Pesona Sugar Daddy

Pesona Sugar Daddy

BAB • SATU

Dia ada Fania Atmaja. Mahasiswi akhir disalah satu Universitas ternama di kotanya. Terlahir dari keluarga kaya raya membuat Fania tak kekurangan dari segi materi. Semua kebutuhan bisa terpenuhi. Apa yang diinginkan tinggal pilih dan tunjuk. Namun, meskipun begitu Fania haus akan kasih sayang. Orang tua Fania sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Sang Ayah sibuk dengan bisnis yang semakin hari semakin meroket tinggi dan sang Ibu yang setiap hari sibuk dengan teman-teman sosialitanya. Tentu saja keduanya tidak memiliki waktu bersama dengan Fania lagi.

Fania hanya bisa merasakan kehadiran kedua orang tuanya saat melakukan sarapan pagi. Setelah itu mereka tidak akan terlihat lagi sampai malam nanti. Bahkan sekedar makan malam bersama saja mereka tidak bisa melakukannya di rumah.

"Fan, bagaimana kuliahmu? Kapan wisuda?" tanya Frans— papa Fania.

"Masih lama, Pa. Magang aja belum," jawab Fania dengan malas. Bagaimana tidak malas, jika pertanyaan itu selalu diulang terus-menerus saat mereka sedang duduk bersama.

"Papa gimana sih, perasaan kemarin Papa udah tanya sama Fan kapan wisuda, eh hari ini diulang lagi. Belum tua tapi udah pikun," timpal Maria— mama Fania.

"Oh iya kah? Papa lupa," ujar Frans sambil tertawa kecil.

Setelah perbincangan singkat itu tak ada lagi kata yang terucap kembali. Hanya denting sendok dan piring yang beradu untuk memecahkan keheningan pagi itu. Bahkan saking sibuk dengan dunia mereka, sampai-sampai saat sarapan pun keduanya hanya fokus pada gawai mereka masing-masing tanpa ingin peduli dengan Fania yang berada dihadapannya. Karena merasa kesal, Fania memutuskan untuk pergi ke kampus lebih awal.

"Sampai kapan? Sampai kapan mereka akan peduli denganku?" batin Fania dengan dada yang terasa sesak.

"Pagi, Non. Tumben udah keluar? Ada kuliah pagi?" tanya pak Ujang yang sedang menyesap kopinya di teras.

"Iya, Pak. Tolong anterin ya," pinta Fania.

"Siap, Non." Pak Ujang langsung menghabiskan kopi pahitnya.

.

.

Kedatangan Fania ke kampus terlalu cepat. Bahkan para sahabatnya belum ada satupun yang datang. Semua itu Fania lakukan karena malas untuk melihat dua orang terpenting dalam hidupnya bagaikan orang asing.

"Tumben Mbak Fan datang lebih awal?" tanya Pak Toyib, seorang satpam yang sedang bertugas didepan pintu gerbang.

"Iya, Pak. Ada jadwal pagi," ujar Fania dengan berbohong.

"Oh, begitu ya. Tapi geng tiga macan belum datang," ujar pak Toyib lagi.

"Tiga macan?" Fania menautkan kedua alisnya sebab dia tidak tahu siapa yang dimaksud oleh Pak Toyib.

"Aduh, sama gengnya sendiri masa gak tahu. Itu lho tiga cewek cantik temennya Mbak Fania," jelas Pak Toyib lagi.

Kini Fania baru mengetahui jika persahabatan dengan tiga orang yang dikenal sejak tahun pertama kuliah mempunyai nama lain. Bahkan baru kalian ini Fania mengetahui jika mereka mempunyai julukan lain di kampusnya. Entah siapa yang mencetuskan nama geng itu, tetapi Fania merasa sangat terhibur. Berati jika dirinya gabung bersama tiga sahabatnya maka julukannya adalah empat macan, yang artinya empat manusia cantik.

Satu jam lamanya Fania menunggu kedatangan tiga sahabatnya. Sebenarnya menunggu sangat membosankan. Namun, daripada di rumah yang jauh lebih membosankan lebih baik Fania menunggu para manusia cantik yang bisa menghibur dirinya.

"Akhirnya datang juga," kata Fania saat melihat Stefany jalan mendekat ke arahnya.

Begitu juga dengan Janny dan Lily yang berada di belakang Stefany. Mereka adalah tiga macan— manusia cantik.

"Hai, Fan. Tumben datang lebih awal? Apakah orang tuamu bertengkar lagi?" tanya Stefany langsung.

Kepala Fania menggeleng dengan pelan. "Hari ini mereka tidak bertengkar. Aku saja yang merasa malas untuk melihat mereka berdua yang saling acuh dan lebih mengutamakan ponselnya daripada keluarganya," jujur Fania dengan wajah sedihnya.

"Yang sabar ya Fan," ucap Janny, menghibur.

"Doakan saja yang terbaik untuk kedua orang tuamu. Mudah-mudahan mereka cepat mendapatkan hidayah agar kamu tidak kesepian lagi. Ah, tapi selama ada kami, kamu tidak akan pernah kesepian, karena kami akan selalu ada untukmu," sambung Stefany sambil mengelus pundak Fania.

Senyum di bibir Fania melengkung saat mendapatkan dukungan dari ketiga sahabatnya. "Makasih ya, jika tidak ada kalian mungkin aku sudah kehilangan arah. Kalian adalah keluarga the best yang aku miliki."

Kini keempat macan itu saling berpelukan untuk memberikan kekuatan kepada Fania. Ternyata kaya tidak menjamin sebuah kebahagia.

.

.

Setelah jam kuliah usai, Fania berencana untuk mengajak sahabatnya nonton. Namun, nyatanya tak ada yang bisa menemani Fania karena mereka sudah terlanjur membuat janji kepada orang lain.

"Duh ... maafkan banget ya Fan, aku gak bisa menenin kamu untuk hari ini, karena aku udah ada janji sama Om Bara. Bagaimana kalau besok?" tawar Stefany sedikit rasa bersalah.

"Aku juga gak bisa, Fan. Udah terlanjur janjian sama Om Tama," sambung Lily.

"Aku juga udah buat janji sama Om Danu," timpal Janny.

Mendengar para sahabatnya telah memiliki janji kepada sugar Daddy mereka, Fania hanya bisa mendengus dengan kasar. Meskipun sebenarnya Fania tidak pernah mendukung cara ketiga sahabatnya untuk mendapatkan uang banyak, tetapi Fania tidak bisa menghakimi mereka, karena Fania sendiri tidak bisa untuk memenuhi kebutuhan ketiga sahabatnya.

"Enak banget sih jadi kalian, punya Om-om yang memanjakan. Lah aku? Hanya bisa melihat kalian bahagia," kata Fania sedikit kecewa.

"Ya mau gimana lagi, Fan. Tanpa mereka kita gak bakalan bisa bertahan sampai detik ini," ujar Stefany sambil mendesah. Siapapun pasti tidak akan mau untuk menjadi simpanan pria belang jika bukan karena tuntutan hidup.

"Iya aku tahu," lirih Fania yang mencoba untuk mengerti akan keadaan ketiga sahabatnya.

"Jika hidupku bergelimang harta, aku tidak akan pernah mau untuk menjadi simpanan Om-om, Fan. Bersyukurlah, karena kamu terlahir dari keluarga kaya," celetuk Lily.

Sejenak Fania terdiam untuk beberapa saat. Dia membayangkan pasti ketiga temannya akan mendapatkan bahagia saat bersama dengan Om-om yang akan memanjakan mereka dengan kasih sayangnya.

"Fan, kamu kenapa kok diam?" tanya Janny yang merasa heran.

"Tidak ada. Aku hanya sedang membayangkan betapa bahagianya kalian dimanjakan oleh sugar daddy kalian. Sementara aku? Aku hanya bisa menatap kalian dari kejauhan. Apakan begituan bersama Om-om itu tidak sakit? Secara pasti senjatanya mereka besar," ujar Fania dengan rasa penasarannya.

"Kenapa kamu bisa berbicara seperti itu, Fan? Apakah kamu pernah melihatnya?" tanya Janny lagi.

"Ya cuma nebak aja. Secara tubuh sugar daddy kalian terlihat sangat gagah. Aku jadi penasaran bagaimana rasanya di jamah sama Om-om. Carikan satu untukku dong!" celetuk Fania.

"Apa?!" teriak ketiga sahabatnya yang terkejut secara bersamaan.

"Jangan gila kamu, Fan!" sentak Janny.

.

.

...BERSAMBUNG...

...Halo-halo, kini teh ijo bawa cerita baru lagi. Semoga kalian suka 💖...

...Jangan lupa untuk dukung novel ini ya dengan cara Favoritkan, like dan komen, serta bagi Vote atau kembang-kopi....

...Semoga novel ini bisa menghibur ☺️...

Terpopuler

Comments

dita18

dita18

baru mampir thoorrr

2023-08-02

0

Nagisa

Nagisa

plng suka kalo cerita nya sugar" an kayak gini

baru baca ak udh trtarik

2023-01-26

0

Arif Muzakki

Arif Muzakki

mampir teh,,,,, semangat 💪

2023-01-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!