Karena ketiga macan ( manusia cantik ) tidak tega dengan Fania yang langsung bersedih, akhirnya Janny mengabulkan keinginan Fania yang ingin dicarikan sugar daddy. Meskipun sebenarnya Janny tidak rela jika Fania hancur.
"Ya udah tunggu apa lagi? Ayo!" ajak Fania dengan semangat saat keinginan telah dikabulkan oleh sahabatnya.
"Gak sekarang juga, Fan! Kita harus tanya sama Mami Lie dulu untuk dapat papa gula dan mengatur jadwal pertemuan," ujar Janny.
"Terus kapan, dong?" tanya Fania yang sudah tidak sabar.
"Tunggu, aku coba hubungi Mami Lie dulu. Semoga ada papa gula yang nganggur," timpal Lily.
Fania sudah tidak sabar untuk mendapatkan kabar baik dari Lily. Berharap masih ada papa gula yang nganggur.
"Gimana, Li?" tanya Fania antusias.
"Masih mau dicek dulu. Mudah-mudahan masih ada ya," ujar Lily.
Karena saat ini ketiga sahabatnya telah memiliki janji bersama dengan papa gula mereka, akhirnya hanya tinggal Fania sendiri yang belum pulang karena harus menunggu Pak Ujang menjemputnya.
Didalam mobil, Stefany masih memikirkan sahabatnya yang masih menunggu jemputan. Karena ia termenung papa gulanya pun merasa heran pada Stefany.
"Kamu ada masalah?" tanyanya.
Stefany langsung menoleh ke arah Bara, pria dewasa yang menjadi papa gulanya. "Gak ada, Om," ucapanya pelan.
"Lalu kenapa diam saja? Apakah uang kemarin masih kurang?"
Stefany langsung menggeleng dengan cepat. "Gak, Om. Uang yang Om Bara kasih udah lebih dari cukup, kok. Aku hanya sedang memikirkan sahabatku yang merasa kesepian. Disaat dia sedang membutuhkan tempat untuk bersandar, aku malah tidak bisa menemaninya," ucap Stefany dengan rasa bersalah.
"Apakah kamu ingin membatalkan rencana kita? Aku sudah susah payah loh meluangkan waktu untuk bisa menghabiskan waktu untuk bersamamu,"ujar Bara.
"Tidak! Aku tidak akan membatalkan rencana kita. Terlebih, besok Om Bara mau keluar kota. Pasti aku akan sangat merindukan sentuhan Om Bara." Stefany berkata sambil tersenyum kearah Bara.
"Baiklah. Memang itu yang aku inginkan. Kamu yang akan selalu merindukanku agar kamu lebih agresif. Tapi jika sahabat kamu mau, aku punya teman yang sedang frustasi karena batal nikah. Kali aja dia berminat untuk saling melengkapi," saran Bara yang juga sedang memikirkan nasib temannya yang baru saja batal nikah.
Mendengar ada peluang, Stefany langsung menganggukkan kepalanya dangan antusias. "Boleh tuh, Om. Aku coba hubungi Fania dulu, ya."
"Oke. Aku juga hubungi Calvin dulu."
🌸🌸🌸
Disebuah cafe, Fania sudah menunggu kedatangan seseorang. Dirinya benar-benar sudah tidak sabar untuk bertemu dengan papa gula yang akan berkencan dengannya.
Karena saat ini yang Fania inginkan adalah pria yang bisa membuatnya merasa bahagia, ia tidak peduli dengan penampilan papa gulanya nanti. Bahkan yang ada didalam pikiran Fania tentang pria yang hendak bertemu dengannya ialah pria tua dengan kumis tebal serta perut yang buncit. Membayangkan sendiri saja Fania sudah merasa geli.
"Astaga ... otak ini!" rutuk Fania sambil memukul pelan kepalanya.
Hampir 30 menit Fania menunggu kedatangan pria yang akan bertemu dengannya. Namun, sampai saat ini belum ada tanda-tanda pria itu datang. Mungkinkah Stefany telah membohongi dirinya? Atau pria itu sengaja membatalkan pertemuan mereka? Fania hanya bisa mendesah kasar.
"Baru juga ingin merasakan bagaimana rasanya punya papa gula, eh malah zonk! Nasib ... nasib!" Fania merutuki dirinya lagi.
Saat Fania sudah menyerah dan ingin pergi, tiba-tiba seorang datang dan menyapanya.
"Apakah kamu Fania? Sorry aku terlambat. Aku baru saja selesai meeting," ucap pria yang saat ini sudah menarik tempat duduk tepat didepan Fania.
Fania yang disapa hanya terdiam dengan mata yang melebar karena merasa sangat kagum atas makhluk ciptaan Tuhan yang ada di hadapi saat ini. Tubuhnya yang kekar dan wajahnya yang mempesona mampu membuat dadanya berdetak lebih kencang dari biasanya. Bahkan sorot matanya langsung bisa menggetarkan hatinya dan senyum di bibir mampu membuat seluruh tubuhnya bergemetar.
"Hai ...!" Pria itu melambaikan tangannya didepan Fania.
"Oh iya, maaf. Perkenalkan, aku Fania." Fania mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan dirinya.
"Calvin," ucap pria yang berada di depannya saat ini. Keduanya pun saling bersalaman sebagai bentuk perkenalan mereka. Tangan Calvin yang terasa hangat, seakan mampu menjalarkan getaran bak sengatan arus listrik ke seluruh tubuhnya.
Pandangan pertama Fania sudah membuat gadis itu terpesona pada pria yang akan menjadi papa gulanya nanti.
"Apakah kamu sudah lama menjalani pekerjaan seperti ini?" tanya Calvin secara tiba-tiba.
Karena ini adalah kali pertama Fania akan melayani pria hidung belang ia pun menggelengkan kepalanya. "Belum, Om. Ini adalah kali pertama untukku," ujar Fania.
Pria bertubuh tegap yang bernama Calvin tersenyum tipis kearah Fania.
"Kamu itu masih muda, cantik lagi. Mengapa kamu malah ingin merusak hidupmu dengan menjadi wanita simpanan? Apakah begitu menyedihkan hidupmu sehingga kamu memilih pekerjaan ini? Padahal di luar sana banyak loh pekerjaan yang membutuhkan orang sepertimu. Tapi ya, gajinya tidak seberapa. Tapi tidak masalah karena aku tertarik untuk menjadikanmu Bayi gulaku," ucap Calvin panjang lebar.
Karena Calvin sudah merasa puas dengan pilihan Bara, ia pun langsung membawa Fania pulang ke apartemennya untuk melakukan perjanjian sebelum menjalin hubungan dengan Fania.
Fania baru tahu ternyata menjalin hubungan seperti ini harus memakai kontrak perjanjian di atas materai. Fania pikir hanya sekedar menghabiskan malam panjang dan siap saat sedang dibutuhkan, ternyata ada hitam diatas putih.
"Ini apartemen milikku, untuk kodenya nanti aku kasih tahu," ujar Calvin yang kini sudah berada didalam apartemen.
Ia pun langsung membuka kemejanya dan melemparkannya ke sembarang arah. Fania yang melihat tubuh Calvin yang sudah terekspos langsung menutup matanya dengan telapak tangannya.
"Cihh! Masih saja sok malu!" cibir Calvin yang kemudian beranjak ke kamar mandi.
Menyadari jika saat ini papa gulanya sudah menghilang dari pandangan mata, Fania langsung mendesah dengan kasar.
"Haii Fan, sadar! Bukankah mulai saat ini tugasmu adalah memuaskan pria itu? Lalu untuk apa kamu malu." Fania merutuki dirinya lagi.
"Lalu setelah ini apa yang harus aku lakukan? Apakah aku langsung naik keatas tempat tidur?" Fania masih bingung dengan apa yang akan ia lakukan setelah ini. Tak ingin kehilangan akal, ia menelepon Stefany untuk bertanya apa yang harus ia lakukan.
Karena tidak mendapatkan jawaban, Fania terus berusaha agar Stefany mengangkat panggilan teleponnya. Karena hanya nomer Stefany yang masih bisa dihubungi saat ini.
"Stefany kemana, sih?" gerutu Fania yang terus memanggil nomor Stefany.
Saat panggilan baru diangkat oleh Stefany, Fania sudah menyodorkan pertanyaan.
"Akhirnya kamu angkat juga teleponku, Stef! Stef, setelah ini apa yang harus aku lakukan?"
"Ha-lo, Fan. Ah ...." Terdengar suara Stefany yang sedang mendesah.
"Stefany apakah kamu sedang—" Fania tak melanjutkan pertanyaannya saat ia mendengar dengan jelas suara de-sa-han pria begitu juga dengan Stefany yang hanya menyebutkan nama papa gulanya.
Karena merasa telah mengganggu, Fania langsung mematikan panggilan teleponnya.
"Oh, astaga ... Stefany sedang—" Fania menjeda ucapannya.
"Apakah setelah ini aku juga akan merasakan apa yang sedang di lakukan oleh Stefany?" Fania menggigit bibir bawahnya saat membayangkan apa yang akan dia lewati bersama dengan papa gulanya.
...🌸🌸🌸...
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
💘💞Ratunya Bo Qingang💕💘.
tnpa sapa lngsung tho the point ni cwo...
2023-01-11
1
💘💞Ratunya Bo Qingang💕💘.
thor...bkin 🤣🤣🤣 klo ppa gula..sugar daddy mlh lbih keren dkit..
2023-01-11
1
💘💞Ratunya Bo Qingang💕💘.
woooow..
2023-01-11
1