Tiga bulan kemudian....
Hoek....hoek..hoek...
Tiara berlari ke dalam toilet di mana dia bekerja sekarang. Dia merasa perut nya saat ini seperti di kocok dan mual sekali. Gadis itu membasuh wajah nya setelah berhasil memuntahkan seluruh isi perut nya dan kembali lagi untuk melanjutkan pekerjaan nya.
"Apa aku masuk angin ya, karena kehujanan kemarin saat pulang kerja, tapi tidak hanya hari ini saja aku merasa seperti ini," Tiara bergumam pada diri nya sendiri.
Gadis itu larut dalam pikiran nya sendiri, sampai dia teringat jika sudah tiga bulan dia menstruasi. Seketika jantung nya berdetak tidak karuan, dan pikiran nya terfokus pada suatu hal yang sangat dia takuti. Untuk memastikan itu semua dia meminta izin pada pemilik toko roti di mana dia bekerja untuk izin pulang dengan alasan sedang tidak enak badan. Untung saja pemilik toko roti itu mengizinkan Tiara untuk pulang cepat, karena dia juga melihat jika wajah Tiara terlihat pucat sekali.
Tiara berjalan menyelusuri jalanan yang sangat ramai, pikiran nya benar-benar tidak karuan saat ini. Dia merasa takut jika apa yang dia pikirkan akan terjadi.
"Ya Allah...semoga apa yang aku pikirkan tidak akan terjadi," lirih Tiara saat sampai di depan sebuah apotik.
Dia bertekad untuk membeli alat test kehamilan untuk memastikan semua nya. Gadis itu berjalan pelan ke arah pintu masuk apotik tersebut dengan raut wajah yang sulit untuk di artikan. Beberapa kali dia menengok ke arah kanan kiri, dia takut jika dia akan menjadi bahan omongan orang karena membeli alat tersebut. Mengingat usia nya yang masih sangat muda sekali sangat lah sensitif untuk membeli alat seperti itu.
"Permisi mba, ehm....saya mau beli alat yang bisa untuk..." perkataan Tiara terhenti seketika, dia merasa ragu untuk melanjutkan ucapan nya.
"Iya mba, mau beli apa ya?" jawab petugas apoteker dengan ramah.
"Ehm...itu, saya mau beli alat test kehamilan," ucap Tiara lirih dengan berusaha menelan Saliva nya dengan susah payah, karena di sebelah nya ada seorang ibu-ibu yang langsung menatap nya dengan tatapan sinis saat Tiara mengatakan ingin membeli alat test kehamilan.
"Oh..mau beli testpack," kata petugas apotik dengan senyum yang mengejek.
"Mau yang bagus atau yang biasa saja," lanjut petugas apotik itu dengan senyuman yang seolah-olah merendahkan Tiara.
"Yang biasa saja mba," jawab Tiara singkat.
Petugas apotik itu langsung memberikan sebuah alat test kehamilan yang seperti Tiara minta dengan sinis petugas apotik itu berkata," ini mba, harga nya sepuluh ribu."
Tiara langsung memberikan uang yang pas lalu mengambil alat tersebut kemudian langsung bergegas meninggalkan tempat itu.
Dia sempat mendengar sedikit obrolan antara petugas apotik itu dengan ibu-ibu tadi yang menghina Tiara. Gadis itu tetap berlalu saja tanpa menghiraukan perkataan ibu-ibu tadi yang menghina nya.
**
Sesampai nya di rumah Tiara langsung mengambil testpack tersebut di dalam tas nya, dan segera menuju ke kamar mandi kecil yang ada di kontrakan nya. Dia menggunakan alat tersebut sesuai aturan yang ada di dalam bungkus testpack itu. Setelah menunggu beberapa menit, akhir nya dia memberanikan diri untuk melihat hasil alat tersebut. Dengan tangan yang bergetar, ia mengambil alat itu kedua mata nya terpejam, jantung nya berdetak dengan sangat cepat sekali karena merasa takut dengan hasil yang akan dia lihat nanti.
Perlahan dia membuka kedua mata nya, dan pandangan nya langsung terfokus pada dua garis biru yang tertera di alat tersebut. Seketika dia membuang alat tersebut, dan tubuh nya langsung luruh ke lantai kamar mandi sembari berteriak histeris. Tiara menutup wajah nya sambil terisak histeris karena syok dengan kenyataan yang baru saja dia lihat.
"Tidak mungkin...ini tidak mungkin," Tiara beberapa kali menggelengkan kepala nya sambi mengambil kembali alat itu dengan tangan yang masih bergetar untuk memastikan jika yang dia lihat tadi adalah salah.
Tapi pada kenyataan nya yang dia lihat tadi adalah benar ada nya. Alat tersebut menunjukkan jika dia sedang hamil sekarang ini. Lagi-lagi Tiara menangis tapi tidak histeris seperti tadi. Dia menelungkup kan wajah nya di kedua kaki nya, sambil terisak menangis.
"Ya Allah cobaan apa lagi yang kau berikan pada hamba mu ini, hiks...." lirih Tiara dengan suara parau.
Kehidupan Tiara benar-benar hancur sekarang, baru saja dia merasa telah terbebas dari beban yang menghimpit nya. Tapi Tuhan menguji nya kembali dengan ujian yang sangat berat bagi gadis seusia Tiara. Bagaimana tidak dalam usia nya yang baru tujuh belas tahun dia harus mengandung tanpa dia ketahui siapa ayah dari anak yang di kandungnya sekarang ini.
"Hamba harus bagaimana ya Allah, apa yang harus hamba lakukan," ucap Tiara sambil memegang perut nya yang masih rata.
Dia tidak tahu harus bagaimana dengan kondisi yang menimpa nya saat ini. Mau marah siapa yang harus di salahkan, mau menuntut pertanggung jawaban dia sendiri tidak tahu siapa yang sudah berbuat seperti itu pada nya. Dunia nya sekarang ini seperti telah runtuh, tidak ada tempat untuk mengadu selain pada Tuhan.
Untung saja Tiara tergolong anak yang taat beragama dan tidak pernah absen dalam lima waktu nya. Sehingga dia tidak akan melakukan hal bodoh dengan menghilangkan calon anak yang ada di rahim nya sekarang ini seperti yang banyak dilakukan oleh anak-anak seusia nya jika mengalami hal yang sama seperti nya. Cukup dia saja yang melakukan kesalahan dan dosa, anak yang ada di dalam perut nya saat ini tidak berdosa sama sekali dan dia berhak untuk mendapatkan kehidupan.
Gadis itu segera mengambil air wudhu dan menunaikan sholat. Hanya dengan cara ini dia bisa berkeluh kesah pada sang pencipta alam tentang apa yang menimpa hidup nya sekarang ini. Setelah mengungkapkan semua keluh kesah nya pada sang pemilik dunia ini, Tiara merasa lega. Dia memutuskan untuk merawat anak yang ada di rahim nya saat ini apa pun yang terjadi nanti nya.
"Apa pun yang akan terjadi nanti, ibu akan selalu menjaga mu nak, ibu akan berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk mu karena hanya kamu yang ibu punya di dunia ini," ucap Tiara sambil mengelus perut nya dengan linangan air mata.
Keesokan hari nya Tiara tetap melakukan aktifitas nya seperti biasa. Dia juga merahasiakan kehamilan nya pada semua orang baik di lingkungan tempat tinggal nya maupun di tempat dia bekerja. Tiara sudah bertekad akan menjalani kehidupan nya seperti biasa nya. Dan untung nya anak yang ada di kandungan nya tidak rewel sama sekali, bahkan sekarang dia tidak mengalami muntah sama sekali. Hanya terkadang dia merasa mual jika mencium bau-bau yang menyengat. Tapi sebisa mungkin dia menahan nya supaya orang-orang tidak curiga terhadap nya.
"Kita berangkat kerja ya nak, sehat-sehat dalam perut ibu ya sayang..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Enok Renmaur
biar alex yg ngrasain ngidamnya, biar Tiara bebas bkerja
2024-04-15
3
Neli Allen
iya aku jg berharap Alex yg merasain ngidam biar Tiara BS bebas kerja
2024-05-01
0
Komang Restu
kpN up ny maaf Bu kok lma
2023-03-02
0