"Ibu!" Teriak Rina saat melihat Bu Siti ibunya yang sedang belanja sayuran.
Para tetangga menatap ke arah suara yang memanggil nama Bu Siti.
"Bu Siti, itu Rina sama suaminya?" Tanya Bu Ani tetangga yang paling pedas mulutnya tukang gosip.
"Iya," ujarnya dengan senyum setelah membayar belanjanya Bu Siti pamit pulang.
"Bu Siti! Tunggu." Panggilnya lagi Bu Siti pun menghentikan langkahnya.
"Ada apa Bu Ani, saya harus pulang mau masak karena anak mantu saya sudah datang." Bu Siti tau kalau Bu Ani akan bertanya-tanya tentang Rina datang tiba-tiba saja, biasa untuk dijadikan bahan gosipnya.
"Sombong amat! Baru punya mantu punya mobil satu aja. Belagu banget." Judesnya dengan wajah marah.
Hai, Bu Ani kenapa suka usil ngurusin hidup orang, mending tuh utus suami yang mau sarapan pagi gak matang gegara nyari bahan gosipnya, hadeehh capek deh.
Bu Siti sering hatinya sakit karena ocehan Bu Ani yang pedas sepedas bon cabe dulu ia Bu Siti sering menangis setiap mendengar perkataan dan cibiran Bu Ani namun dengan seiring waktu Bu Siti hanya menganggapnya sebagai angin lalu masuk ke telinga kanan keluar telinga kiri.
"Bu, ayok masuk. Jangan kelamaan bisa bisa kuping ibu kebakar," sindir Rina dengan menatap ke arah ibu-ibu berdaster yang suka kepo sama tetangga.
Bu Siti pun masuk ke dalam mobil.
"Ibu belanja sayuran apa," tanya Rina setelah berpelukan melepas kerinduan yang mendalam.
"Kesukaan kamu." Jawab Bu Siti.
"Farhan gak dibelikan juga Bu," timpal mas Farhan.
"Kesukaan Nak Farhan apa, nanti ibu belikan dan masak buat Mak Farhan."
"Bu, Mas Farhan itu tipe pemakan segalanya termasuk...."
Bu Siti maupun Farhan saling tatap tak mengerti dengan ucapan Rina.
Plakk.
Ibu memukul lenganku, akupun mengasuh pura pura sakit.
"Apa salah Dan dosaku, Bu, sampai teganya ibu memukul anak satu-satunya."
"Ibu tau, kamu mau ngomong apa. Dasar anak nakal." Ibu menjewer telinga ku.
"Ck. Aku itu udah dewasa udah bersuami bukan anak kecil yang harus dijewer ibu Siti?" Sungutnya kesal.
Farhan terkekeh mendengar keributan kecil yang tercipta diantara ibu dan anak.
"Kamu yang gak malu," Bu Siti hanya gelengkan kepala ternyata anaknya bukan aja bar bar tapi suka jahil omongannya ceplas-ceplos.
"Tapi ibu sayang sama aku kan?" Rina memeluknya lagi lebih erat membuat Bu Siti susah bernapas.
"Jelas sayang, karena kamu anak ibu satu-satunya." Bu Siti membalas pelukannya.
"Akhirnya sampai juga di rumah yang ngangenin." Buru-buru Rina keluar dari mobil.
Dirinya merentangkan kedua tangannya untuk menghirup udara segar dari desa yang damai dan asri.
"Pak, Bapak, anak centil yang paling manis dan imut datang!" Teriaknya sambil berlari menuju pintu yang terbuka.
Rina terus berlari layaknya seorang anak kecil mencari bapaknya.
"Nak Farhan, kelakuan Rina disana sama ngak kayak Nak Farhan lihat." Ibu Siti bertanya pada Farhan.
"Rina lebih dewasa Bu, gak kayak sekarang, mungkin Rina rindu masa-masa kecilnya."
"Keadaan Mama Nak Farhan gimana sehat," tanya Bu Siti.
"Alhamdulillah sehat semua, Bu."
"Syukurlah."
Bu Siti dan Farhan masuk kedalam disana terdapat Rina duduk dengan pak Ali bapaknya Rina.
"Gimana kabar Bapak, sehat Pak." Tanya Farhan dan mendekati pak Ali tuk mencium punggung tangannya.
"Kalian berdua gak bawain bapak hadiah?" Tanya Pak Ali datar.
Farhan menatap Rina seakan-akan ia bertanya kenapa barang-barang yang sudah dibeli tidak dibawa masuk.
"Tenang aja Pak, Bapak gak usah khawatir Mas Farhan udah bawa hadiah banyak untuk ibu, Bapak dan tetangga." Beonya.
"Emang kalian tau kalau Bapak minta hadiah apa?" Pak Ali balik bertanya.
"Enggak!" Jawab nya serempak.
"Bapak maunya hadiah yang bisa ngomong, gemesin dan imut."
"Oh itu?" Tukas Rina ber 'oh' maksudnya pak Ali yang bisa ngomong gemesin dan imut itu adalah cucu anak Rina dan Farhan.
Farhan mengerutkan keningnya heran.
"Itu Mas, boneka Susan." Ucapnya asal.
Bu Siti dan pak Ali saling tatap lalu menatap wajah anak menantunya itu.
"Rin, Rin, bapak kamu itu sudah tua, buat apa boneka Susan?" Ibu balik bertanya pada Rina.
"Tadi bapak minta hadiah yang bisa ngomong, tentunya boneka dong." Rina menaik turunkan alisnya Farhan yang melihat kelakuan istri nya hanya geleng-geleng kepala.
"Masih gak ngerti juga." Dengus Bu Siti gak biasanya Rina gak peka.
Tak ada jawaban dari Rina membuat pak Ali gemes bin greget.
"Cucu! Rina! Bapak minta hadiah berupa manusia, anak kalian!" Sentaknya.
"Oh." Jawab Rina enteng tanpa ada beban toh, soal momongan sudah ada yang ngatur. Harus bagaimana lagi usaha tiap malam udah mungkin belum diberi rejekinya.
"Pak, bukanya kita gak mau punya anak, tapi yang kuasa belum mempercayai kami mau gimana lagi? Masak harus mengeluh? Kami sudah berusaha berdoa semoga kita diberi momongan secepatnya."
"AMIN."
Semua orang mengaminkan doa Rina.
"Kata ibumu kalian mau nginap beberapa hari disini?" Tanya pak Ali bahagia bisa bercanda dengan anaknya yang tengil tapi ngangenin.
"Iya Pak." Sahut Rina. "Kita ngebolang yuk Pak," ajaknya lagi Rina kangen saat-saat bersama bapaknya yang pergi kesawah mencari belut.
"Ngebolang?" Tanya Farhan yang tak paham dengan kata 'ngebolang' maklumlah namanya juga anak kota beda dengan anak desa.
"Mas Farhan paham dengan ngebolang?" Tanya Rina.
Farhan gelengkan kepala cepat.
"Nyari ikan atau belut di sawah, Mas, mau ikut?" Ajaknya yang langsung di tolak Farhan.
"Enggak!" Jawabnya cepat seraya bergidik ngeri membayangkan dirinya menangkap belut.
Pak Ali, Bu Siti dan anak mantunya pergi ke sawah tuk memancing belut. Belut makanan kesukaan Rina, semenjak Rina masih kecil dirinya sangat menyukai yang namanya belut, hari-harinya selalu makan belut, kayak author nya suka makan belut apalagi di cobek mantap jiwa tetangga lewat juga gak di tawarin takutnya minta hahaha.
"Kak Rina!" Panggil anak cewek berlari menghampiri Rina.
"Adel?" Jawabnya dengan menatap tak percaya ternyata Adel gadis kecil yang selalu jadi teman saat mencari ikan di kali atau di sawah. Kini tumbuh menjadi anak tomboi rambut dikuncir kuda celana panjang robek-robek di lutut dan memakai kemeja pria namun tak mengurangi kecantikan Adel.
"Ih. Ini beneran Kak Rin?" Ucapnya memastikan bahwa ini aku temannya dulu.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum.
"Ck. Gadis tomboi bisa insyaf juga. Pria mana yang sudah menyadarkan Kakak? Emm, pasti Kak Rin yang bucin sama cowok itu, terus, kakak mau berubah menjadi wanita muslimah demi cowok itu kan," desaknya.
Rina menatap tajam kearahnya.
"Ih. Kakak gak bakat jadi preman gak cocok." Cerocosnya panjang kali lebar, lama-lama jengah juga mendengar ocehan yang bikin elfel Rina.
"ADEL!"
"Iya, Kakak? Jangan teriak-teriak aku gak budeg kok, masih normal." Jawab Adel dengan suara lembut.
"Udah jangan banyak ribut, ini sudah siang keburu belutnya pada tidur," tutur Bu Siti.
"Bibi, ada-ada saja," sahut Adel.
Rupanya emaknya juga doyan ledekin orang gimana gak turun sama anaknya. Batin Farhan.
Ya. Farhan belum kenal dekat dengan keluarga pak Ali pertemuannya yang singkat dan memutuskan menikah pun secara dadakan, jadi gimana Bu Lenia mama Farhan setuju, kalau bibit , bebet bobot nya tak jelas.
"Jangan kaget dengan kelakuan mereka, begitulah setiap bertemu pasti saling ledek sudah mirip Tom and Jerry aja." Pak Ali menepuk pundak Farhan yang masih bengong.
"Kak, itu suami kakak?" Tanya adek baru sadar kalau Farhan ada disitu keasyikan ngobrol sih, jadi yang lain terlupakan.
"Gimana ganteng kan, jaga matamu awas aja curi-curi pandang sama dia, hanya aku yang mandangin nya, orang lain jangan." Ancamya matanya melotot seakan-akan mau menelan Adel.
"Gak ganteng jelek, mirip alien." Pungkasnya mengejek dan menahan tawa.
"Ck. Kamu punya riwayat mata kabur ya, laki gue ganteng dibilang mirip alien," gerutunya tak terima dikatai suaminya jelek.
"Enak aja bilang mata gue kabur, mata gue normal." Adel melototkan matanya tak terima dituduh matanya rabun.
"Markonah kan gue dilarang sa Lo jangan liat laki LO, Elo tadi sudah kasih ultimatum sama gue," cibirnya dengan mencebikan bibirnya.
"Hehehe maaf, Ferguso,gue hilaf, maklum lah punya suami gantengnya kelewatan. Takut di gondol kupu-kupu."
"Hah? Yang ada kupu-kupu digondol sama laki LO. Emang gak berat badan laki LO. Mana kuat kupu-kupu gondol laki LO." Ketusnya.
Rina, Adel, udah jangan pada ribut," Bu Siti menengahi perdebatan antara Rina dan Adel.
Kebiasaan putrinya bila bertemu Adel pasti adu mulut tapi mereka saling menyayangi satu sama lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments