Zakira terdiam, ia mencoba menahan kekecewaan dan kekesalannya itu. Tetapi, Zakira merasa tidak bisa diam saja.
"Kalau aku diam aja, berarti aku menerima, kalau aku diam aja, apa Mas Pras akan mengerti aku?" tanyanya dalam hati.
Zakira yang berkutat di dapur itu segera menyelesaikan memasaknya, menyeduh teh untuk menyambut para keponakan jauhnya.
Selesai memasak, Zakira memanggil suaminya ke kamar, ingin mengajaknya berbicara empat mata.
"Ada apa?" tanya Pras yang sudah masuk ke kamar, Pras menutup pintunya.
"Mas, aku kan udah selesai mengerjakan semua, nanti kalau kakak kamu udah agak lama di sini, kita kan bisa pamit, kita juga punya keperluan, kan?"
Zakira sudah mencoba berbicara dengan baik, tetapi, Pras tetap tidak mau dengan alasan tidak sopan.
"Enggak sopan, ada tamu kita pergi, nanti lain kali aja kita ke rumah orang tua mu!" kata Pras yang kemudian pergi ke ruang tamu, terdengar kalau anak-anak ibu mertua Zakira sudah sampai.
"Waalaikumsalam," sahut Pras.
Sementara Zakira, wanita itu merasa sebal, tetapi, tak dapat berbuat apa-apa.
"Jahat banget, sih, kamu!" batin Zakira, ia menangis dan segera menghapus air matanya saat mendengar suara mertuanya yang memanggil.
"Ra! Bikinin teh buat Lina sama anak-anak, kopi juga buat mas Heru!" teriak mertua Zakira.
"Iya, Bu!" jawab Zakira seraya bangun dari duduk.
Zakira segera membuatkan jamuan untuk kakak iparnya itu dan Zakira persis seorang pembantu siang itu.
Selesai dengan menjamu, Zakira mencoba ikut membaur, tetapi, perasaannya tidak nyaman, ia berpikir kalau anak mertuanya saja bisa berkumpul di akhir pekan kenapa dirinya tidak dapat berkumpul dengan orang tuanya.
"Ya ampun, Mas. Padahal enggak setiap minggu aku minta ke sana!" batin Zakira, di sana, Zakira mendapatkan banyak pertanyaan.
"Kamu udah hamil, Ra?" tanya Lina, istri dari Heru, anak pertama Norma yang sukses dan memiliki banyak rumah, dua mobil dan beberapa tanah kavling.
"Belum, Mba," jawab Zakira singkat. Zakira yang notabene orang biasa itu merasa tidak nyambung saat keluarga itu membahas soal harta.
"Pras, di sana, deket komplek ada perumahan baru buka, coba aja ajuin di sana!" kata Heru pada Pras yang sedang memangku Jeje anak bungsu Heru yang masih duduk di bangku TK.
"Nanti aja, belum kumpul uangnya," jawab Pras apa adanya.
"Gimana mau kumpul, orang kerjaannya merabot mulu, belinya juga yang mahal-mahal!" timpal Norma yang kemudian menyeruput teh hangatnya.
Ucapan mertuanya itu, seolah menjadi sindiran untuk Zakira.
"Aku ke belakang dulu," kata Zakira yang merasa tidak nyaman. Zakira memilih untuk mencuci piring di dapur.
Baru selesai mencuci perabotan, Norma sudah kembali memanggil Zakira, memintanya untuk menyiapkan makan siang.
"Ya Tuhan. Mereka kaya raja banget, apa karena mereka kaya. Aku juga menantu di sini sama kaya Mbak Lina!" batin Zakira dan Zakira berpapasan dengan Lina yang ingin membantunya.
"Sini, biar Mbak bantu!" kata Lina seraya mengangkat penanak nasi dan membawanya ke ruang tengah, semua orang makan dengan duduk lesehan di depan televisi.
Melihat anak dan cucu berkumpul, tentu saja itu membuat Norma bahagia. Tidak lama kemudian datang Ninik dan Anto. Ninik dan Anto melihat anak-anaknya sedang bergabung dengan anak-anak Heru. Ninik dan Anto pun ikut bergabung untuk sesaat.
"Bapak mana, Bapak?" tanya Heru pada Ninik yang baru saja pulang dari pasar.
"Tadi toko lagi ramai, aku capek jadi pulang dulu," jawab Ninik.
"Iya, ini aku mau berangkat lagi, bantu Bapak, kasian, pulang cuma anter dia aja, Assalamualaikum," kata Anto yang kemudian pergi.
"Waalaikumsalam," sahut semua orang.
Dan selesai dengan makan siang, semua orang bersantai, tetapi, tidak dengan Zakira. Zakira masih harus membereskan yang berantakan.
Selesai dengan itu, Zakira pergi ke kamar, supaya dapat istirahat.
Tak melihat keberadaan Zakira, Pras pun mencarinya.
"Kok kamu di kamar, sih? Enggak enak, ayo ke depan!" perintah Pras seraya mengulurkan tangan kanannya.
Zakira yang sedang berbaring itu tak meraih tangan suaminya, hanya melihatnya saja dan tak terasa buliran bening dari pelupuk mata Zakira menetes.
"Nangis mulu! Biar apa, sih? Biar aku kasian? Air mata andalan!" ucap Pras yang kemudian pergi dari kamar.
"Astaga, Ya Tuhan. Kenapa jadi begini, apa enggak boleh aku merasa lelah? Aku ini manusia, bukan robot dan juga aku bukan pembantu, kenapa aku harus melayani mereka, mereka juga sama kan menantu di rumah ini?" tanya Zakira dalam hati.
Zakira merasa sakit karena tidak ada satupun yang mengerti, hanya satu yang diharapkan oleh Zakira yaitu suaminya.
Tetapi, perasaan Zakira semakin hancur saat suaminya sama seperti mereka. Lalu, pada siapa Zakira akan berkeluh kesah.
Zakira menangis sesenggukan, memanggil nama ibunya. "Maaa, aku enggak betah di sini!"
Zakira menangis sampai tertidur dan saat Zakira bangun, keadaan rumahnya sudah sepi, hanya ada Norma yang sedang membereskan dapur.
Melihat itu, Zakira pun merasa tidak enak hati dan mulai membantu Norma.
Di sela-sela aktivitasnya, Norma yang selalu merasa tidak memiliki dosa dan salah itu memuji Lina dan Heru yang dapat mengelola keuangan keluarga. Bahkan Norma meminta pada Zakira agar bisa mencontohnya.
"Kamu tau, Ra. Lina itu orangnya super ngirit. Dia bisa loh jengkol seperempat buat seminggu! Makanya dia bisa jadi orang yang punya!"
"Iya, Bu." Hanya kata itu lah yang dapat Zakira katakan. Lalu, Zakira pun teringat kalau Pras sama sekali tak menyukai jengkol.
"Tapi... anak Ibu enggak doyan jengkol," kata Zakira yang sedang mencuci gelas di wastafel.
"Iya, Pras sama sekali enggak mau ada jengkol atau pete di rumah. Ibu cuma salut aja kalau Lina bisa sengirit itu orangnya, tapi ada benarnya juga," kata Norma.
"Bu... Bu. Anak mantu pelit medit bin koret gitu kok di sanjung-sanjung, ke sini juga enggak ngasih ibu duit, kan? Padahal kaya loh mereka itu!" batin Zakira.
Ya, Zakira mengetahui itu karena Norma sering bercerita soal Heru yang jarang datang juga memberinya uang. Bahkan, Norma sering merindukan Heru lantaran tidak setiap bulan datang menjenguknya.
"Ah, biarin. Yang penting mereka sehat orang tua udah seneng!" kata Norma yang sedang menyantap pisang bawaan Lina, duduk di kursi meja makan.
"Begitu juga dengan Ibu, Bapakku, Bu! Aku enggak pernah jauh dari mereka, mereka juga pasti rindu sama aku." Zakira kembali mengingat orang tuanya yang jauh di sana.
Lalu, Zakira yang baru saja selesai dengan mencuci piring itu mendapatkan panggilan. Ponselnya berdering dan Zakira segera pergi ke kamar.
Terlihat, Pras sedang tidur dan Zakira segera menerima panggilan itu supaya tidak berisik.
"Iya, nanti Zakira transfer ya, Pak." Setelah itu, Zakira segera menyudahi panggilan tersebut dan ternyata, Pras memperhatikan Zakira.
"Ada apa?" tanya Pras yang sudah merubah posisinya menjadi duduk.
"Bapak minta dikirimin uang, jualannya lagi sepi katanya," jawab Zakira seraya menatap Pras.
"Uang mulu!" jawab Pras yang kemudian kembali berbaring.
"Enggak papa, kan. Aku kirim sekarang, ya! Sedikit kok, cuma 500 aja buat mereka makan," lirih Zakira.
"Terserah, lah!" jawab Pras yang tak mau menatap Zakira.
"Astaghfirullah, Mas. Aku juga bantu kamu nyari duit loh. Kamu aja ngasih orang tuamu dan aku enggak keberatan, masa aku enggak boleh kasih," ucap Zakira masih dengan suara lirih, ia tak mau obrolannya itu di dengar oleh orang lain.
Zakira mengusap dadanya, tak menyangka berumah tangga dengan kekasih hatinya itu ternyata seberat ini.
Bersambung.
Like dan komen ya. Yang like dan komen aku do'ain masuk surga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Noly Yathi
itu arti nya nglifa,kesel aku deh sama fran.
2023-02-11
1
𝕽𝖆𝖎𝖓𝖎
istri peran pembantu ngenes
2023-01-17
0
@♕🍾⃝𝙾ͩʟᷞıͧvᷠεͣ shaᴍ֟፝ᴀᵉᶜw⃠𓆊
gini nih kalau punya laki kagak punya akhlak ke gt .. giliran ortunya mesti di urusin eh giliran ke mertua pilih kasih haloo..wahai suami kamu nikah sama istri kamu bukan berati kamu memiliki dia seutuhnya ..ingat ya...ortu istri mu itu jaga baik baik anak nya masa setelah nikah sama kamu malah di jadiin pembantu smaa kamu
2023-01-17
0