"Aku yakin jika kejadian semalam itu kenyataan bukan mimpi atau ilusi ku semata,"gumam Alex.
Pria tampan itu saat ini sedang bergulat dengan pikiran nya sendiri tentang apa yang menimpa diri nya. Dia merasa jika semalam itu adalah nyata, tapi pada kenyataan nya diri nya seperti tidak melakukan apa pun.
Suara-suara erotis dari Alex atau pun wanita yang dia tiduri pun masih terekam jelas di otak nya. Serta aroma parfum yang di pakai wanita itu pun masih melekat di indra penciuman nya. Tapi sayang nya dia tidak bisa mengingat wajah wanita itu, karena pencahayaan kamar itu semalam tidak jelas. Belum lagi Alex saat itu sedang di kuasai obat sehingga otak nya tidak bisa berpikir jernih untuk sekedar melihat wajah wanita itu. Karena yang ada di otak nya saat itu adalah bagaimana cara dia untuk menuntaskan hasrat nya akibat pengaruh obat laknat itu.
"Aku merasa ada yang janggal di sini, dan kamar ini seperti nya bukan kamar yang aku tempati semalam," Alex berkata sambil melihat ke sekeliling isi kamar yang masih rapih dengan pencahayaan lampu yang begitu terang.
"Atau mungkin wanita itu telah pergi?" tanya Alex pada diri nya sendiri.
Alex langsung beranjak dari tempat duduk nya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mengecek sesuatu. Sesampai nya di kamar mandi dia melihat sekeliling ruangan itu terlihat seperti tidak ada yang memakai nya sebelum nya. Dalam otak Alex saat ini banyak sekali pertanyaan yang bermunculan.
"Argh...." teriak Alex di kamar mandi kepala nya terasa sangat berat dan pusing sekali jika dia berusaha mengingat kejadian semalam. Dia membasuh wajah nya berharap bisa berpikir lebih tenang lagi.
Drrrt....drrt...
"Hallo ma..." jawab Alex lirih saat menerima panggilan telepon dari mama nya.
[.......................]
"Iya ma, Al akan segera pulang.."
Dengan hati dan pikiran yang masih kacau, Alex memutuskan untuk pulang ke rumahnya karena hari ini dia harus mengurus berkas-berkas keberangkatan nya ke Amerika untuk melanjutkan study di sana.
Dia berjalan menyelusuri lorong hotel dengan perasaan tidak karuan. Tiba-tiba langkah nya terhenti pada sebuah kamar hotel yang menurut nya tidak asing. Dia menoleh ke arah kamar tersebut, seketika bayangan kejadian muncul dalam otak nya. Tapi secepat mungkin dia menepis pikiran nya itu.
"S***t....lama-lama aku bisa gila jika seperti ini terus," ucap Alex pada diri nya sendiri sambil mempercepat langkah nya untuk keluar dari hotel itu.
**
Tap..tap..tap...
Suara derap langkah sepatu dokter dan beberapa orang perawat berlarian ke arah ruangan ICU di mana ayah Tiara terbaring sekarang.
Tiara menatap bingung dengan orang-orang yang menangani ayah nya itu masuk ke dalam ruangan dengan terburu-buru. Seketika pikiran mau menjadi kalut dan takut jika terjadi sesuatu yang buruk pada ayah nya.
"Maaf...apa ada sesuatu yang terjadi," tanya Tiara pada salah satu perawat yang lewat di depan nya. Akan tetapi perawat tersebut tidak menjawab pertanyaan Tiara, dia langsung masuk begitu saja tidak menghiraukan Tiara sama sekali.
"Ya Allah...semoga ayah baik-baik saja."
Dia berjalan mondar-mandir di ruang tunggu menunggu kabar dari orang-orang yang berada di dalam sana. Bibir nya tidak lupa berhenti berdoa supaya keadaan ayah nya baik-baik saja. Semua yang Tiara lakukan tidak luput dari pantauan pria berpakaian hitam tadi.
Cklek....
Pintu ruang ICU terbuka dan keluarlah seorang dokter yang tadi masuk.
"Apa anda keluarga pasien?" tanya dokter itu pada Tiara.
"Iya dok, saya anak nya. Bagaimana keadaan ayah saya dok?"
"Mohon maaf nona, kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan ayah anda, akan tetapi takdir berkata lain...ayah anda telah meninggal dunia sekarang," ucap dokter tersebut dengan penuh penyesalan.
"Tidak...ini tidak mungkin...dokter pasti salah, tidak....ayah ku pasti masih hidup, iya...ayah masih hidup," gumam Tiara dengan bibir bergetar dan air mata yang sudah bercucuran.
Gadis itu langsung berlari ke ruang ICU untuk memastikan jika yang dikatakan dokter itu tidak benar. Sampai di sana, dia melihat tubuh sang ayah sudah tertutup kain putih.
"Ayah....."lirih Tiara dengan bergetar berjalan menuju ke arah di mana ayah nya sudah terbaring kaku. Di peluk nya tubuh kaku itu dengan derai air mata yang tidak bisa terbendung lagi.
"Ayah....jangan pergi, hiks....jangan tinggalkan Tiara sendiri, ayah bangun yah...hiks...suster tolong lakukan sesuatu supaya ayah ku bangun lagi suster...aku mohon, hiks..." jerit Tiara sambil mengguncang-guncangkan tubuh kaku ayah nya.
Deg,
"Jadi orang itu sekarang sudah meninggal dunia, aku semakin merasa bersalah. Apa sebaiknya aku mengaku saja sekarang, tapi tuan berpesan supaya aku tidak melakukan hal di luar perintah nya. Bagiamana ini..." batin pria itu saat melihat Tiara menangis histeris di dekat jenazah ayah nya.
"Halo tuan.....orang itu sudah meninggal dunia," ucap pria tersebut dengan orang di seberang sana lewat sambungan telepon.
[..................]
"Baik tuan...saya akan mengurus segala nya."
Setelah mengakhiri panggilan telepon nya pria itu langsung menuju bagian administrasi rumah sakit.
**
Tiara duduk termenung di ruang tunggu rumah sakit menunggu pengurusan jenazah ayah nya. Di saat seperti ini dia membutuhkan seseorang yang bisa sedikit mengurangi kesedihan nya.
" Nona...semua administrasi rumah sakit sudah beres, jadi jenazah ayah anda bisa di bawa pulang sekarang," tutur seorang petugas rumah sakit.
Tiara mengernyitkan dahi nya, dia merasa bingung, sedangkan dia sendiri belum ke bagian administrasi untuk menyelesaikan biaya rumah sakit ayah nya. Karena dia masih berpikir bagaimana bisa mendapatkan biaya tersebut.
"Siapa yang sudah membayar seluruh tagihan perawatan ayah saya sus?" tanya Tiara.
"Kalau itu saya tidak tahu nona, silahkan anda konfirmasi ke bagian administrasi."
Tiara kemudian bangkit dan menuju ke bagian administrasi untuk mengkonfirmasi siapa yang telah membayar seluruh tagihan rumah sakit tersebut.
Pihak administrasi hanya mengeluarkan selembar kwitansi atas nama Mutiara Ayunda tanpa memberitahukan secara detail siapa yang telah melunasi nya. Ada yang aneh menurut Tiara, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain mengucapkan terima kasih pada orang yang telah berbaik hati melunasi semua tagihan perawatan almarhum ayah nya itu. Dia hanya berdoa supaya Allah membalas seluruh kebaikan orang tersebut.
**
Acara pemakaman ayah nya berjalan dengan lancar. Tiara di bantu oleh pak RT dan para tetangga sekitar tempat tinggal nya. Karena Tiara tidak punya siapa-siapa di sana.
Tiara sangat bersyukur memiliki tetangga yang begitu baik pada nya.
"Tiara...kamu yang sabar ya nak, jika butuh sesuatu jangan sungkan untuk meminta bantuan ibu," ucap salah satu tetangga Tiara.
"Iya Bu..terima kasih atas perhatian nya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Eni Nuraeni
kasian tiara..semoga kejahatan jesica bisa terungkap sama alex
2024-05-01
0
Neli Allen
ya Allah JD mewek 😭😭😭😭
2024-05-01
0