"Padahal kan cuma bertanya tapi, Brayen sampai semarah itu!" gumam Kakek Anwar dengan sangat begitu sedih menatap punggung ka Bray yang berjalan keluar.
"Kakek Maafkan ka Bray yah? Dia memang sensitif jika di tanya tentang hal menikah, kakek tahu sediri seperti apa ka Bray!" aku berusaha untuk menenangkan kakek.
"Untuk apa kau minta maaf? kakek yang salah ko!" jawab Kakek Anwar berusaha untuk biasa saja.
"Ayah Maafkan Brayen yah, kami merasa sangat begitu tidak percaya kalau Brayen bakal semarah itu. kami juga tidak tahu kronologi nya dan apa penyebab nya, hingga sampai sekarang Brayen selalu bersikap ketus pada wanita yang mendekati nya, padahal dulu tidak seperti itu!" jelas Momy Deya dan Dedy Angga merasa sangat begitu tidak enak hati dengan sikap ka Bray.
"Tidak masalah ko, Ayah bisa memahami nya!" jawab Kakek Anwar sambil mengangguk mengiyakan.
Tit-Tit Tit
Kudengar suara klakson mobil dari arah depan membuat Momy And Dedy merasa sangat begitu terkejut.
"Brayen, pasti anak itu sedang marah makan nya, ingin cepat-cepat kami pulang!" gerutu Dedy dengan sangat begitu kesal langsung berjalan keluar, di ikuti aku kakek dan Momy.
"Dedy, Momy, ayo kita pulang, Brayen banyak kerjaan!" teriak ka Bray sudah naik di kursi kemudi membuat Dedy menghela nafas panjang.
"Dasar anak tidak punya sopan santun!" gerutu Dedy menatap ke arah ka Bray dengan sangat begitu kesal.
"Baiklah Ayah, kami pamit, sekali lagi kami titip Si yah!" pamit Momy dan Dedy sambil menyalami Kakek.
"Kau tenang saja, Si aman di sini ko!" jawab Kakek berusaha untuk meyakinkan.
"Ya udah kalau begitu Momy sama Dedy pamit dulu yah!" pamit kedua nya sambil memeluk ku seperti aku ingin pergi jauh saja, pikir ku dalam hati.
"Hmmmm!" jawab ku tanpa sedikitpun berbicara.
"Si kau yakin tidak ingin membawa mobil ke sini? Fasilitas mewah, kartu kredit!" tanya Dedy berusaha untuk membujuk ku.
"Tidak, aku masih punya tabungan, dan jika aku ingin pergi-pergi ada motor Kakek ko!" jawab ku sambil menunjuk ke arah motor Kakek.
"Tapi Cery motor itu..."
"Jelek dan butut? Sudah lah Dedy sana pulang saja, tuh ka Bray sudah marah-marah!"
Aku memotong ucapan Dedy yang hendak menjelek-jelekan motor Kakek membuat Dedy diam saja tidak bisa menjawab apa-apa.
"Baiklah kalau itu mau mu, Dedy tunggu rengekan mu yang menangis ingin pulang!" jawab Dedy dengan raut wajah kecewa dan segera berjalan menuju ke arah mobil dengan sangat begitu berat untuk melepaskan ku begitu saja.
"Apapun keputusan mu Momy akan selalu mendoakan yang terbaik untuk mu, jaga diri mu baik-baik!" ucap Momy Deya sambil menepuk pundak ku membuat ku hanya mengangguk saja tanpa sedikitpun berbicara.
"Ayah, Deya pamit yah!" Momy pun berpamitan pada kakek setelah itu Momy segera berjalan menuju ke arah mobil di mana Ka Bray sedang menunggu sedari tadi dengan terlihat kesal.
"Ayo masuk!" ajak kakek Anwar saat melihat mobil Dedy sudah tidak terlihat lagi.
Ku ikuti Kakek masuk ke dalam, Kakek menunjukkan kamar di mana aku akan tidur.
"Ini kamar Momy mu dulu, sudah lama sekali tidak pernah di tempati tapi, kakek selalu membersihkan nya. Maaf kalau kamar nya tidak sebesar kamar mu!" ucap Kakek Anwar menjelaskan panjang lebar sambil tersenyum tipis.
"Tidak masalah ko kek, Si pasti bisa ko tidur di sini!" aku berusaha untuk meyakinkan bahwa aku bisa tinggal di tempat kakek meskipun, sebenarnya aku juga merasa ragu saat melihat ranjang yang terlihat kecil dan tidak empuk tidak sebesar dan se'empuk milik ku di rumah.
"Kamu yakin?" tanya Kakek saat melihat perubahan wajah ku.
"Yakin kek, ya sudah kakek istirahat yah, sudah malam!" jawabku sambil tersenyum tipis.
"Ya sudah kakek istirahat kalau butuh sesuatu kau bisa memanggil kakek!" pamit kakek sambil menutup pintu.
Ku Amati seluruh ruangan kamar setelah itu aku duduk di ranjang sambil mengambil beberapa peralatan tidur ku yaitu baju tidur kaos kaki selimut dan bantal kesukaan ku yang aku bawa dari rumah.
Ku rebahkan tubuhku setelah aku selesai berganti pakaian dan menggosok gigi, aku yang ingin menyalahkan kipas angin ternyata kipas nya sudah rusak membuat ku menghela nafas panjang.
"Kipas angin nya pake rusak segala berdebah, semoga aku bisa tidur nyenyak!" gerutu ku dengan sangat begitu kesal akhirnya memutuskan untuk kembali merebahkan tubuh ku.
Ku pejamkan mata perlahan agar aku bisa tidur nyatanya aku merasa kegerahan dan suara nyamuk terus saja terngiang-ngiang di telinga ku membuat ku tidak bisa tidur.
Aku yang bener-bener susah tidur akhirnya memutuskan untuk menyalakan musik agar aku bisa tidur nyenyak tanpa ada gangguan nyamuk tapi, nyatanya aku sama sekali tidak bisa tidur.
Aaaah ingin rasanya aku menangis dan menelpon Dedy, kalau aku tidak bisa tidur tanpa AC tapi karena aku mengingat tekad ku aku urungkan niat ku, meskipun semua yang aku inginkan tidak semudah yang aku bayangkan.
Dengan terpaksa akhirnya aku keluar dari kamar untuk mencari udara segar sebentar, siapa tahu aku bisa tidur setelah itu.
"Si kau belum tidur?" suara kakek membuat ku terkejut reflek langsung saja menoleh.
"Kakek mengagetkanku saja, kakek sendiri kenapa belum tidur?" aku tidak sedikitpun ingin menjelaskan justru malah balik bertanya sambil menatap Kakek dengan tersenyum tipis .
"Bagaimana kakek mau tidur, kalau suara ponsel mu itu keras sekali!" jawab Kakek sambil tersenyum tipis.
"Eh anu, aku minta maaf kek, sudah membuat tidur Kakek terganggu!" kata ku sambil menggaruk-garuk kepala merasa tidak enak hati.
"Kau pasti tidak bisa tidur nyenyak karena nyamuk yah? Pake ini agar tidak di gigit nyamuk!" ucap Kakek Anwar sambil memberikan Soffel lotion anti nyamuk.
"Ya meskipun hanya bertahan selama 6-8 jam setidaknya lebih baik, dan pakai kipas, tunggu sebentar kakek ambilkan!" ucap Kakek lagi sambil masuk ke dalam kamar nya.
"Tapi kek Si tidak masalah ko tidak pake kipas angin, buat Kakek aja!" tolak Ku karena merasa tidak enak hati.
"Tidak usah nolak segala, sudah sana Kakek tahu kau itu tidak bisa tidur nyenyak tanpa Angin!" ucap Kakek yang mengerti seperti apa aku, membuat ku akhirnya menurut.
Setelah pamit untuk tidur aku segera menggunakan Soffel lotion anti nyamuk yang tadi Kakek berikan dan menyalahkan kipas angin, tidak lupa aku mengucapkan doa sebelum tidur.
*****
Kudengar samar-samar suara Adzan subuh sudah berkumandang namun rasanya aku engga untuk bangun karena aku merasa masih sangat mengantuk.
Tok-tok-tok
Suara pintu di ketuk membuat ku merasa sangat begitu malas namun ku dengar suara kakek dari luar terus menerus memanggil ku, mungkin karena ruangan nya tidak kedap suara jadi terdengar jelas sekali suara kakek, membuat ku merasa sangat begitu berisik.
"Ada apa kek?" tanyaku saat sudah membuka pintu kamar, sementara mata ku masih mengantuk.
"Sholat subuh dulu yuk, kita solat sama-sama nanti, setelah sholat kau bisa tidur lagi!" kata Kakek membuat ku menurut saja karena, aku memang tidak pernah ketinggalan untuk masalah sholat meskipun aku belum sepenuhnya Istikomah menggunakan hijab tapi setidaknya aku tidak pernah memakai pakaian yang terbuka.
Ku cuci muka dan sikat gigi terlebih dahulu tanpa mandi karena aku merasa masih sangat begitu pagi pasti sangat begitu dingin, setelah itu segera bergegas untuk berwudhu dan menjalankan sholat subuh berjamaah bersama kakek.
Kini aku sudah selesai sholat subuh niat hati ingin membantu kakek aku urungkan saat rasa kantuk masih aku rasakan aku akhirnya memutuskan untuk tidur kembali.
****
Aku yang masih berada di atas ranjang kini merasa sangat begitu kegerahan saat sinar matahari sudah menyorot ke arah kamar ku, tangan ku meraba sesuai mencari benda pipih yang menjadi candu ku yaitu Hp.
Kubuka mata ku perlahan dan menoleh kearah layar Hp membuat ku terkejut saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 10 .
"Ya ampun kenapa bisa begitu? aku tidur tidak kenal waktu!" ucap ku pada diri sendiri sambil turun dari ranjang.
Ya biasa nya aku paling siang bangun jam 7 ini sudah lebih dari siang.
Aku bergegas keluar mencari Kakek untuk meminta maaf namun ku lihat rumah tampak terlihat begitu sepi.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments