Kemarahan Damian

"Sebelum orang tua kalian mengeluarkan kami dari sekolah ini. Orang tua kami yang akan terlebih dahulu mengeluarkan kalian semua dari sekolah ini dan bahkan memecat orang tua kalian dan akan menolak penerimaan donatur dari orang tua kalian," ujar Kenzo.

"Sudahlah. Lebih baik kita kembali ke kelas. Ngapain juga mengurusi mereka," ucap Fattan.

Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi meninggalkan kelompok IKON dan kelompok BTOB.

"Wooi, pembunuh!" teriak Alby dan hal itu sukses membuat langkah Damian dan teman-temannya terhenti seketika.

"Aku dengar orang tuamu meninggal karena kecelakaan mobil. Dan aku dengar-dengar juga penyebabnya adalah kau, Damian!  Jadi kau itu lebih buruk dari kami," ejek Aiden.

"Hahahahaha."

Mereka semua menertawakan Damian.

"Dam. Jangan dengarkan mereka." Elvano menenangkan Damian ketika melihat ekspresi wajah Damian yang tak bisa dikatakan baik-baik saja.

"Lebih baik kita pergi dari sini," ucap Haris yang sudah memegang lengan Damian.

"Mau kemana, Damian? Apa kau takut? Apa kau malu?!" teriak Alby.

"Kalau aku pikir-pikir orang tuamu itu pantas mati, karena semasa hidup mereka selalu saja membuat orang-orang menderita!" teriak Alby.

Damian membalikkan badannya menatap tajam ke arah Alby dan Aiden. Kemudian Damian berlahan mendekati keduanya dengan tangan yang mengepal kuat.

"Dam," panggil Elvano dan Haikal bersamaan.

"Apa maksud dari ucapanmu itu, hah?!" bentak Damian menatap tajam wajah Alby. Tersirat amarah yang memuncak dalam tatapan tersebut.

"Maksudku orang tuamu itu sudah membuat keluargaku menderita selama ini. Terutama Ayahmu yang brengsek itu. Jadi dengan kematian mereka sudah membuat kami bahagia. Itu semua berkatmu, Damian Calvin," jawab Alby dengan senyuman sinisnya.

"Orang tuamu pantas mati. Mereka pantas mati," ucap Alby lagi.

"Aaarrrgghh!" teriak Damian.

Duuaagghh!

Damian menendang keras tepat di bagian perut Alby yang mengakibatkan Alby tersungkur dengan perut yang mendarat terlebih dahulu serta darah yang keluar dari mulutnya.

Damian melangkah mendekati Alby yang terkulai di tanah. Kemudian Damian menginjak bagian tengkuk Alby dengan kuat sehingga membuat Alby berteriak kesakitan. Tapi diabaikan oleh Damian.

"Jangan pernah kau memfitnah atau menjelek-jelekkan kedua orang tuaku. Bagiku mereka adalah malaikat yang terindah yang dikirimkan Tuhan  untukku. Kau boleh menghinaku sepuasmu, tapi jangan bawa-bawa mereka. Mereka sudah bahagia disana!" Damian yang matanya sudah memerah menahan tangis.

"Ini hukuman untukmu, karena kau sudah memfitnah kedua orang tuaku!" Damian mengeratkan pijakkannya pada tengkuk Alby.

"Hei, Damian. Lepaskan Alby. Kau bisa membunuhnya!" teriak Kevan Keandre.

Damian melirik sekilas kearah Kevan, lalu kembali fokus pada Alby.

"Memang itu niatku. Membunuh teman kalian ini," jawab Damian.

"Kau gila!" teriak Morgan.

"Aku akan menjadi dua kali lebih gila apabila ada orang yang membawa-bawa keluargaku!" teriak Damian yang kakinya masih bermain-main di tengkuk Alby.

Elvano dan Haris mendekati Damian. "Dan. Lepaskan dia. Kami mohon. Kau bisa membunuhnya."

"Tapi bajingan ini sudah membawa-bawa kedua orang tuaku Van, Ris! Aku tidak terima," sahut Damian tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja membasahi wajah tampannya.

"Ya, kami tahu. Tapi kau tidak harus membunuhnya. Kalau kau sampai melakukannya. Orang tuamu di atas sana akan merasa sangat sedih dan kecewa padamu. Apa kau mau mereka kecewa dan marah padamu, hum?" tutur Elvano yang berusaha menghibur dan membujuk Damian.

"Orang yang sudah meninggal itu justru bisa melihat kita dari atas sana, termasuk orang tuamu, Dam! Mereka pasti akan sedih melihatmu seperti ini," kata Haris yang juga ikut membujuk Damian.

Damian langsung menggelengkan kepalanya. Dirinya tidak mau kedua orang tuanya marah dan kecewa padanya. Dan berlahan Damian pun melepaskan pijakannya dari tengkuk Alby.

Elvano dan Haris langsung membawa Damian menjauh dari Alby dan membawanya ke kelas. Disusul oleh yang lainnya di belakang.

"Dasar payah. Apa hanya segitu nyalimu, Dam!" teriak Aiden.

"Van, Kal, Ris. Kalian bawa Damian ke kelas. Kalau perlu bawa Damian ke markas. Kalau Damian tetap disini, aku yakin Damian tidak akan bisa mengontrol emosinya," sahut Kaamil.

"Baiklah," jawab mereka bersamaan.

Haikal, Haris dan Elvano memutuskan membawa Damian ke markas.

"Mau apa lagi kau Aiden?" tanya Noah.

"Mau kalian sembunyikan dimana tuh bocah sialan? Apa dia takut, hah?!" tanya Aiden.

"Takut? Hahahaha. Tidak ada kata takut di dalam diri kami. Apalagi Damian. Kami membawa pergi Damian menjauh dari kalian termasuk kau Aiden, karena kami tidak mau kau bernasib sama seperti tikus itu," ucap Okan sambil menunjuk kearah Alby.

"Kami bisa saja membiarkan Damian melepaskan emosinya dengan menyakiti Alby. Tapi kami masih punya hati dan tidak mau bertindak jauh yang bisa merugikan diri kami sendiri," tutur Okan lagi.

"Alah. Omong kosong," ejek Dillon.

"Tunggu apa lagi? Kita serang saja mereka. Mumpung mereka ada disini. Aku mau melihat seberapa kuatnya kemampuan mereka," kata Ronan.

Ronan dan Dillon menyerang Okan tapi dengan sigap Okan menghindar. Dengan gerakan cepatnya Okan meninju kuat tepat di perut Dillon.

Bugh!!

Dillon meringis merasakan sakit diperutnya.

"Sialan."

Duagh!!

Tendangan keras mengenai bahu Ronan.

"Aakkhh."

"Serang!" teriak Aiden.

Mereka pun secara bersamaan menyerang kelompok Damian.

Bugh!! Bugh!!

Duagh!! Bugh!!

Duagh!!

Pukulan dan tendangan dari Fattan berhasil membuat Kevan dan Torin tumbang.

Bugh!! Bugh!!

Duagh!!

Pukulan serta tendangan keras dari Liam telak mengenai wajah dan perutnya Carlin.

"Aakkhh!"

Duagh!!

Satu tendangan keras dari Naufal mengenai punggung Cian.

Buah!! Duagh!!

Pukul dan tendangan dari Kenzo mendarat sempurna di wajah dan perut Erga.

"Aakkhh! Sialan!"

Keelan mendapatkan pukulan di wajahnya dan sekaligus tendangan di perutnya dari Joe.

Bugh!! Duagh!!

"Aakkhh!"

"Bagaimana? Enak tidak pukulan dan tendangan dariku, hah?!" ejek Joe.

Morgan dan Keily hendak menyerang Joe dari belakang, tapi hal itu diketahui oleh Farzan. Dengan sigap Farzan berlari ke arah Joe dan memberikan tendangan pada perut Keily dan pukulan di wajah Morgan

Duagh!! Bugh!!

"Aakkhh!"

"Mau main curang ya?"

Joe membalikkan badannya dan melihat Farzan berada di belakangnya, lalu melirik dua tikus yang sudah terkapar. Kemudian kembali menatap wajah tampan sahabatnya Farzan dan Farzan pun menatap wajah tampan sahabatnya itu. Lalu kemudian mereka bertos ria.

Tersisa Aiden. Sedangkan Alby sudah KO duluan ditangan Damian.

"Bagaimana Aiden? Masih mau lanjut?" tanya Justin.

"Hanya tersisa kau seorang! Dan dari kami masih ada empat orang termasuk aku yang belum ikut dalam pertarungan ini," sahut Okky.

"Dengan kau berdiam diri seperti itu, berarti kami anggap permainan selesai. Kalau begitu kami pergi dulu!" seru Kaamil.

Lalu mereka semua pun pergi meninggalkan kelompok IKON dan kelompok BTOB yang masih di halaman sekolah.

"Brengsek kalian semua. Tunggu pembalasanku," batin Aiden.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!