Tinggal Di Rumah Kakek

"Kau yakin ingin tinggal di sini?" tanya Dedy menatap ku dengan sangat begitu tidak percaya.

"Aku yakin ko Dedy, sudahlah jangan mengingkari janji, Dedy kan sudah janji akan membiarkan ku tinggal di sini!" jawab ku dengan santai tanpa sedikitpun ingin berbicara lagi.

"Si kau jangan turun dulu kita turun bareng!" cegah ka Bray saat aku hendak turun.

Aku turun terlebih dahulu tanpa sedikitpun memperdulikan Ka Bray. Aku sangat begitu senang saat aku melihat kakek Anwar berada di depan rumah sedang menyiram tanaman, walaupun rumah itu sederhana tapi banyak tanaman bunga di depan nya.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh!" aku mengucap salam sambil mengagetkan kakek ku membuat Kakek Anwar yang sedang memegang selang langsung menyiram ke arah ku.

"Astaghfirullah hal azim, dasar anak nakal, mengucapkan salam pada orang tua tapi, berniat untuk iseng!" kata Kakek Anwar sambil memegang dadanya masih menyiram ku dengan selang yang di pegang nya.

"Kakek ini aku Si, cucu kakek!" pekik ku dengan suara yang melengking membuat kakek Anwar mengarah kan selang ke arah lain.

"Eh Si cucu kakek, Sory kakek tidak tahu kalau itu kau, soalnya Kakek pikir orang yang suka iseng!" jelas kakek Anwar terlihat meletakkan selang ke arah lain.

"Ih kakek lihat aku kan jadi basah!" kata ku sambil cemberut.

"Ha-ha-ha makan nya kalau di bilangin yang nurut, di suruh turun bareng malah turun dahulu!" tawa ka Bray dengan sangat begitu kencang membuat ku tambah kesal.

"Ka Bray kau ini menyebalkan sekali, adik mu sedang basah kuyup begini malah di tertawa kan!" kata ku pada ka Bray Masih cemberut.

"Sudah-sudah kalian jangan bertengkar!" ucap Momy Deya berusaha untuk melerai.

"Ayah Maafkan Deya yah, baru sempet berkunjung!" Sambung nya lagi sambil menyalami kakek Anwar .

"Deya kau ini, tidak masalah ko santai saja, jangan merasa tidak enak!" Tutur kakek sambil tersenyum tipis.

Kulihat Dedy juga menyalami Kakek begitu pula dengan Ka Bray.

"Sekarang Ayo masuk, tidak baik ngobrol di luar!" Kakek Anwar yang menyadari segera mengajak kami masuk.

Kulihat rumah kakek yang terlihat sepi, ya Kakek Anwar memang tinggal sendiri, Nenek sudah meninggal sejak Momy masih kecil dan sejak itu Kakek tidak pernah ingin menikah lagi Karena masih setia dengan Almarhum Nenek.

"Cery, ganti baju dulu sana nanti kita ngobrol-ngobrol!" kata Dedy menyuruh ku berganti pakaian.

Aku segera berlari menuju ke arah kamar untuk berganti pakaian agar tidak ketinggalan untuk mengobrol.

Setelah selesai berganti aku langsung berlari cepat memeluk kakek ku itu.

"Kakek aku kangen!" ucap ku dengan sangat begitu manja.

"Si, kau ini lagi-lagi membuat Kakek terkejut!" omel Kakek Anwar sambil memegang dadanya.

"Iya kan Si terlalu seneng nya bisa ketemu sama kakek, kakek sih sibuk terus ngga mau berkunjung ke rumah, padahal Si kemarin habis masuk rumah sakit!" jelas ku panjang lebar sambil tersenyum tipis.

"Iya Kakek tahu kata Momy, kau melakukan semua itu karena ingin tinggal di sini? benarkah itu!" jawab Kakek Anwar membuat ku tersenyum tipis.

"Hehehe iya kek, aku baik kan? mau melakukan apapun demi ingin bisa tinggal sama Kakek!" jawab ku sambil tertawa kecil.

"Baik dari mana? kau justru malah membuat diri mu tersiksa, bahkan Momy mu juga nangis-nangis menelpon kakek, waktu itu Kakek hendak berkunjung ke sana tapi, penyakit kaki Kakek lagi kambuh jadi, Kakek merasa sangat begitu cemas dan kepikiran tidak bisa berbuat apa-apa!" jelas Kakek Anwar sambil menjewer telinga ku.

"Aduuuuuh Kakek sakit tahu!" pekik ku sambil meringis kesakitan.

"Jangan melakukan hal nekat lagi, itu sangat begitu berbahaya bagi diri mu sendiri!" nasehat Kakek terlihat ikut sedih.

"Iya kek Si janji, ga bakal ngulangi lagi, apa kaki Kakek sudah lebih baik?" kata ku sambil tersenyum senang menatap ke arah kaki Kakek.

"Sudah biasa penyakit tua suka kambuh kalau kecapean!" jawab Kakek sambil tersenyum tipis.

"Makan nya Ayah kurangi aktifitas di luar rumah, jangan terlalu kecapean!" ucap Momy Deya dengan sangat begitu khawatir.

"Ayah ngga bisa diem terus di rumah, rasanya justru malah tambah sakit kalau ayah ngga Kemana-mana!" jelas Kakek panjang lebar.

Kulihat Momy mengganguk-angguk saja karena Momy tidak ingin berdebat lagi dengan kakek.

"Kek sekarang Si akan tinggal disini jadi, Kakek tidak pernah meras kesepian lagi!" ucap ku dengan sangat begitu senang.

"Si, kau pasti tidak akan betah tinggal di sini!" ucap Kakek Anwar yang menyadari perubahan Dedy yang tidak seperti biasanya.

"Kakek, Si hanya ingin menemani Kakek tinggal, seharusnya Kakek senang dong!" Aku berkata sambil mengerutkan keningnya heran.

"Tuh Kakek mu aja sudah tahu seperti apa kau, paling baru semalam nginep di sini sudah nangis-nangis minta pulang. 'Dedy aku tidak bisa tidur tanpa pake AC, di sini banyak nyamuk!" ucap Dedy sambil menirukan suara ku .

"Ha-ha-ha!" seketika ku dengar ketiga nya tertawa terbahak-bahak begitu pula dengan Kakek Anwar tidak merasa sedikit pun tersinggung dengan perkataan Dedy.

"Aku yakin kalau aku bisa membuktikan bahwa aku bisa tinggal di sini, sudahlah Dedy tidak usah membujuk ku lagi!" jawab ku dengan yakin menatap Dedy dengan penuh peringatan.

"Lihat saja nanti!" jawab Dedy tidak percaya dengan apa yang aku katakan, terlebih mengingat apa yang terjadi dulu aku memang tidak pernah betah tidur di rumah kakek karena aku orang yang tidak bisa tidur tanpa AC.

Sore hari kami habiskan dengan mengobrol hingga menjelang malam hari kami pun makan malam bersama, terlebih Kakek Anwar yang memasak membuat ku sangat begitu menikmati Makan dengan sangat begitu senang.

Kini setelah selesai makan Momy Deya, Dedy Angga dan Ka Bray memutuskan untuk pamit pulang.

"Cery, kau yakin ingin tinggal di sini?" tanya Dedy untuk terakhir kalinya.

Aku menghela nafas panjang berusaha untuk tenang karena merasa sangat begitu kesal dengan pertanyaan Dedy.

"Iya Dedy, kau itu seperti aku pergi jauh saja!" jawab ku sambil cemberut.

"Ya sudah kalau begitu, Ayah aku titip Cery yah kalau dia membuat masalah atau merepotkan, beritahu ku agar aku menjemput nya!" pamit Dedy Angga kepada Kakek.

"Tenang saja, Angga kau tidak usah khawatir Ayah pasti akan menjaganya!" jawab Kakek Anwar berusaha untuk meyakinkan Dedy.

"Terima kasih Ayah, Deya juga pamit!" ucap Momy sambil memeluk Kakek.

"Putri ayah sekarang sudah tidak seperti dulu lagi dulu Deya kau sudah menjadi ibu yang luar biasa!" Kakek mengelus puncak kepala Momy dengan terharu.

"Ayah bisa aja !" jawab Momy dengan malu-malu.

"Brayen, kemari, kau tidak ingin memeluk kakek tua ini!" panggil Kakek pada ka Bray yang sedari tadi diam saja karena ka Bray memang tidak terlalu dekat dengan kakek.

"Apa karena kakek ini tidak sekaya Opa Abimanyu mu itu? makan nya kau segan?" Lanjut nya lagi sambil menatap ka Bray dengan sangat begitu sedih.

"Kakek...... tidak ko, Brayen juga sayang sama Kakek!" kulihat Ka Bray berlari menghambur memeluk kakek.

"Brayen titip adik, manja Brayen ya kek!" ucap Ka Bray pada Kakek.

"Brayen kau itu kapan memikirkan dirimu sendiri? tenang, Si aman ko di sini!" jawab Kakek sambil geleng-geleng kepala merasa tidak habis pikir dengan ka Bray.

"Brayen, kau sudah dewasa usia mu sudah 26 tahun, apa kau tidak ingin memikirkan untuk menikah?" tanya Kakek menatap ka Bray dengan penuh harap.

"Kakek, sudah Brayen katakan berulang kali kalau Brayen belum memikirkan untuk menikah!" ketus Ka Bray dengan sangat begitu kesal.

"Brayen, kakek cuma bertanya apa salahnya, kenapa kau malah marah!" jawab Kakek Anwar dengan sangat begitu sedih.

"Sudahlah tidak usah di bahas lagi, Momy, Dedy, Brayen tunggu di depan !" ucap Ka Bray tanpa sedikitpun memperdulikan Kakek langsung saja berjalan keluar.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!