Alsa merenung di kamar setelah membersihkan diri.
"Bagaimana aku bisa menghadapi ibu dan ayah. Aku saja tidak bisa menatap diriku sendiri." Alsa menatap keluar jendela dengan cuaca yang begitu cerah namun tidak secerah hatinya saat ini.
Alsa kembali memejamkan matanya karena tidak ada hal yang bisa dilakukannya.
.
.
"Bangun." Kevin menarik selimut Alsa membuat Alsa langsung terjaga dari tidurnya.
"Kau seharian tidur dan bahkan tidak memakan sarapanmu." Kevin mengusap lembut wajah Alsa yang tampak pucat tidak bersemangat.
"Bawakan makanan kesini cepat!" perintah Kevin melalui sambungan interkom.
.
"Ayo makan makananmu!" perintah Kevin saat pelayan sudah membawakan makanan ke kamar itu
Alsa malah merebahkan tubuhnya lagi memunggungi tubuh Kevin.
"Kau tidka ingin makan, apa kau ingin mati!" sentak Kevin dengan sikap beras kepala Alsa.
"Iya aku mau mati, lebih baik aku mati dari pada harus menjadi wanita menjijikkan," jawab Alsa ketus.
"Menjijikkan, kau mengatakan secara tidak langsung aku pria yang menjijikkan!" Wajah Kevin berubah merah padam. Ia benar-benar tidak menyangka wanita rendahan seperti Alsa mengatakannya pria menjijikkan. Kevin mencekal pergelangan tangan Alsa keluar dari kamarnya. Mendorong tubuh Alsa hingga terjatuh di lantai.
"Bawa wanita ini keluar, biarkan dia berdiri di bawah hujan. Jangan ada yang membantunya, mengerti!" titah Kevin dengan suara lantang.
"Baik Tuan." Pengawal Kevin menunduk dan segera melaksanakan titah tuannya itu.
Beberapa pengawal itu langsung menarik tubuh Alsa dengan paksa keluar dari istana itu. Saat itu hujan sangat deras disertai petir yang terus menyambar.
Seketika air hujan membasahi tubuh Alsa. Ia terjatuh lesu sembari menutup telinganya. Alsa sangat takut dengan petir namun saat ini bahkan Ia harus berdiri dibawah hujan yang deras disertai petir.
Air matanya terus mengalir dengan nasibnya saat ini.
Hiks ... hiks.
Ia kembali mengingat saat Ia berada di rumahnya bersama keluarganya. Walaupun di perlakukan dengan buruk namun orang tuanya tidak pernah menyiksanya sampai seperti ini.
Satu jam kemudian.
Alsa menggigil kedinginan namun Ia masih bertahan. Sementara pengawal itu masih berdiri mengawasinya, tidak membiarkan Alsa melangkah sedikit dari tempatnya.
Kevin menatap dari balkon.
"Dasar keras kepala sudah kedinginan seperti itu masih bertahan apa dia benar-benar ingin mati." Kevin benar-benar tidak habis pikir dengan sikap kukuh Alsa.
"Tuan hentikan, kalau tidak Nona Alsa bisa mati kedinginan." Bastian memperingatkan. Pria itu tidak tega melihat gadis muda itu terus bertambah di tengah derasnya air hujan yang terus mengguyur tubuhnya.
"Kau berani memperingatkan aku, biarkan dia merasakan kesakitannya sampai Ia berlutut di hadapanku meminta ampun!" sentak Kevin kesal karena Asistennya itu berani membela wanita yang sudah menghinanya itu.
Brughhh
Tubuh Alsa terjatuh saat sudah tidak kuat lagi menahan derasnya air hujan sementara tubuhnya sudah mati rasa akibat kedinginan.
.
.
Alsa membuka matanya. Ia menatap sekeliling yang ternyata Ia sudah berada di sebuah kamar.
"Dasar wanita bodoh, kenapa bersikeras mau mati. Kau pikir kau ini wonder women!" Umpat Kevin dengan sikap keras kepala wanita di sampingnya.
Alsa melihat tubuhnya yang sudah berganti pakaian.
"Aku yang sudah mengganti pakaianmu, aku bahkan sudah melihat semua bagian tubuhmu!" kesal Kevin saat ditatap dengan tatapan tidak suka oleh Alsa.
"Seharusnya Tuan membiarkan saya mati tapi kenapa Tuan menyelamatkan saya." Alsa bangkit dari ranjang namun kerena tubuhnya yang lemah, Alsa limbung dan hampir jatuh. Tangan sigap Kevin langsung menahan tubuh Alsa dan kembali membawanya terbaring di ranjang.
"Kepalamu ini terbuat dari apa kenapa keras kepala sekali, apa begitu menjijikkan tidur bersama seorang Kevin Anggara hingga kau memilih mati!" kesal Kevin meluapkan emosinya.
"Kau makan lah, aku akan pergi." Kevin melangkah pergi karena tidak ingin terus-terusan marah-marah dengan Alsa. Alsa yang terlihat pucat membuat Kevin tidak tega, Ia memilih meninggalkan kamar itu.
***
Seorang pria yang duduk di ruangannya melempar surat pengunduran diri dari Alsa yang baru saja di berikan ibu Alsa. Pria bernama Evan Williams itu merasa frustrasi, gadis yang dicintainya tiba-tiba memutuskan berhenti dengan alasan yang tidak jelas.
Evan Williams adalah Lawyer muda berusia tiga puluh tahun. Pria matang dengan ketampanan yang sempurna tidak sedikit yang ingin menjadi kekasih bahkan istrinya namun Evan tidak pernah menerimanya.
Evan adalah atasan Alsa tempatnya magang. Evan menyukai Alsa saat pertama kali datang ke kantornya tujuh bulan silam. Wajah Alsa yang sangat mirip dengan kekasihnya yang meninggal membuat Evan langsung jatuh hati pada gadis itu.
"Kenapa kau pergi begitu saja Alsa, kau membuatku gila!" Evan mengusap kasar wajahnya.
Sebulan ini Ia berusaha move on walaupun sangat susah. Evan yang sudah terbiasa dengan hari-harinya yang selalu ceria karena kehadiran Alsa harus terbiasa ketika gadis itu menghilang begitu saja.
Evan keluar dari ruangannya demi menghilangkan pikiran kalutnya tentang Alsa karena walaupun dipaksa bekerja Ia tetap tidak bisa fokus bekerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments