Kini Damian sudah duduk satu meja makan dengan keenam kakak-kakaknya. Daanii pun langsung mengambilkan nasi beserta lauk-pauk, lalu diberikan pada adiknya.
"Ini makanlah."
Damian merasa canggung duduk dan makan bersama dengan keenam kakak-kakaknya. Selama delapan tahun ini dirinya selalu makan satu meja dengan Bibi Hani. Tapi sekarang dirinya satu meja dengan keenam kakak-kakaknya.
Damian hanya fokus pada makanannya. Tak ada niat untuk sekedar menatap wajah tampan kakak-kakaknya itu.
Dandy, Daniyal, Dayyan, Daaris, Danesh dan Daanii yang menyadari adik bungsunya hanya diam. Akhirnya salah satu dari mereka pun angkat bicara.
"Kenapa diam saja, Dam? Apa makanannya tidak enak? Apa kau mau makan makanan yang lainnya?" tanya Danesh.
Hening. Tidak ada jawaban dari Damian. Detik kemudian tiba-tiba Damian berdiri.
"Aku sudah selesai. Aku berangkat sekolah dulu," ucap Damian dan langsung pergi meninggalkan keenam kakak-kakaknya.
"Mungkin Damian masih canggung makan bersama kita," ucap Daaris.
"Ini juga kesalahan kita. Jadi kita harus berlahan-lahan memperbaiki hubungan kita dengan adik bungsu kita," ujar Dayyan.
Mereka mengangguk tanda setuju dan mengerti akan kecanggungan Damian adik mereka.
***
[SMA NEGERI 1 JAKARTA]
[Di kelas]
Saat ini Damian sudah berada di sekolahnya. Tepatnya Damian di dalam kelasnya duduk tenang dengan ponsel di tangannya.
Saat sedang asyik-asyiknya dengan ponselnya, dirinya dikejutkan oleh tiga sahabatnya yang baru datang yaitu Haikal, Haris dan Elvano.
"Wooi, Dam!" teriak Haikal tepat di wajah Damian. Hal itu sukses membuat Damian terkejut
Tak!!
Satu jitakan mendarat sempurna di kening Haikal. Siapa lagi kalau Damian pelakunya? Haris dan Elvano hanya tertawa kecil melihat Haikal pagi-pagi sudah mendapat jatah jitakan dari siluman kelinci mereka.
"Yak! Kenapa kau menjitakku sialan?" tanya Haikal kesal.
"Siapa suruh mengagetkanku? Kau ingin membunuhku, hah?" Damian balik bertanya sembari menatap wajah Haikal yang dibuat-buat marah
"Kau ini terlalu lebay, Dam! Kau tidak akan mati hanya gara-gara aku mengagetkanmu seperti ini. Lagian mana mungkin aku akan menyakitimu, apalagi sampai membunuhmu. Kau itu sahabatku merangkap sekaligus saudaraku," tutur Haikal.
"Benarkah?" tanya Damian.
"Benar. Aku tidak bohong," jawab Haikal tanpa menatap Damian.
"Tapi aku tidak. Justru aku menolakmu. Aku tidak mau memiliki saudara tiang listrik sepertimu," sahut Damian santai dan itu membuat Haikal beribu-ribu kesal.
Elvano dan Haris. Jangan ditanya. Mereka berdua tertawa puas melihat wajah kesal Haikal.
"Hahahaha."
"Kau benar, Dam! Sitiang listrik ini tak pantas jadi saudaramu. Bisa hancur semuanya. Kau tidak mau kan kelak memiliki keponakan yang mirip seperti sitiang listrik ini," celetuk Elvano.
"Sialan kau hitam," kesal Haikal sambil melemparkan tas miliknya ke arah Elvano.
Buukk!
Tas itu tepat mengenai wajah tampan Elvano.
"Aakkhh."
Damian, Haris dan Haikal menatap Elvano. Begitu juga dengan Haris yang menatap ketiga sahabatnya. Dan detik kemudian mereka...
"Hahahaha."
Mereka pun tertawa bersama.
"Wooii, Ikan Lele IKAtaN Lelaki Lucu dan kEce!" teriak Joe yang datang bersama Farzan, Fattan, Gaffi dan Justin.
Sontak mereka yang dikatakan ikan lele menatap horor kearah Joe secara bersamaan.
"Sialan kau, Joe. Kalau kita ini ikan lele. Lalu kalian itu apa?" tanya Haris.
"Kompeni," jawab Joe.
"Apaan itu?" tanya Haris dan Elvano bingung.
"Komunitas Pemuda Pemberani," jawab Joe bangga.
"Uuhuukk!" Haikal tersentak mendengar ucapan dari Joe.
"Tidak sesuai dengan kenyataannya. Kompeni, Komunitas Pemuda Pemberani itu tidak cocok untukmu, Joe! Sedangkan kau saja takut dengan kecoa," ejek Damian.
Semua murid-murid tertawa saat mendengar penuturan Damian, tak terkecuali sahabat-sahabatnya.
"Hahaha."
"Sialan kau, Dam!" Joe berucap kesal sambil matanya menatap horor Damian.
"Tumben sekali kalian kompak datang terlambat hari ini? Mampir kemana dulu kalian?" celetuk Damian.
"Yah. Apa-apaan sih, Dam? Baru pertama kalinya kami datang terlambat," jawab Justin kesal.
"Dam," panggil Farzan.
"Hm."
"Apa kau yakin mau ikut balapan lagi?" tanya Farzan.
"Aku yakin," jawab Damian santai.
"Tapi, Dam. Kau itu sudah lama sekali tidak mengikuti balapan itu. Tapi kenapa tiba-tiba sekarang kau malah ikutan lagi?" tanya Fattan.
Mereka semua panik dan khawatir kalau sahabat mereka ini bersikeras untuk tetap ikut balapan.
"Kenapa wajah-wajah kalian pada tegang begitu? Sudahlah. Jangan terlalu berpikiran hal-hal yang tidak-tidak. Semuannya akan baik-baik saja. Dan kalian tidak perlu mengkhawatirkan aku. Sedangkan keluargaku saja tidak pernah mengkhawatirkanku," sahut Damian.
Bell sudah berbunyi. Itu menandakan pelajaran akan segera dimulai. Lima belas menit kemudian seorang guru pun datang.
"Pagi anak-anak," sapa guru tersebut.
"Pagi, Pak!" jawab murid-murid tersebut dengan kompak.
Guru laki-laki tersebut menjelaskan materi pelajaran di depan kelas dan para murid-murid pun memperhatikan dan mendengarnya dengan tenang.
Baru beberapa detik pelajaran dimulai, tiba-tiba terdengar suara keributan di luar kelas. Para murid-murid berhamburan keluar kelas ingin melihat apa yang terjadi.
Setelah tiba di luar kelas. Dapat mereka melihat keributan itu terjadi di halaman sekolah dan dua murid laki-laki yang sedang dibully habis-habisan oleh kelompok IKON dan BTOB. Dan tidak ada pihak guru yang berani menegur dua kelompok itu dikarenakan mereka berkuasa di sekolah ini.
^^^
[Di lapangan Sekolah]
Di halaman sekolah tampak dua murid laki-laki ini dihajar habis-habisan oleh dua kelompok yang tak punya perasaan. Hanya karena dua murid tersebut tidak mau menuruti perintah dua kelompok tersebut.
"Masih berani ngelawan, hah!" bentak Aiden.
Buukk!
Satu tinjuan mengenai perut pemuda itu.
"Aakkhhh." Ringis pemuda itu.
"Dan kau...!!" tunjuk Alby pada pemuda satunya. "Apa kau mau seperti temanmu itu, hah?!" bentak Alby.
Pemuda itu tidak menjawab bahkan sebaliknya pemuda itu menatap tajam padanya.
"Kau menantangku ya?" tanya Alby lalu melayangkan satu pukulan di wajah pemuda tersebut
Saat Alby ingin memukul pemuda itu, tangan sudah ditahan terlebih dahulu.
"Hanya seorang pengecut yang beraninya main keroyokan. Ditambah lagi melawan musuh yang sudah tak berdaya," ucap Damian yang datang bersama seluruh kelompoknya.
Alby Connor membalikkan badannya dan melihat kearah Damian. Dan Damian menepis tangan Alby.
"Jangan ikut campur urusan kami, Damian." Aiden berucap dengan menatap tajam ke arah Damian.
Kelompok Damian dan kelompok Aiden serta kelompok Alby, mereka saling memberikan tatapan tajam.
Sedangkan dua murid laki-laki yang menjadi korban bully dari Aiden dan Alby sudah dibawa ke UKS oleh murid yang lainnya.
"Lebih baik kau bawa kelompokmu pergi, Damian! Jangan campuri urusan kami," pungkas Alby.
"Kalau kami tidak mau, bagaimana?" tanya Elvano menantang.
"Kalian tahukan orang tua kami punya pengaruh di sekolah ini? Kami bisa saja membuat kalian dikeluarkan dari sekolah ini," ucap dan ancam Aiden.
"Ooh iya! Kami baru tahu," ejek Haikal.
"Hei, Aiden Cathal. Ayahmu hanya kepala sekolah disini. Kau Dillon Finnian! Ayahmu hanya wakil kepala sekolah. Dan Kau Alby Connor. Ayahmu hanya donatur. Itupun hanya sebagian. Tapi kalian sudah berbangga diri," ucap Kaamil.
"Kedudukan orang tua kalian itu belum ada apa-apanya dibandingkan dengan kedudukan orang tua kami," sahut Liam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments