Gema Syahadat Aisyah
Banyuwangi, 2015
Seorang laki-laki bertubuh tinggi berdiri di samping motornya, kulitnya yang kecoklatan tampak bercahaya saat terkena sinar matahari sore. Matanya menyorot tajam pada seseorang yang duduk di teras masjid. Jenggot tipis yang menghiasi dagunya masih basah bekas air wudhu. Harusnya ia langsung masuk tapi gadis di teras masjid itu mencuri perhatiannya.
Cahaya matahari tidak membuatnya silau berkat bulu mata tebal yang membingkai netranya dengan sepasang alis tebal melengkung seperti gunung mencetak wajahnya yang tampan.
Kenapa dia tidak bersiap untuk shalat?
Kenapa dia duduk disitu?
Kenapa dia tidak mengenakan jilbabnya dengan benar? rambutnya terlihat menjuntai dari ujung jilbab itu.
"Ustadz Umar, Maaf." Seorang lelaki yang terlihat lebih muda datang menegur.
Laki-laki bernama Umar itu mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum mengalihkan pandangan pada seseorang yang memanggilnya. Ia beristighfar dalam hati karena telah menatap seorang gadis terlalu lama.
"Hari ini jadwal Ustadz mengimami shalat."
"Iya, kalau begitu ayo masuk."
Sebelum masuk ke masjid Al-Fatah Umar sempat melirik gadis yang asyik dengan ponselnya di teras masjid tersebut. Entah kenapa ia berharap gadis itu masuk ke masjid bukannya nongkrong di teras seperti itu.
Masjid Al-Fatah mengadakan kajian rutin yang dipimpin oleh beberapa Ustadz dan Ustadzah secara bergantian setiap harinya. Hari ini Umar bertepatan mendapat giliran untuk memimpin kajian setelah Ashar.
Suara berat nan merdu Umar mulai terdengar menggema ke seluruh penjuru masjid pertanda shalat telah dimulai. Semua jamaah mendirikan shalat dengan khusyuk. Ini adalah waktu dimana mereka tak harus memusingkan tentang dunia-menghadap pada sang Maha Pencipta dengan penuh ketenangan.
Umar mengucapkan salam membuka kajian rutin sore itu, ia akan membahas tentang kisah teladan Aisyah binti Abu Bakar.
Pandangan Umar terhenti untuk beberapa saat pada gadis yang duduk bersama jamaah lain. Setelah mengenakan jilbabnya dengan rapi akhirnya Umar ingat bahwa ini bukan pertama kalinya ia melihat gadis itu. Gadis berkulit putih bersih itu sepertinya rutin hadir mengikuti kajian Umar.
Umar segera menunduk ketika gadis itu mengulas senyum padanya.
"Siapa disini yang tidak mengenal Sayyidah Aisyah istri Nabi Muhammad?" Umar mengedarkan pandangan ke seluruh jamaah laki-laki, kalimat itu tidak terdengar seperti pertanyaan karena ia yakin semua orang mengenal Aisyah.
"Aisyah adalah sosok wanita ideal yang cerdas, penuh kasih sayang dan berhati lembut, beliau adalah ibu dari orang-orang mukmin." Umar berhenti bicara ketika gadis itu mengangkat tangan, ia terpaksa mengatup bibir dengan heran-mengapa ia mengangkat tangan bahkan Umar baru mulai.
"Kamu bisa bertanya setelah sesi tanya jawab." Ucap Ilham pada gadis berjilbab putih yang mencuri perhatian jamaah lain.
"Biarkan saja." Sahut Umar. "Silakan, sebutkan nama kamu." Ia membiarkan gadis itu berbicara.
"Saya Atalie, sebenarnya saya tidak mengenal Aisyah, apakah saya bisa berkenalan dengannya sekarang?"
Kalimat itu sontak membuat jamaah lain ribut, mereka berbisik-bisik mencemooh Atalie. Bahkan mereka mengatakan seharusnya Atalie keluar dari sini.
"Dia sengaja caper kali sama Ustadz Umar."
"Nggak mungkin lah dia nggak tahu istri Nabi."
"Pulang aja mending ya."
Atalie kebingungan mendengar jamaah lain ribut, perlahan ia menurunkan tangannya. Wajahnya berubah pias. Apakah seharusnya ia tidak mengatakan hal itu.
"Atalie, kamu lupa aku tadi bilang apa sebelum kita kesini, jangan tanya apapun, cukup duduk manis aja sampai selesai, malu-maluin tahu nggak." Seorang gadis yang duduk tepat di samping Atalie berbisik, ia geram karena sahabatnya itu tidak menuruti perkataannya untuk tetap diam selama kajian berlangsung.
"Iya sorry Za, aku kelepasan." Atalie salah tingkah, ia ingin menghilang sekarang juga. "Khanza tolong selamatkan aku." Katanya dramatis.
"Ogah ah, jangan sebut-sebut nama aku sekarang." Khanza menggeser duduknya karena ikut malu.
"Tega banget sama temen sendiri, Ay tolong aku." Atalie menarik mukena Ayana yang duduk di samping kanannya.
Ayana bergeming seolah tidak mengenal Atalie karena pandangan orang-orang mengarah pada mereka.
Berbeda dengan ekspresi jamaah, Umar justru tersenyum karena kalimat polos Atalie.
"Maaf, kamu tidak bisa berkenalan dengan Aisyah tapi kalau ada kesempatan saya akan tunjukkan siapa itu Aisyah."
Atalie mengangguk kaku, sebenarnya ia tak tahu mengapa Khanza harus malu dengan pertanyaan nya tapi melihat reaksi orang-orang ia yakin dirinya sudah membuat kesalahan fatal.
Orang-orang berhenti bersuara setelah Umar melanjutkan kajian. Mereka pasti akan terus membahas kejadian ini bahkan setelah keluar dari masjid. Mereka tak pernah melihat jamaah aneh seperti Atalie sebelumnya.
"Para ulama mengatakan bahwa usia Aisyah saat menikah dengan Nabi Muhammad adalah 9 tahun, meski demikian beliau bisa mengimbangi kehidupan Nabi dan menjadi istri yang sempurna, hadits-hadits yang kita dengar sekarang banyak diriwayatkan oleh Aisyah, diusianya yang masih belia, Aisyah meriwayatkan ribuan hadits."
Atalie menatap Umar takjub-bukan karena ketampanan wajah lelaki itu tapi karena ceritanya tentang tokoh bernama Aisyah. Atalie penasaran mengapa ia tidak bisa berkenalan dengan sosok tersebut.
******
"Terimakasih Ustadz untuk kajiannya hari ini." Beberapa jamaah laki-laki bersalaman dengan Umar setelah kajian berakhir.
Umar membalasnya dengan senyum lembut, ia juga berterimakasih karena mereka mau menyempatkan diri datang ke kajian hari ini.
Umar terkejut saat melihat Atalie melepas jilbab di depan masjid. Umar tak tahan ingin menutupi rambut indah Atalie dengan kain atau apapun yang ada di dekatnya bahkan jika ada daun pun ia akan menutup kepala Atalie dengan daun. Namun Umar tidak bisa melakukannya, satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah menundukkan pandangannya.
"Ilham, tolong berikan ini pada gadis bernama Atalie disana." Umar menyodorkan buku bersampul kuning berjudul Aisyah.
Ilham menuruti perintah Umar menghampiri Atalie yang terlihat sedang ribut bersama dua temannya.
"Ustadz Umar meminta saya memberikan ini untuk kamu." Ilham menyodorkan buku milik Umar pada Atalie, berkat pertanyaan aneh Atalie saat di masjid tadi, Ilham langsung bisa mengenalinya. Ditambah Atalie memang tampak menonjol di antara temannya.
"Wah makasih ya." Ayana mewakili Atalie mengucapkan terimakasih, ia merebut buku itu lebih dulu dan membolak-baliknya.
Umar melihat Atalie menganggukkan kepala padanya disertai senyum simpul. Umar membalasnya dengan anggukan samar lalu melangkah ke tempat motornya diparkirkan.
Atalie tidak melepaskan pandangan dari Umar hingga lelaki itu naik motor dan meninggalkan area halaman masjid.
Atalie kembali merebut buku pemberian Umar dari tangan Ayana dan buru-buru memasukkannya ke dalam tas. Rupanya Umar menepati janjinya untuk mengenalkan sosok Aisyah pada Atalie. Atalie jadi tidak sabar untuk membacanya di rumah nanti.
******
Deru motor Umar terdengar semakin dekat disertai suara ban yang beradu menggilas kerikil kecil di sepanjang gerbang menuju rumah. Kedatangan Umar disambut beberapa santri yang hendak menuju masjid. Mereka berbondong-bondong memberi salam pada Umar.
Tempat tinggal Umar berada satu kawasan dengan pondok pesantren Adz-Zaidan milik orangtuanya yang sudah berdiri sejak belasan tahun lalu. Adz-Zaidan tidak menampung banyak santri, hanya ada sekitar 100 santri laki-laki dan perempuan. Seleksi masuk Adz-Zaidan terkenal sulit dan hanya menerima paling banyak 15 santri setiap tahunnya.
Umar adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya Khalid sudah menikah dengan wanita bernama Khawla dan memiliki seorang anak. Adik Umar bernama Ali yang masih duduk di bangku SMA.
Berbeda dengan Umar yang sering berada di luar pesantren, Khalid lebih banyak membantu Zaid dalam membimbing santri. Khawla istri Khalid juga berperan penting dalam mengajar para santri.
"Assalamualaikum." Umar mencium tangan Khalid yang duduk di gazebo sambil memberi makan ikan lele di tambak bersama Hafiz.
"Waalaikumussalam, udah pulang?"
"Udah Mas." Umar mentowel pipi keponakannya, "ikut Om yuk."
Bocah tiga tahun itu geleng-geleng, ia nyaman di pangkuan Abi nya sambil mendengarkan bacaan Al-Qur'an dari speaker.
Umar kembali mengucapkan salam ketika memasuki rumahnya yang sederhana, tidak terlalu besar tapi cukup untuk menampung seluruh keluarga. Umar melihat Abah nya duduk di sofa ruang tamu.
"Waalaikumussalam." Zaid menjawab salam anaknya, ia mengangkat wajah sekilas lalu kembali fokus pada kitab di tangannya.
"Sudah pulang Umar?" Seorang wanita bercadar menyambut Umar, ia memegang segelas teh lalu meletakkannya di atas meja. Ia adalah Maryam—Ummi Umar.
"Sudah Ummi." Umar mencium punggung tangan Maryam lalu Zaid bergantian.
"Mau Ummi bikinin teh juga?"
Zaid menyesap teh hangat beraroma melati buatan istrinya ditemani biskuit kelapa.
"Nggak usah Ummi, sebentar lagi magrib." Umar melepas kopiahnya dan duduk bergabung dengan Abah nya.
"Gimana kajian hari ini?" Maryam duduk di hadapan Umar.
"Alhamdulillah semuanya lancar Um." Umar tiba-tiba teringat pada sosok Atalie tadi. Atalie sudah membuat jamaah lain ribut tapi Umar justru merasa gadis itu lucu dan—sedikit aneh.
"Kenapa senyum-senyum begitu?" Maryam menyadari perubahan ekspresi Umar, walaupun tipis tapi ia mengetahui bahwa Umar sedang tersenyum karena memikirkan sesuatu.
"Nggak apa-apa Um, cuma tadi ada gadis aneh di masjid."
"Aneh gimana?"
"Umar sedang menjelaskan bahwa kajian hari ini kami akan membahas teladan Aisyah lalu tiba-tiba ada yang mengangkat tangan—"
Zaid yang tertarik dengan cerita Umar reflek meletakkan kitabnya di atas meja dan melihat putranya tersebut.
"Dia bilang, sebenarnya saya tidak mengenal Aisyah bolehkah saya berkenalan dengannya sekarang?" Umar mengulang kalimat persis seperti yang Atalie katakan tadi. Ia bahkan tak bisa menahan senyum saat mengingat itu.
Zaid mengerutkan kening begitupun dengan Maryam. Sebenarnya cerita itu tidak lucu tapi Umar justru tersenyum lebar bahkan tertawa.
"Terus kamu jawab apa?" Kini Zaid bersuara, ia mengerti saat kajian memang ada banyak pertanyaan tak terduga dari jamaah.
"Ya Umar bilang kalau dia nggak bisa berkenalan dengan Aisyah tapi Umar memberinya buku tentang Aisyah, semoga itu bisa membantunya."
"Apa itu lucu, kenapa kamu tertawa?" Maryam heran melihat Umar tertawa hanya karena cerita seperti itu.
"Itu lucu loh Ummi." Umar bersikeras bahwa itu adalah kejadian paling lucu selama ia mengisi kajian.
Maryam ikut tersenyum di balik cadarnya melihat Umar masih setia mengembangkan senyum.
"Tapi kenapa dia tiba-tiba melepas jilbabnya sesaat setelah keluar dari masjid?" Senyum di wajah Umar lenyap mengingat Atalie langsung melepas jilbab ketika keluar dari masjid.
"Dia begitu?" Alis Maryam terangkat tak percaya.
Umar mengangguk.
"Mungkin dia belum terbiasa memakai jilbab."
"Itu berarti kamu harus membahas soal kewajiban berjilbab bagi muslimah." Timpal Zaid, menurutnya itu adalah pembahasan yang paling penting di tengah perubahan zaman seperti sekarang.
"Itu tugas Ummi." Umar merasa Maryam lebih memiliki wewenang untuk membahas soal itu.
"Ummi sudah sering membahasnya tapi mungkin dia nggak pernah datang ke kajian Ummi." Maryam selalu melakukan kajian rutin usai subuh tiga kali dalam seminggu di masjid yang sama dengan Umar.
"Padahal dia rutin ikut kajian Umar." Umar tampak berpikir, meski begitu ia tidak mengerti mengapa Atalie melakukan itu.
"Ada apa ini?" Ali datang bergabung, ia juga ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan.
"Ayo siap-siap shalat magrib." Zaid menepuk paha Umar beranjak dari duduknya mengakhiri cerita Umar sore itu.
Ali melongo kecewa karena ia baru saja bergabung tapi Zaid dan Umar sudah bubar. Tinggal Maryam yang hanya geleng-geleng melihat tingkah suami dan anaknya menjahili si bungsu.
*******
Halo ini adalah spin off dari Muslimah in Love dan kamu dapat membacanya secara terpisah tanpa harus membaca Muslimah in Love terlebih dahulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
lesma wati
saya bru tau klu kak mirna buat cerita baru,saya iseng tekan profil kak mirna pas d lihat ad cerita baru tentang atalie sm usdt.umar. s tunggu terus updet ceritany y kak
2023-01-28
0
૦ 𝚎 ɏ ꄲ 𝙚 ռ
wah.. ternyat kisahnya kak atalie ma pak ustadz...
semangat terus kak Mirna.... 😍😍😍
2023-01-25
1
૦ 𝚎 ɏ ꄲ 𝙚 ռ
akkakkk...
aku baru tau kak Mirna udah bikin crita baru .
pdhl aku dpt notifnya, tapi g kubuka.. ih ampun bgt deh aku..😤
2023-01-25
1