Part 2

Jantungku seakan-akan terhenti saat melihat seorang pria yang aku kagumi kini bersama wanita lain. Wanita cantik itu menggenggam erat tangan Mas Farhan. Namun ia menepisnya dengan kasar membuat dirinya kesal dan menghentakkan kakinya di lantai.

"Kamu kenapa sih Mas," masih kudengar suara nya yang manja.

"Kamu yang kenapa! Saya gak suka dengan sikap kamu yang agresif." Suara Mas Farhan sedikit tertahan takutnya semua orang mendengarkan nya.

Mas Farhan suamiku meninggalkan wanita tersebut. Ku lihat ibu dan Septi menyapa wanita itu, ketiganya begitu akrab ada apa dengan mereka? Apa benar Mas Farhan selingkuh? Lalu tadi apa, seakan-akan ia risih bersamanya? Atau dia tau aku disini, tapi aku rasa tak mungkin, kan, aku memakai cadar.

"Lin, Farhan mana?" Tanya Mbak Septi lembut, berbeda dengan ku nada suara melengking tinggi di telinga

"Dia pergi Mbak, Tante," ucapnya dengan nada kecewa.

Aku terus mengamati ketiga wanita itu, sekilas mama melirik kearah ku. Ada rasa was-was menyelimuti hati ini.

"Han?" Panggil mama saat melihat mas Farhan hendak keluar.

"Mau kemana?" Tanyanya lagi saat Mas Farhan mendekati dan mencium punggung tangannya.

"Farhan mau jemput Rina ma, pasti dia menunggu lama." Ujarnya.

"Si Rina gak ikut, mama sudah mengajaknya tapi dia malah nyolot sama Mama dan Mbakmu."

Wow. Keren banget akting mama, beliau menjelek-jelekkan aku rupanya. Ingin sekali aku memberikan penghargaan pada mereka aktingnya sempurna, sayangnya mas Farhan paham dengan apa yang diucapkan mamanya.

"Ma, aku tau watak dan sifat aslinya Rina, dia tak seperti yang mama ucapkan." Tegasnya lagi lalu pergi meninggalkan mereka.

Ku lihat raut wajah mama kesal dan marah. Namun hatiku bahagia dengan pembelaan suamiku ternyata suamiku lebih memilih istrinya daripada ucapan mama nya.

"Mas! Ih! Aku gimana? Jangan pergi!" Pinta Lina dengan merengek meminta mama agar mencegah mas Farhan pergi.

Aku tersenyum dan gelengkan kepala, ternyata mas Farhan sama sekali tidak tergoda dengan wanita yang bernama Lina, memang sih, penampilan nya oke bohay dan montok, jarang-jarang seorang pria di suguhkan ikan mas yang montok tapi ditolak.

Satu kata untuk mas Farhan 'goodjob' suami tahan godaan wanita lain.

"Kejar sana! Jangan sampai Farhan pulang terus datang lagi bersama istri gembelnya, Tante gak Sudi punya mantu kayak dia, mata Farhan buta kali ya, ada wanita cantik, seksi dan berpendidikan tinggi berkarier lagi gak mau, apa sih spesial nya si Rina itu," ketusnya dengan wajah kesalnya.

"Iya Lin, Mbak juga malu punya ipar kampungan banget," timpal Mbak Septi.

Tak ku hiraukan ocehan mertua dan ipar lebih baik aku pulang sebelum mas Farhan duluan yang sampai rumah. Ku rogoh tas selempang untuk mengambil ponsel lalu ku mengetuknya dengan senyum terukir indah di bibirku.

Sampai parkiran ku melihat mas Farhan menolehkan kepalanya menatap ku yang melewatinya tanpa mengedipkan matanya.

Aku sempat berpikir apakah dirinya mengenaliku, sehingga ia menatapku tanpa berkedip.

"Mas, agak ngebut ya," pintaku karena aku melihat dari kaca spion motor kalau mas Farhan mengikuti kami, apa kebetulan lewat atau? Hatiku semakin takut, takut kalau ketahuan.

"Mas, apa gak ada jalan lain gitu," aku bertanya lagi.

"Ada Mbak. Jalan tikus."

"Kita lewat situ aja biar cepat sampai."

Mas ojol anggukan kepala, akhirnya kamipun berpisah aku belok kanan masuk gang, sedangkan mas Farhan melaju lurus.

Aman.

Aku masuk lewat pintu belakang agar tak ketahuan bi Atun.

Ah. Lega rasanya.

Tok

Tok

Tok

Pintu kamarku diketuk oleh seseorang pasti mas Farhan," untung aku sudah pulang duluan," ucapku dalam hati dengan mengelus dadaku.

"Masuk, gak dikunci," seruku tanpa menoleh.

"Sayang, kok, belum siap-siap?" Tanyanya dengan berjalan menuju kearah ku.

Kutatap wajah tegas dan tampan yang sedang tersenyum padaku. Ku balas senyumnya yang menawan," duh? Suami siapa sih, ini. Gemesin banget." Godaku dengan mengelus dada bidangnya.

"Istri siapa sih, yang genit dan pintar menggoda,"

"Istrinya Bapak Farhan yang terhormat," jawabku sambil hormat pada nya.

Kami pun terkekeh berdua dalam posisi berpelukan.

"Ih. Kita mirip Teletubbies."

"Iya." Sahut Mas Farhan.

"Udah ah, jangan pelukan terus ntar kebablasan. Kan, kita mau ke acaranya Om Gani."

"Aku gak ikut ah."

"Kenapa?" Tanyanya heran.

"Gak papa sih? Cuman hawanya males, mendingan kita naik-naik puncak, gimana? Mau ngak!" Usulnya yang mendapatkan sentilan dari Farhan.

"Atit?" Rajuknya.

"Lagian isi kepala kamu itu selalu menjurus ke sana terus. Kan bisa pulangnya Sayang?"

"Maunya sekarang, gak mau nanti," ledeknya dengan mencebikan bibirnya.

Mas Farhan geleng-geleng kepala melihat kelakuan istri polosnya yang keabsurannya kumat.

"Makanya jangan kebanyakan baca novel rate 21 jadinya gini kan, isi kepalanya geser dikit." Bisiknya tepat di telinganya.

"Ih. Sebel. Aku seharian ini gak baca novel Mas? Masa mau ehem-ehem aja harus baca novel, gak asyik banget kamu Mas." Ujarnya dengan manyun.

Farhan hanya tersenyum saja dan mencium bibir.

"Manis."

"Modus! Mana ada bibir manis, yang ada juga--" Rina terdiam tak bisa melanjutkan perkataannya.

"Juga apa, hayo jawab." Sesak Farhan.

"Auh ah gelap!"

"Terang tau!"

Begitulah setiap malam kelakuan sepasang pengantin baru. Setiap malamnya penuh dengan senyum kebahagiaan.

"Rin," panggil nya.

"Apa?" Jawabnya.

"Jadi berangkat ke acaranya Om Gani gak enak kalau kita tidak datang?" Mas Farhan mengingatkan aku, dengan wajah kusut akupun melepas pelukan dan berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar membasuh wajah.

Lima belas menit berkutat di depan cermin akhirnya selesai juga, kuletakan alat makeup di tempatnya.

Ternyata mas Farhan tadi siang pergi hanya untuk membeli pakaian baru yang sangat indah pas pula di tubuhku.

"Mas, terimakasih gamisnya bagus," ucapku.

"Kamu suka gamisnya?" Tanyanya dengan senyum terukir indah.

Aku hanya mengangguk.

Acaranya Om Gani hampir selesai karena kami baru Sampai maklum gara-gara Teletubbies jadi terlambat, lalu? Siapa yang salah?

Kami berdua mengenakan baju caupelan warna kesukaan kita berdua yaitu warna coksu mas Farhan mengapit tanganku ia tak mau jauh-jauh dari istri bar-bar nya.

"Selamat ulang tahun Om, maaf kami terlambat," mas Farhan menyalami tangannya Om Gani dan mengecup punggung tangannya.

"Gak papa Farhan, Om ngerti. Emang susah untuk membujuk istri kampungan kepesta orang kaya." Ujarnya dengan melirik sekilas ke arah Rina.

"Kata-katanya sungguh luar binasa sampai menusuk ke relung hatiku, mantap jiwa andaikan kalian semua tau siapa aku, pasti kalian akan sembah sujud padaku." Sumpahnya dalam hati.

"Han, bagaimana pekerjaan kamu, baik-baik saja," tanya Om Gani.

"Mas, aku ke taman aja ya" ucapku jujur aku muak dengan semua ini, disini pun percuma hanya di cuekin gak bapak, gak anaknya sama-sama doyan menghina orang tak berpunya.

Mas Farhan seakan-akan paham dengan keadaan yang tidak baik untuk istrinya.

"Iya, sayang mas gak lama kok, setelah selesai kita pulang."

Dari rumah sudah aku siapkan kata-kata sopan untuk Om Gani, eh ternyata di cuekin gini, sumpah demi Alek sakit banget hatiku.

Kini aku duduk termenung di taman yang berteman lampu temaram, berkali-kali ku hembuskan napas membosankan karena terlalu lama menunggu mas Farhan. Kemungkinan besar mas Farhan ditahan oleh kala Gondang agar tidak cepat pulang.

"Sungguh membosankan sendirian hanya berteman suara jangkrik." Rutuknya dengan menggosok gosok telapak tangannya yang mulai dingin.

Rina tak menyadarinya bahwa ia sedang di awasi oleh seseorang. Pria tersebut tersenyum mendengar ocehan Rina.

Pria tersebut mengikuti Rina semenjak Rina didalam. Entah maksudnya apa mengikuti Rina, apakah suruhan Om Gani atau orang lain.

"Rina, ingin sekali aku memberikan kehangatan pada dirimu, namun aku tak punya keberanian untuk itu! Aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan. Ingin sekali aku melupakan kamu Rin, kenapa susah, semakin melupakan justru aku semakin mengingat kamu. Tolong jawab aku Rin! Aku harus bagaimana," teriaknya membuat Rina menoleh ke belakang.

"Siapa yang berteriak di sini?" Batinnya dengan mengelus tangannya.

Srek.

Rina berjalan menuju sumber suara yang mengasuh, namun kakinya menginjak botol plastik yang mengeluarkan bunyi suara.

"Hai. Botol. Kamu bikin aku kaget aja, untung aja aku gak punya riwayat jantung." Kesalnya.

Pria tersebut pergi meninggalkan taman itu sebelum bertemu dengan Rina, ia tak mau harus mendengar penolakan dari Rina cukup dua kali ditolak jangan sampai mendengar kata 'tolak' yang ketiga kalinya.

Bersambung.

Jangan lupa like dan komennya ya gaes.

Dikasih bunga kopinya juga gak nolak kok,🥰🥰

Terpopuler

Comments

mama Al

mama Al

semangat

2023-01-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!