"Dia orang nya Bos." jelas Wiliam sambil menunjuk ke arah ku.
"Ha-ha-ha, kau tidak salah pilih?" Pria itu tergelak merasa lucu dengan apa yang di katakan Wiliam.
"Si Tompel, kecebong ini yang akan menjadi supir pribadi ku?" lanjut nya lagi sambil menatap ku dari atas sampai bawah.
Mendengar penuturan pria itu, Aku mengepalkan tangan ku geram, menahan amarah, ingin rasanya Aku menyobek mulut pria di hadapan ku itu.
Aku mulai menghela nafas panjang berusaha untuk tenang dan menatap wajah pria di hadapan ku itu, Aku berjalan mendekati nya saat tidak ada larangan dari Wiliam.
"Perkenalkan nama ku Si, Princess Paling cantik sedunia." ucap ku dengan membanggakan diri ku.
"Ha-ha-ha, paling cantik sedunia? Kau ngawur, kau paling jelek sedunia, ngaca dulu sebelum memuji diri sendiri." pria itu tergelak menatap ku dengan mengejek.
"Wiliam, usir wanita Alien ini keluar, aku tidak mau punya supir aneh seperti dia!" perintah nya sambil menatap ke arah Wiliam dengan sorot mata tajam.
"Yayang Dedev, aku mohon jangan usir Aku, Aku ini jodoh mu masa kau ingin mengusir ku." Aku kini memeluk kaki pria itu sambil berpura-pura menangis tersedu-sedu.
"Apa Yayang? Jodoh? Kau gila yah? Sejak kapan aku pacaran dengan mu!" Pria itu menatap ku dengan tidak terima sambil berusaha untuk melepaskan tangan ku dari kakinya.
"Yayang, masa kau lupa sih? kalau kau sudah melempar botol minuman mengenai kepala ku, saat di lampu merah." Jawab ku dengan suara yang cukup lembut sambil mengingat kejadian tadi di lampu merah.
"Oh, jadi kau wanita matre yang ingin minta ganti rugi?" pria itu menatap ku dengan kesal.
Sementara William yang sedari tadi diam kini hanya menahan tawanya saat aku sudah melakukan aksi ku, tanpa sedikitpun ingin membantu Bosnya itu.
"Wiliam, berikan uang pada nya, dan bawa wanita Alien ini keluar dari ruangan ku!" lanjut nya lagi menatap Wiliam dengan penuh amarah.
"Sekarang Bos?" tanya Wiliam dengan ragu.
"Tahun depan, ya sekarang lah!" ketus nya dengan sangat begitu kesal.
"Aku tidak mau, kalau kau mengusir ku aku akan menyebarkan berita beredar tentang mu, kalau kau sudah melakukan tindakan kekerasan pada supir pribadi mu, dengan begitu nama perusahaan mu akan jelek!" Ancam ku sambil menyodorkan HP ku.
"Kau! Beraninya!" pria itu menatap ku dengan tersulut emosi.
"Wiliam, kenapa kau malah diam saja? bawa wanita itu keluar!" pria itu menatap tajam ke arah Wiliam.
"Maaf Bos, Saya tidak bisa melakukan itu, soalnya menurut saya dia sudah memenuhi kriteria sebagai supir pribadi anda." jawab Wiliam dengan yakin.
"Wiliam, kau membuat ku tambah semakin kesal!" pria itu yang kesal kini berjalan menuju ke arah pintu keluar.
"Yayang Dedev, apa aku di terima sebagai supir pribadi mu?" Aku yang melihat pria itu keluar kini berusaha untuk memastikan.
"Berhenti, memangil ku Yayang Dedev." ketus nya sambil menatap ku dengan sorot mata tajam.
"Lalu apa?" tanyaku sambil mengedipkan sebelah mata.
"Terserah!" ketus nya sambil berjalan keluar tanpa sedikitpun ingin menjawab.
"Wilona, apa aku di terima?" tanya ku memastikan sambil menatap Wiliam dengan sedih.
"Besok datang lah ke alamat ini, kau tidak boleh telat, ini kartu nama Bos Devan, di situ ada Alamat rumah dan nomer telpon nya." jawab Wiliam sambil memberikan kartu nama.
"Tapi, dia tadi marah?" tanya ku memastikan lagi.
"Sudahlah tidak usah banyak bicara, turuti saja apa yang aku katakan." jawab Wiliam langsung saja keluar dari ruangan tersebut.
Aku menatap kartun nama itu dengan sangat begitu senang menciumi kartu nama itu seperti orang gila.
"Apa kau akan tetep berada di situ?" tanya Wiliam yang masih menunggu di depan pintu.
"Eh maaf aku sampai lupa." ucap ku saat tersadar. Aku langsung berjalan ke arah keluar.
"Ingat jangan terlambat!" teriak Wiliam lagi saat aku hendak masuk ke arah lift.
Aku yang tadinya menganggap Wiliam pria menyebalkan dan tidak punya hati, kini merasa sangat begitu tidak menyangka di balik sikap menyebalkannya tapi sebenarnya dia orang yang peduli.
Setelah aku merenung sendiri di dalam lift tak terasa pintu lift kembali terbuka menandakan kalau aku sudah sampai di lantai dasar.
Aku berjalan menuju ke arah pintu keluar meskipun aku dapat melihat sorot mata tajam para karyawan yang berada di sana tapi aku berusaha untuk cuek dan biasa saja.
Setelah keluar dari ruangan tersebut aku berjalan menengok ke kanan dan kiri mencari keberadaan motor ku itu, untung nya motor ku masih tetep aman berada di bawah pohon.
"Ya Ampun untung nya ngga hilang, Kalau hilang bisa jadi masalah, Kakek pasti akan memarahi ku!" gumam ku sambil merutuki diri ku sendiri yang selalu saja teledor.
Aku segera menjalankan motor ku. Ku amati langit rupanya sudah gelap gulita, pertanda bahwa hari sudah malam, membuat aku teringat Kakek Anwar yang sudah dapat di pastikan dia akan cemas dengan kepergian ku yang terlalu lama.
Tak beberapa lama kemudian selama menempuh perjalanan hampir 30 menit kini aku sudah berada di depan rumah kakek.
"Si, kau kemana saja? Kau tahu kakek sangat menghawatirkan mu? kau tidak kesasar kan?" baru saja aku hentikan motor ku Kakek sudah menyuguhi aku dengan banyak nya pertanyaan.
"Kek, Si baru saja pulang, Kakek sudah banyak sekali bertanya." jawab ku sambil cemberut.
"Kau itu, bagaimana tidak banyak bertanya? Kakek menyuruh mu untuk mengantarkan sayuran ke toko Bi Bawon dari siang, baru nongol, tentu Kakek sudah jantungan sedari siang takut kau kesasar." jelas Kakek panjang lebar dengan wajah khawatir.
"Maaf kek Si, tadi ada urusan, pokok nya cucu Kakek ini habis menjalankan misi, dan mulai besok Si, akan bekerja." Aku menjelaskan panjang lebar dengan sangat begitu antusias.
"Misi apa sampai tidak mengabari Kakek? Di telepon juga ngga aktif?" tanya Kakek menatap ku dengan tatapan tajam.
"Hehehe ada deh, intinya Kakek harus mendukung ku." jawab ku sambil cengengesan.
Aku yang merasa lapar kini masuk terlebih dahulu meninggalkan Kakek yang masih berada di depan.
kaki ku kini berjalan ke arah meja makan dan ku buka tudung saji dengan sangat begitu antusias. Mataku menatap dengan sangat begitu senang tatkala melihat masakan yang ada di meja makan.
Aku langsung saja mengambil ayam goreng kesukaan ku untuk makan namun tiba-tiba.
"Mandi dulu sana, kotor dari luar, bau asem!" ucap Kakek langsung saja mengambil ayam goreng yang aku pegang.
"Tapi kek nyomot dikit, cucu mu sudah kelaparan sejak siang." jawab ku dengan memelas.
"Tidak ada kata tapi." jawab Kakek dengan tegas. Suatu hal yang aku takuti saat Kakek sudah bicara tegas.
Aku akhirnya memutuskan untuk mandi meskipun berat tapi aku tidak ingin membantah ucapan Kakek .
Setelah Mandi kini Aku sudah berada di meja makan bersama kakek kami makan berdua dengan sangat begitu hidmat tanpa sedikitpun berbicara.
"Kek besok aku sudah mulai bekerja, jadi kakek bangunkan aku yah, setelah sholat subuh jangan biarkan aku tidur lagi." ucap ku panjang lebar setelah selesai makan.
"Bekerja apa? Bekerja di perusahaan mewah kah? Sampai kau tidak ingin bekerja di perusahaan Dedy mu sendiri?" tanya Kakek dengan beruntun.
"Ih Kakek banyak banget pertanyaan nya, intinya di sana ada yang spesial, Kakek tidak boleh bilang ke Dedy." jawab ku sambil tersenyum malu-malu.
"Asalkan cucu Kakek bahagia, Kakek juga ikut bahagia." jawab Kakek dengan tersenyum senang.
"Ya sudah kau istirahat saja." lanjut nya lagi menyuruhku untuk istirahat.
"Bagaimana dengan piring-piring?" tanya ku sambil tersenyum tipis melihat bekas makanan yang kotor.
"Emang nya kau mau mencuci? Tidak kan? Sudahlah tidak perlu memikirkan hal ini." jawab Kakek yang mengerti aku.
Aku hanya tersenyum tipis karena merasa sangat begitu tidak enak hati dan kasihan dengan Kakek yang sudah tua renta, tapi aku sejak dulu memang selalu di manjakan membuat aku tidak tahu menahu tentang urusan dapur atau beberes rumah, karena semua pelayan lah yang melakukan nya.
Kini akhirnya aku memutuskan untuk ke kamar saja dari pada harus melihat Kakek membereskan semuanya, bener-bener cucu laknat kan aku ini? 'Jika ingin menyalahkan salahkan saja Momy And Dedy yang selalu memanjakan ku' itu lah alasan yang selalu aku pakai saat sedang terpojok oleh Ka Bray.
Setelah aku merenung kini ku dengar Azan isya berkumandang membuat aku segera berjalan menuju ke arah kamar mandi untuk berwudhu.
Setelah itu aku memutuskan untuk sholat isya di kamar ku saja karena aku enggan untuk ke ruangan sholat.
Setelah sholat dan berdoa aku kini sudah berada di atas ranjang, ku amati kartu nama itu dengan sangat begitu senang, kini aku sedang mencatat nomor yang tertera di sana.
Aku bingung ingin memberi nama siapa hingga akhir aku memberikan nama My Bos saja.
Aku terus bergulir di atas ranjang aku benar-benar merasa aneh dengan diri ku sendiri, karena aku benar-benar tidak bisa tidur nyenyak karena jiwa dan pikiran ku terus saja terngiang-ngiang wajah pria bernama Devan itu.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments