"Dari LIPI 6 orang, ada lagi 2 orang pakai baju satpam lalu ada pak RT dan pak RW yang ikut mendampingi tuan. Kata pak RT dan pak RW, mereka sebenarnya hanya meminta ijin kepada pak RT dan pak RW dengan surat tugas itu tuan, cuma karena takut ada keributan, pak RT dan pak RW juga mendampingi ke sini." Bi Ina menceritakan sedikit kejadian kepada tuannya.
"Lalu sekarang mereka di mana...?" Ridwan bertanya kembali kepada bi ina.
"Itu yang membuat saya telpon tuan meski masih subuh. Mereka memaksa ke lantai atas, tempat penelitian tuan. Saya sudah tidak mengijinkan dan harus dapat ijin tuan terlebih dahulu. Tetapi mereka memaksa bahkan mengancam saya tuan. Mereka bilang, surat tugas ini sudah memiliki badan hukum tetap dan sudah di tandatangani tuan 8 tahun yang lalu. Jika saya masih tetap menghalangi, mereka mengancam akan memenjarakan saya. maaf tuan, saya takut. Jadi dengan terpaksa saya memberikan mereka jalan." Bi Ina Menceritakan semua kejadiannya dan meminta maaf kepada tuannya. Tetapi Ridwan tidak menjawab dan langsung menutup telepon.
Setelah menutup telpon, Ridwan tanpa banyak berfikir lagi memesan tiket pesawat dari bandara Juanda ke bandara Halim Perdana kusuma. Tiket telah di pesan, pesawat akan berangkat jam 9.20 WIB.
Tok... Tok... Tok... Suara ketukan pintu dari luar kamar. Tanpa menunggu jawaban, Reisya masuk kamar dan terlihat Ridwan sedang memasukkan beberapa bajunya ke dalam koper.
"Ada apa mas...? Siapa yang telpon...?" Reisya cukup terkejut, sebab tiba-tiba Ridwan membereskan pakaiannya yang kemarin baru dia masukkan ke lemari.
"Aku akan pulang ke Bekasi pagi ini, jam 9.20 pesawat ku akan terbang dari juanda. Ada hal yang tidak bisa di tunda dan tidak dapat di abaikan." Dengan suara tergesa Ridwan berbicara kepada Reisya.
"Ini tentang penelitian 8 tahunku, Kamu tunggu saja dulu aku di sini, mungkin 3-5 hari. Setelah urusanku di bekasi selesai, aku akan menjemputmu." Kini Ridwan berbicara dengan lembut kepada wanita yang kini menjadi istrinya setelah menyadari jika ucapannya sebelumnya adalah salah.
Reisya yang mengetahui dari Alya jika Ridwan selalu serius jika tentang penelitiannya, berusaha mengerti dengan kondisi Ridwan tanpa banyak bertanya.
"Mas Ridwan sarapan dulu ya. Akan aku siapkan. Akan aku buatkan kopi juga. 1½ sendok kopi dan ⅔ gula? Betulkan?" Meski Reisya kecewa, Reisya berusaha tersenyum dan memberikan senyum terbaiknya kepada laki-laki yang kini menjadi suaminya.
"Masih 9.20 bukan pesawatnya? Kediri juanda hanya 2jam lewat tol. Berarti aku masih memiliki waktu setidaknya sampai jam 7 nanti untuk nemenin mas Ridwan sarapan dan ngopi." Reisya kembali berbicara kepada arga yang hanya memperhatikan senyum istrinya.
"Oke, sampai jam 7. Aku akan berangkat dari sini jam 7." Setelah menjawab, Ridwan kembali membereskan pakaiannya. Sedangkan Reisya segera kedapur untuk menyiapkan sarapan untuk Ridwan.
Ayah dan ibu Reisya yang mengetahui jika ada sesuatu yang tidak semestinya, bertanya kepada putri kesayangannya. Tentang apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi Reisya menjawab dengan senyumannya jika Ridwan ada pekerjaan mendadak dan tidak mungkin untuk di tinggalkan. Sehingga memaksa Ridwan untuk kembali ke Bekasi pagi ini juga.
"Aku di sini saja. Aku pengantin baru, kalau aku ikut di sana dan di tinggal sampai larut malam terus, kan kasian akunya. Lagi pula, mas Ridwan hanya 3-5 hari saja." Reisya berbicara lagi sebelum orang tuanya bertanya.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Ridwan menyempatkan duduk di teras sesuai keinginan Reisya sebelum ridwan pergi kembali ke Bekasi. Awal di mana Ridwan kembali ke dunianya, dunia penelitian yang selalu menjadi hidupnya selama ini.
"Bersabarlah di sini. Aku akan menjemputmu beberapa hari lagi setelah urusanku selesai." Ridwan berucap kepada Reisya yang sedang menemaninya menikmati kopi sebelum Ridwan berangkat ke Bekasi.
Setelah waktu hampir menunjukkan jam 7, Ridwan bersiap untuk perjalanan ke Surabaya lalu ke Bekasi untuk menyelesaikan urusannya. Setelah berpamitan, Ridwan berangkat menuju Surabaya.
Dalam perjalanannya menuju surabaya, Ridwan menghubungi Surya hanya sekedar untuk memberi kabar kepada Surya.
"Hallo assalamu'alaikum.. Weehh.. Pengantin baru telepon. Gimana nih pengalaman jadi pengantin baru..?" Surya menggoda Ridwan setelah mengangkat teleponnya.
"Aku mau pulang ke Bekasi." Terdengar suara yang kurang bersahabat dari Ridwan saat menjawab godaan dari Surya.
"Hei kawan.. Ada apa..? Mengapa suaramu seperti sedang mengalami masalah? Kau ke Bekasi bersama Reisya?" Surya mencoba bertanya kepada Ridwan saat mendengar suara yang tidak bersahabat dari Ridwan.
"Aku ke Bekasi tidak bersama Reisya. Ruang penelitianku mengalami masalah. LIPI mengambil semua aset yang ternyata aset itu di miliki oleh LIPI secara tertulis saat 8 tahun lalu aku menandatanganinya. Aku harus kembali ke Bekasi untuk memastikan chipku aman." Ridwan berbucara kepada Surya yang langsung diam mendengar ucapan Ridwan.
"Setelah urusanku selesai, aku akan menjemput Reisya di Kediri." Ridwan kembali berbicara saat Surya tidak memberikan komentar terhadap ucapan Ridwan.
"Semoga kau tidak kembali gila penelitian." Dengan singkat Surya menjawab ucapan Ridwan.
Mendengar ucapan itu, Ridwan tidak menjawab harapan dari Surya hingga mereka berdua sama-sama terdiam untuk beberapa saat hingga Surya menyudahi telepon dengan mengatakan masih memiliki utusan.
Di sisi lain, para tetangga Reisya yang melihat Ridwan meninggalkan rumah Reisya, menanyakan kepergian Ridwan yang merupakan pengantin baru.
"Dia ada urusan pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan. Hanya untuk 2-4 hari sebelum menjemputku kembali dan selanjutnya kita akan ke Bekasi." Reisya menjelaskan kepada tetangganya yang bertanya kepada Reisya.
"Baru jadi pengantin 1 hari. Sudah meninggalkan istrinya. Bukankah kalau orang bekerja itu pasti dapat cuti kalau menikah?" Salah seorang tetangga Reisya berbicara dengan tetangga yang lain.
"Gak boleh bicara begitu, siapa tau suami Reisya itu pengusaha dan usahanya sekarang lagi membutuhkan keputusan pemiliknya." Salah seorang tetangga yang lain menanggapi.
"Apa lagi kalau pengusaha. Tentu akan di persiapkan sendiri liburnya dan pekerjaannya sudah ada orang kepercayaannya untuk bertanggung jawab."
"Sudahlah yuk, mending kita ngomong yang baik-baik saja. Semoga Reisya gak salah pilih pasangan."
Perbincangan tetangga tersebut tetap bisa Reisya dengar meski Reisya sudah jalan menuju rumahnya. Pembicaraan Reisya tersebut membuat Reisya berfikir macam-macam. Sebab mereka berdua menikah tanpa ada rasa cinta pada keduanya.
Reisya mengetahui jika Ridwan menikahinya karena gengsi atas ucapannya sendiri dan juga desakan dari Surya dan juga Ayla. Sedangkan dengan Reisya, tidak membuat keputusan apapun. Reisya hanya menuruti apa yang menjadi keputusan ayahnya.
Pernikahan baru berumur 1 hari, secara tidak langsung Reisya telah memiliki tekanan batin karena ucapan tetangga yang dia pikirkan. Hal itu membuat Reisya lebih banyak melamun di dalam kamarnya.
🙏🙏 mohon dukungannya ya, dengan cara LIKE, COMMENT, BERI HADIAH dan VOTE jangan lupa jadikan Favorit😍💕 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Deniayu ajah⚞⚟🧕🤑💦
chip apa itu wan kok seperti nya penting bngt, seharusnya kamu bawa istri mu wan bukannya ditinggal disana
2023-03-02
0
Embun
Chip itu pasti sangat berarti mungkin di sana tersimpan ribuan penelitian Ridwan
2023-03-02
1
💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα
bersabar Reisya..ini baru awal bukan
2023-03-02
1