Pertemuan Pertama

Brayen Lorenza Irlambang

Cery Lorenza Irlambang

*******

Kucari Kakek kesana-kemari membuat ku merasa lelah karena tidak ada batang hidungnya sama sekali.

"Ah mungkin kakek sedang berada di perkebunan!" pikir ku Akhirnya.

Aku yang merasa gerah memutuskan untuk mandi dan berpikir untuk menyusul kakek ke perkebunan.

kini aku sudah memakai pakaian santai seperti biasa. Niat hati ingin menyusul justru aku urungkan saat perutku terasa lapar.

Ku cari sesuatu yang bisa aku makan ku buka tudung saji yang berada di meja.

"Eh ternyata ada makanan, wah Kakek tahu saja kalau aku sedang lapar!" aku berucap sendiri saat melihat ayam goreng dan semua makanan kesukaan ku berada di meja makan.

Melihat itu tentu sudah tidak tahan untuk menikmati sesuap demi suap.

Kakek memang pandai memasak walaupun sudah tua tapi jiwa dan pikiran nya masih tetep kuat.

Aku yang sudah selesai makan kini bersendawa dengan sangat begitu kenyang.

"Aaaah kenyang nya, kalau begitu kan aku bisa membantu kakek di perkebunan!" gumam ku sambil memegang perut karena terasa kenyang.

Setelah merasa cukup puas aku berjalan menuju ke arah pintu keluar namun saat melihat cermin aku merasa sangat begitu berpikir kalau penampilan ku sangat begitu mencolok.

"Aku cantik, Dedy bilang banyak musuh di luar sana, aha aku punya ide!" gumam ku pada diri sendiri.

Aku akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamar, mencari sesuatu untuk bisa ku pakai agar tidak terlihat mencolok.

Entah mengapa tiba-tiba aku berpikir untuk merubah penampilan ku. Aku menggelung rambut ku dan memaki kaca mata sungguh ini bukan diri ku sendiri, ku tatapan diri ku di pantulan kaca

Namun pikiran ku yang mengingat musuh Dedy banyak membuat ku berpikir lain, yaitu meletakkan satu tahi lalat buatan di pipi ku sehingga membuat ku terlihat berbeda.

"Amazing perfek!" ucap ku dengan sangat begitu senang.

lalu segera bergegas mengambil tas dan segera berjalan keluar dari kamar.

Kini aku sudah keluar meninggalkan rumah Kakek aku berjalan dengan sangat begitu senang.

"Pagi ku cerah ku mata hari bersinar, ku berjalan santai di jalanan yang jelek, selamat pagi tanaman aku ingin lewat!" nyanyi ku dengan sangat begitu riang meskipun lagu yang aku nyanyikan sangat begitu tidak enak di dengar karena aku merubah isi lagu nya.

Ku telusuri jalanan sambil menyanyi sendiri mungkin jika ada orang yang melihat ku aku di kira orang yang setres karena senyum-senyum sendiri.

Sreek

Ku hentikan langkah ku saat aku mendengar sesuatu dan aku baru menyadari bahwa sedari tadi ada yang mengikuti ku.

"Aneh sekali, tidak ada!" gumam ku sambil menengok ke belakang.

Aku berjalan kembali namun aku merasa ada yang mengikuti ku lagi, akhirnya aku berinisiatif untuk berjalan cepat dan bersembunyi di balik pohon.

Ku intip siapa yang mengikuti ku saat ku lihat ada dua orang menengok ke kanan dan kiri mencari keberadaan ku.

"Kemana? lari nya cepat sekali!" ucap mereka berdua.

"Haaah kalian berdua!"

Ku puntir kedua tangan mereka berdua menggunakan keahlian ku membuat keduanya berada di genggaman ku.

Mata ku terkejut saat melihat siapa yang ada di hadapan ku yaitu kedua anak buah Dedy.

"Kalian ini mau apa mengikuti ku?" tanya ku menatap Keduanya dengan sangat begitu kesal.

"Ampun Nona, kami hanya menjalankan perintah Tuan Angga, untuk mengawasi Nona, karena Tuan merasa Nona butuh perlindungan!" jawab keduanya dengan ketakutan.

"Dedy, sudah ku duga, diam di sini kalian!" pekik ku sambil mengepalkan tangan ku dengan kesal.

Ku ambil Hp yang berada di dalam Tas untuk menghubungi Dedy.

"Hallo Princess Dedy, kenapa menelpon? Apa kau ingin minta di jemput?" kudengar suara Dedy Angga dari seberang telepon terdengar sangat begitu senang .

"No Dedy, Dedy sudah berjanji untuk aku bisa hidup mandiri, lantas Kenapa? Dedy malah menyuruh anak buah Dedy mengawasi ku!" protes ku tidak sedikitpun memperdulikan ucapan Dedy karena aku merasa sangat begitu kesal.

"Dedy hanya ingin melindungi mu, Dedy tidak tenang jika kau berada di luar sana!" jelas Dedy panjang lebar terdengar sangat begitu khawatir.

"Aku baik-baik saja Dedy, aku sudah dewasa dan bisa melindungi Diri sendiri, jika Dedy masih menyuruh anak buah Dedy untuk mengawasi ku jangan harap Dedy bisa melihat ku lagi!" ancam ku dengan sangat begitu serius.

"Jangan, kau tidak boleh seperti itu. Oke Fain! Dedy mengalah!" jawab Dedy dengan sangat begitu ketakutan jika aku nekat.

Panggilan sudah ku matikan setelah selesai berbicara ku tatap kedua orang itu dengan sangat begitu intens.

"Baiklah nona kami pamit!" ucap Keduanya dengan ketakutan.

"Ku harap kalian tidak bilang ke Dedy tentang penampilan ku!" ucap ku memperingati mereka berdua .

"Tapi kenapa Nona?" tanya mereka berdua penasaran.

"Intinya jangan katakan pada Dedy, jika sampai kalian mengatakan aneh-aneh lihat saja akibatnya!" ancam ku pada mereka berdua membuat keduanya ketakutan lari terbirit-birit.

Aku menghela nafas panjang setelah mereka pergi, karena merasa aku sudah bebas tanpa ada yang mengawasi.

ku telusuri jalanan hingga sampailah aku di perkebunan Kakek perkebunan sayur mayur milik nya.

Aku yang melihat Kakek kini mendekat karena merasa sangat begitu senang ingin membantu.

"Biar aku bantu kek!" ucap ku sambil meletakkan sayur ke ke arah samping motor untuk di jual.

"Terima kasih anak muda, sudah mau membantu ini ada sedikit upah untuk mu!" ucap Kakek yang belum menyadari bahwa yang membantu nya adalah aku.

"Kek, ini aku Si cucu kakek!" ucap ku sambil melepas kaca mata ku.

"Si, kenapa kau berpenampilan seperti ini?" tanya Kakek dengan terkejut membuat ku mendekat dan berbisik.

"Aku cuma ingin melindungi diri ku, dari orang yang ingin berniat jahat kek, kakek tahukan kalau musuh Dedy dalam dunia bisnis sangat banyak dan pasti seluruh keluarga nya yang jadi incaran, aku tidak ingin itu sampai terjadi!" bisik ku panjang lebar membuat Kakek Anwar mengagguk mengerti.

"Baiklah Kakek mengerti, kau sudah makan?" kini Kakek bertanya.

"Sudah dong, masakan kakek ter the best Paling enak!" jawab ku sambil tersenyum senang.

"Kau bisa saja!" Kakek kembali berjalan menuju ke arah perkebunan sayur.

"Kek, biar Si bantu antar ke pelanggan yah!" ucap ku dengan sangat begitu antusias mengingat dulu aku suka mengantar ke pelanggan.

"Yakin? Tidak mengeluh cape? nanti di ungkit-ungkit, jalan nya rusak ini ono!" tanya Kakek saat mengingat aku yang tidak pernah ikhlas membatu ujung-ujungnya malah nangis-nangis.

"Hehehe Kakek bisa aja, itu kan dulu, sekarang Si sudah dewasa, Si bukan gadis kecil yang cengeng lagi, Si akan buktikan pada Dedy kalau Si bisa hidup mandiri!" jawab ku sambil tertawa kecil terus meyakinkan bahwa diri ku bisa.

"Baguslah, antarkan ini ke toko sayur Bi bawon yah ini struk dan harga nya sudah ada di sini!" jelas Kakek panjang lebar.

"Alamat nya masih sama kan?" tanya ku memastikan.

"Iya masih sama!" jawab Kakek sambil mengganguk.

Aku langsung bergegas menaiki motor dengan sangat begitu senang.

"Ingat jangan nge...

Sebelum Kakek menyelesaikan ucapan nya aku terlebih dahulu pergi.

Ku telusuri jalanan dengan sangat begitu senang suasana kota siang itu cukup padat sehingga menyebabkan macet, iya toko Bi Bawon ada di kota sehingga perlu menempuh perjalanan hampir 45 menit dari perkebunan Kakek.

Setelah mengalami macet kini aku sudah berada di depan toko sayur Bi Bawon membuat ku menghela nafas panjang.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh!" aku mengucapkan salam saat sudah berada di depan pintu masuk.

"Walaikum salam!" sahut dari dalam sambil berjalan keluar.

"Kalau menjawab salam itu jangan setengah-setengah ngga baik Bi!" ucap ku panjang lebar.

"Suka-suka dong, sukur-sukur aku mau menjawab!" ketus Bi Bawon sambil menatap ku dengan sinis memperhatikan penampilan ku dari atas sampai bawah.

"Idih Ini orang ngomong baik-baik jawab nya ketus amat!" aku menatap wanita paruh baya itu dengan sangat begitu jengkel karena merasa wanita itu tidak seramah seperti waktu itu.

"Ada apa? Tidak usah berbelit-belit deh?" ketus nya tanpa sedikitpun ingin menjawab perkataan ku.

"Aku cuma mau nganterin sayur dari kakek!" jawab ku sambil menunjuk sayuran yang masih di keranjang motor.

"Kakek siapa? aku tidak langganan dengan Kakek mu?" tanya nya dengan nada ketus.

"Kakek Anwar!" jawab ku singkat.

"Oh Tuan Anwar, pake manggil Kakek segala, seakan kau itu cucunya, padahal kau hanya anak buah nya!" wanita itu nyerocos seakan tidak terima dengan apa yang aku katakan.

"Ini bon nya jangan lupa di bayar, oya jangan pernah memandang orang dari penampilan jelek atau cantik nya tetep lah bersikap ramah!" ucap ku panjang lebar pada Bi Bawon karena merasa tidak ingin mencari masalah dengan wanita tersebut.

"Dasar pembantu, jadi pembantu saja sombong, sok cantik!" ku dengar umpatan dari BI Bawon membuat aku merasa ingin sekali merobek mulut wanita tersebut namun ku urungkan.

"Dasar nenek sihir!" teriak ku akhirnya dan langsung mengendarai motor dengan kecepatan tinggi.

Ku kendarai motor dengan santai menghirup udara segar siang hari itu, tidak ingin berlama-lama memikirkan tentang Bi Bawon lagi, aku lebih memilih untuk menikmati kebebasan ku itu yang sudah lama tidak pernah aku rasakan, aku seperti burung yang keluar dari sangkar nya, terus berteriak lagi dan lagi.

Hingga motor ku tidak terasa berhenti di depan lampu merah aku akhirnya memilih untuk menunggu.

Bruuuk....

Sebuah botol minuman plastik tepat mengenai kepala ku membuat aku terkejut dan menoleh siapa yang berani membuang sampah sembarangan.

"Siapa sih yang tidak punya sopan santun sedikit pun!" aku mengerut dengan sangat begitu kesal.

Ku tengok ke arah seberang saat ku lihat seorang pria dengan sengaja nya membuang botol itu sembarangan.

Tit Tit Tit

Suara Klakson mobil dari arah belakang membuat ku tersadar dan mobil itu pun berjalan namun aku sejenak melihat sosok pria itu dengan sangat begitu terpana.

BERSAMBUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!