwa kau menyukai kopi buatan ku, aku membuat nya penuh dengan perjuangan dan proses panjang, My Bos." jelas ku panjang lebar sambil tersenyum tipis.

"Kau rupanya? Kupikir siapa? Beraninya mengatur ku!" bentak pria itu menatap ku dengan sangat begitu terkejut.

"My Bos Kenapa marah? aku hanya memastikan saja, kalau aku sudah bekerja dengan baik." jawabku sambil mengerutkan keningnya heran karena pria di hadapan ku itu selalu saja marah-marah.

"Kau yakin sudah bekerja dengan baik?" tanya nya saat melihat wajah ku yang terlihat sangat begitu meyakinkan.

Aku mengangguk mengiyakan, membuat Pria itu kini menyeruput kopi yang sudah aku sajikan di meja.

Byuuur

"Kopi apaan ini? Pahit sekali!" pekik nya langsung menyemburkan kopi itu ke sembarang arah.

"Itu kopi sesuai yang biasa kau minum, kenapa kau malah membuang nya? kau itu tidak menghargai perjuangan ku!" Aku memasang wajah kesal tanpa sedikitpun memperdulikan kalau yang di hadapan ku itu adalah Bos ku.

"Minumlah kopi itu, dan perbaikan di mana letak kesalahannya, kalau bisa habiskan!" perintah nya dengan suara yang cukup keras.

"Aku tidak suka kopi, jadi maaf aku tidak bisa mencicipi, hehehe." jawab ku sambil tertawa kecil tanpa sedikitpun berbohong.

"Minum, jika kau Masih ingin tetep bertahan di sini!" bentak nya menatap ku dengan sangat begitu emosi.

Aku akhirnya menurut dan segera meminum kopi itu sesuai perintah nya, sontak aku terkejut dengan rasa kopinya yang benar-benar pahit.

Byuuur

Air kopi itu menyembur tempat di wajah tampan Bos Devan membuat pria itu menatap tajam ke arah ku.

"Kau beraninya! Menyemburkan kopi itu ke wajah ku!" sontak Bos Devan langsung menyudutkan ku ke tembok membuat aku terkejut.

"Maaf Aku tidak sengaja." jawab ku dengan sangat begitu ketakutan.

"Tidak sengaja kau bilang? Jika tidak sengaja untuk apa kau membuat kopi dengan sangat begitu pahit, pasti kau dendam karena aku menyuruh mu menjadi OG!" bentak nya pada ku dengan menuduh yang tidak-tidak.

Aku hanya diam saja, tanpa sedikitpun berbicara, karena Aku justru malah terus memperhatikan wajahnya yang dekat sekali dengan wajah ku, bahkan Aku bisa merasakan hembusan nafasnya karena jarak ku dengan nya sangat begitu dekat.

"My Bos aku minta maaf, jika kau ingin aku menembus nya, Aku bisa menebus nya dengan memberikan ciuman pertama ku padamu." ucap ku sambil tersenyum menggoda.

"Waw kau murahan sekali! Menarik." jawab Bos Devan sambil tersenyum entah apa yang di pikirkan nya.

"Baiklah kalau begitu, aku akan bersiap untuk memejamkan mata." ucap ku merasa dapat angin segar, langsung saja menutup mata untuk menerima Ciuman dari Bos ku itu.

"Hitung mundur yah." ucap nya membuat aku bersemangat memanyunkan bibir.

Tiga

Dua

Satu

Setelah hitungan selesai aku sontak membuka mata karena merasa terkejut.

BERSAMBUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!