Ridwan yang juga menyadari kondisinya tidak memungkinkan untuk mengendarai kendaraan, menyetujui tawaran dari salah seorang kepala penelitian laboratorium 6.
Mereka berdua menuju Rumah sakit Medika Permata menggunakan mobil sport yang di gunakan Ridwan setiap harinya. Dengan pandangan kasihan kepada Ridwan, semua orang yang berada di sana memberikan jalan kepada Ridwan yang di dampingi oleh kepala penelitian laboratorium 6 untuk menuju parkiran dan seaegera mungkin sampai di rumah sakit.
Di dalam perjalanan, hanya penyesalan yang di rasakan oleh Ridwan. Selama menikah, Ridwan terlalu sering menghiraukan keberadaan istrinya. Tetapi dengan iklas, Reisya selalu berusaha memberikan senyum terbaiknya kepada Ridwan.
Bahkan ketika Ridwan sedang pusing dengan pekerjaannya. Ridwan sangat sering tidak mempedulikan Reisya, makanan yang di siapkan tidak di sentuh, bahkan tidak berbicara sama sekali dengan Reisya ketika Ridwan meminum kopi di teras. Padahal Reisya selalu menemani Ridwan meminum kopi di teras rumahnya.
Kini senyum menawan itu hilang, menyisakan penyesalan merayap datang.
Hal terindah di sia-siakan demi nafsu pekerjaan.
Terpuruk dalam kesedihan, seakan mimpi menjadi kenyataan.
Istri cantik ku berlumuran darah kaku seperti kayu.
****
Sesampai di rumah sakit, dengan cepat Ridwan berlari menuju IGD dan menanyakan keberadaan mayat istrinya yang menjadi korban kecelakaan.
Mayat Reisya telah di pindahkan ke kamar mayat. Dengan hati teriris Ridwan mengikuti seorang perawat yang mengantarnya menuju kamar mayat.
Ketika sampai di depan kamar mayat, langkah Ridwan seakan sangat berat untuk melangkah. Suatu hal yang tidak dapat Arga terima. Janji membahagiakan seorang istri yang belum terselesaikan seakan menjadi hantu di siang hari bagi Ridwan. Senyum yang jarang nampak, kini berusaha di ingat di setiap senyum yang pernah Ridwan lihat.
Tangisan kembali pecah ketika Ridwan melihat kondisi istrinya terbujur kaku bagai kayu. Luka yang masih terlihat jelas, semakin melemahkan hati Ridwan.
"Maafkan aku.. Maafkan aku.. Maafkan aku.." Hanya kata-kata itu yang muncul bersamaan dengan tangisan Ridwan. Hingga beberapa waktu Ridwan menangisi kematian istrinya di samping tubuh yang terbujur kaku.
Hingga seorang perawat membantu Ridwan untuk duduk di sebuah kursi untuk dapat terus melihat mayat istrinya yang akan di bersihkan dan di jahit luka-lukanya.
Dengan segala kekuatannya, Ridwan meraih handphone untuk menghubungi orang tua Reisya. Di saat akan mencari nomor ayah Reisya, Ridwan membuka pesan WhatsApp dari istrinya yang belum sempat Ridwan baca.
03.48
"Mas, kamu sudah berangkat kerja ya..? Semangat ya mas."
06.10
"Mas Ridwan mau di masakin apa? Aku bawakan bekal ke kantor mas Ridwan seperti biasa ya?"
06.41
"Aku belanja udang, daging sapi sama sayur buncis. Mas Ridwan gak balas WhatsApp ku, jadi aku belanjain kesukaan mas Ridwan aja. Nanti aku masakin tumis buncis, semur daging, sama udang crispy."
08.14
"Mas, masakannya udah siap. Habis mandi aku berangkat ke kantor mas Ridwan."
08.42
"Aku berangkat ke kantor mas Ridwan. Tunggu ya mas."
Membaca pesan dari istrinya, tangisan Ridwan semakin meleleh tanpa bisa di hentikan. Jemari-jemari Ridwan semakin gemetar setelah membaca pesan dari istri yang jarang Ridwan anggap ada. Penyesalan semakin dalam terasa dalam tiap tangisan.
Dengan tangisan yang tidak bisa Ridwan tahan, Ridwan melanjutkan mencari nomor ayah Reisya. Meski bingung akan mengatakan bagaimana, Ridwan tetap mencari nomor ayah Reisya untuk memberikan kabar kematian putri tercintanya.
Tuuuuut… Tuuuuut… baru dua kali suara panggilan berbunyi, kini suaranya berganti dengan suara yang tidak asing di telinga Ridwan. Sapaan dari ayah Reisya, tidak cepat Ridwan jawab. Ayah Reisya hanya mendengar tangisan lirih menyayat hati dari Ridwan.
Suara tangisan Ridwan, membuat ayah Reisya gelisah. Hingga beberapa kali ayah Reisya memanggil nama Ridwan.
"Maafkan aku.. Maafkan aku ayah.. Maafkan aku.." Hanya ucapan maaf yang dapat Ridwan keluarkan dengan tangisan yang semakin menjadi. Hal itu semakin membuat ayah Reisya bingung dan gelisah.
Sebab, ayah Reisya menganggap jika menantunya tidak memiliki kesalahan padanya. Tetapi Ridwan terus mengucapkan maaf. Hingga pemikiran negatif terbelesit di pikiran ayah Reisya.
"Ada apa..? Kenapa..? Reisya tidak apa-apa bukan..? Reisya baik-baik saja bukan..?"
"Reisya.. Reisya.. Menjadi korban kecelakaan. Reisya meninggal di rumah sakit ayah." Dengan tangisan, Ridwan berbicara kepada ayah Reisya.
Meski hal menyakitkan baru saja di dengar. Ayah Reisya berusaha untuk tegar dan tabah. Dengan menahan tangisannya, ayah Reisya menanyakan keberadaan mayat Reisya.
"Rumah sakit Medika Permata." Tetap dengan air mata yang terus meleleh, Ridwan menjawab pertanyaan ayah Reisya.
"Istighfar.. Perbanyak istighfar.. Ayah akan ke sana sekarang. Tunggu ayah untuk proses pemulangan jenazah Reisya." Dengan berusaha tegar dan menenangkan Ridwan, ayah Reisya menutup teleponnya.
Setelah memberikan kabar kepada ayah Reisya, kini Ridwan memberikan kabar kepada Surya. Saudara tidak sedarah yang membuatnya menikah dengan Reisya.
Surya yang mendapat kabar tersebut, dengan cepat menghubungi ayah Reisya agar menunggu di kediri. Sebab, Surya akan naik helikopter perusahaan baja miliknya untuk pergi ke Bekasi. Supaya tidak memakan waktu, Surya akan menjemput ayah Reisya di helipad sebuah mall di kediri.
****
Saat Ridwan baru selesai menutup telepon, ternyata Ridwan sudah di tunggu oleh seorang perawat.
"Pak Ridwan, anda di tunggu dokter di ruangan IGD." Mendapat panggilan dari dokter di IGD, Ridwan mengusap air matanya dan pergi menuju IGD.
Meski air matanya telah di hapus. Tetap saja, air mata Ridwan sesekali meleleh tanpa bisa Ridwan tahan. Saat sampai di ruangan dokter di IGD, Ridwan kembali menghapus air matanya.
"Meski berita ini tidak dapat membuat perubahan. Tetapi saya harus tetap menyampaikan ini kepada pak Ridwan." Setelah mengucapkan belasungkawa, dokter di IGD berbicara kembali kepada Ridwan.
"Istri bapak, kini sedang hamil." Setelah diam sejenak, dokter IGD tersebut melanjutkan ucapannya yang secara otomatis semakin membuat Ridwan bersedih dan menangis kembali.
** 6 jam kemudian **
Helikopter milik perusahaan Surya, telah mendarat dengan membawa jenazah Reisya untuk di pindahkan ke ambulans. Suara sirine ambulans seakan menjadi wakil teriakan kesedihan Ridwan.
Di kediaman ayah Reisya, semua keperluan pemakaman sudah di siapkan. Bahkan liang lahat sudah selesai di gali.
"Besarkan hatimu. Iklaskan kepergian istrimu. Surga telah menanti Reisya. Kematiannya di saat dia hamil, InsyaAllah syahid." Ayah Reisya berbicara kepada Ridwan yang masih terkadang melelehkan air mata di pipinya.
Meski juga merasa sedih, ayah Reisya berusaha sekuat mungkin untuk tegar.
Setelah pemakaman selesai, Ridwan kini tinggal di rumah ayah Reisya selama 7 hari. Sampai tahlil selesai selama 7 hari.
Selama 7 hari itu pula, Ridwan terus mengingat pernikahannya dengan Reisya yang singkat di kediri.
🙏🙏 mohon dukungannya ya, dengan cara LIKE, COMMENT, BERI HADIAH dan VOTE jangan lupa jadikan Favorit😍💕 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
B⃟c𝓝𝓐𝓝𝓐 19♧
Smoga kamu bisa mendapatkan kembali pengganti Reisya Dan diperlakukan dengan baik ....
2023-03-02
1