Aku kini sudah berada di depan meja makan ini pertama kali aku keluar setelah aku mengurung diri di kamar.
"Cery, princess nya Momy, akhirnya keluar juga!" ucap Momy Deya dengan sangat begitu senang mempersilahkan aku untuk duduk.
"Ce kau tahu? kami merasa sangat begitu sedih melihat perubahan mu itu, keluarga ini tidak akan lengkap tanpa canda tawa mu!" sambung ka Bray ikut menimpali.
"Lantas, apakah kalian sekarang sadar?" tanya ku masih cemberut.
"Iya kami minta maaf!" jawab Momy Deya dan Ka Bray berbarengan.
"Sudah drama nya?" tanya Dedy Angga yang sedari tadi diam.
"Loh ko drama sih Ded? putri kita itu sedang merasa sedih malah di bilang drama!" jawab Momy Deya dengan kesal.
"Ya kan sudah baikan, maksud Dedy kita makan dulu nanti lanjut lagi kangen-kangenan nya!" jawab Dedy sambil cengengesan.
"Dedy gitu nggak asik!" sungut ku sambil mengambil ayam goreng kesukaan ku.
"Katanya kemarin ngga mau makan ayam goreng, ingin diet? ini sekarang makan apa rakus? masa sebanyak itu makan nya!" tanya Dedy menatap ku dengan geleng-geleng kepala.
"Suka-suka aku dong Ded, Dedy mau princess Dedy ini kurusan, kurang gizi?" jawab ku sambil mengunyah ayam goreng yang aku pegang.
"Tapi Cery Dedy cuma..." kata Dedy menggantung Kan ucapan nya saat terlihat Momy Deya mencubit pinggang Dedy membuat Dedy meringis kesakitan dan akhirnya memilih untuk diam saja.
Sementara Aku yang merasa menang kini hanya senyum-senyum saja sambil menikmati Ayam goreng kesukaan ku yang sudah beberapa hari tidak memakan nya.
Kami akhiri makan dengan hidmat tanpa ada yang berbicara sedikitpun.
Setelah kami selesai kini kami sedang menonton televisi, keluarga ku memang selalu kompak dan suka sekali dengan sinetron, mereka bahkan akan ikut menangis saat film yang di tonton nya sedih dan ikut marah-marah juga saat kejahatan yang selalu menang, sungguh aneh bukan.
Aku kini duduk di tengah-tengah Momy And Dedy yang sedang serius banget nonton film nya sambil makan cemilan, niat ku ingin sekali mengutarakan apa yang aku pikirkan selama ini.
"Cery, kau main menengah aja, mengganggu tahu!" sungut Momy Deya saat pelukan nya terlepas dan bergantian aku yang memeluk Dedy Angga, duduk di tengah.
"Momy, Dedy, ada hal yang ingin aku bicarakan!" ucap ku tanpa memperdulikan kekesalan Momy Deya.
"Apa yang ingin kau bicarakan? kenapa cuma Momy sama Dedy saja? Ka Bray ngga di ajak ngobrol?" tanya Ka Bray dengan sangat begitu kepo ikut duduk menyelip di samping ku membuat Momy mendengus kesal.
"Kalian ini bisa tidak? jangan nyelip-nyelip duduk di tengah, sempit tahu, kaya ngga ada tempat duduk lain aja!" kata Momy Deya dengan kesal dan langsung pindah posisi duduk, sementara Dedy masih fokus dengan apa yang di tonton nya.
"Ini Ka Bray yang salah, ngapain juga pake ikut-ikutan!" jawab ku sambil menyiku lengan Ka Bray yang masih duduk di samping ku.
"Sudah jangan bertengkar, gara-gara kalian ribut Dedy jadi ngga konsentrasi nih, nonton nya. Aduh ini orang lemah banget tinggal di bongkar saja kejahatan nya malah takut dengan ancaman!" ucap Dedy Angga yang masih serius nonton film dengan sangat begitu serius.
"Dedy, Si ingin bicara!" Aku yang merasa kesal karena Dedy asyik nonton TV kini berdiri sambil mematikan TV yang Dedy tonton.
Melihat hal itu membuat Dedy menoleh ke arah ku sambil mengerutkan keningnya heran.
"Cery, Dedy sedang menonton televisi kenapa malah di matikan?" tanya Dedy menatap ku dengan sangat begitu memohon.
"Dedy, Si, ingin berbicara!" jawab ku dengan suara yang tegas.
"Bicara apa? kalau mau bicara, bicara saja ngapain pake matiin televisi segala!" jawab Dedy dengan santai memakan cemilan yang ada di atas meja.
"Ini penting Dedy, ih Dedy ngga asyik banget!" jawab ku sambil merebut cemilan yang ada di tangan Dedy.
Sementara Momy Deya dan Ka Bray hanya diam saja menyaksikan pembicaraan kami berdua sambil mengerutkan keningnya heran melihat tingkah ku yang tidak seperti biasanya.
"Dedy sayang Si, tidak?" tanya ku sambil menatap Dedy dengan sangat begitu intens.
"Tentu saja, Dedy menyayangi mu, kenapa kau malah menanyakan hal yang sudah pasti kau tahu? sampai kau juga mematikan televisi segala!" jawab Dedy menatap ku dengan heran.
"Momy, Dedy, Ka Bray, aku ingin tinggal di rumah kakek apa boleh?" tanya ku sambil menunduk.
"Tentu saja boleh, kau pasti jenuh dan merindukan kakek mu itu, kenapa kau ketakutan begitu!" jawab Dedy sambil tersenyum tipis merasa aneh dengan izin ku.
"Maksud ku aku ingin tinggal menetap di rumah Kakek, aku ingin mandiri Dedy, apa boleh?" jelas ku panjang lebar menatap Dedy dengan penuh permohonan.
"Tidak, kau tidak boleh tinggal di rumah Kakek!" jawab ketiga nya kompak bersamaan.
"Tadi, kata Dedy boleh!" jawab ku dengan heran.
"Ya tadi boleh, tapi Dedy pikir kau cuma main saja, tidak tinggal menetap di rumah kakek mu!" jawab Dedy Angga dengan serius.
"Dedy, Si hanya ingin hidup mandiri, Si ingin membuktikan bahwa Si wanita yang pemberani tidak manja. Ayolah Dedy, hanya di rumah kakek saja, setidaknya sampai aku, tenang!" jelas ku panjang lebar berusaha untuk meyakinkan Dedy ku.
"Jadi, kau mau meninggalkan keluarga ABCD?" tanya Ketiga nya bersamaan menatap ku dengan sangat begitu sedih.
Ya keluarga ku memang bernama Keluarga ABCD yaitu keluarga yang terdiri dari A Dedy Angga, B Ka Bray, C Aku Cery, D Momy Deya.
"Bukan begitu Dedy, Momy, KA Bray, aku cuma ingin hidup mandiri!" jelas ku lagi dengan penuh permohonan.
"Tidak, pokok kalau tidak, ya tidak, kalau kau tinggal di rumah kakek mu yang ada kau malah membuat onar, dan bikin kakek mu pusing kasian dia sudah tua!" jawab Dedy Angga tidak bisa di bantah.
"Dedy, jahat Dedy tidak pernah memperdulikan perasaan ku!" Aku langsung berlari menuju kamarku dengan sangat begitu marah dan kesal.
"Cery, Dedy cuma ingin yang terbaik untuk mu!" panggil Dedy dengan sangat begitu keras namun aku tidak sedikitpun memperdulikan panggilan nya dan langsung saja berjalan menaiki anak tangga.
Hari demi hari aku melakukan segala cara agar Dedy mau menuruti keinginan ku yaitu tinggal di rumah kakek Anwar, rumah orang tua Momy.
Aku bahkan rela mogok makan aku tidak peduli walaupun penyakit ku kambuh karena aku memiliki penyakit mag yang sudah parah jika telat makan pasti tubuh ku akan panas dingin pucat pasi, saat itu Dedy jarang menemui ku mungkin Dedy juga berat untuk membiarkan aku hidup mandiri.
Hanya Momy Deya dan juga Ka Bry yang selalu saja membujuk ku untuk makan dan berusaha untuk menyemangati ku.
Siang itu pelayan yang biasa nya mengantarkan makanan untuk ku kini melihat ku dengan kaget saat tubuh ku sudah berada di lantai terlihat seperti mayat.
"Nyonya Nyonya!" teriak pelayan itu dengan sangat begitu panik dan ketakutan.
Tak beberapa lama Momy yang di teriaki kini segera datang dan merasa kaget saat melihat tubuh ku sudah terlihat lemah.
"Cery princess Momy!" pekik Momy deya dengan terkejut dan berlari mendekat ke arah ku.
BERSAMBUNG
Bantu support author yah agar author semangat ngelanjutin nya jangan lupa like komen vote hadiah nya yah 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments