Lucifer A Guardian Vampire
Kredit Pinterest.com
Di sebuah laboratorium, semua orang tampak sibuk dengan urusan masing-masing. Tiap orang memiliki tugasnya sendiri. Seperti seorang pria yang saat ini tengah serius mengamati tabung besar di hadapannya.
Tabung besar berisi sebuah sel telur yang baru saja dia induksi dengan sel sp****. Ini adalah percobaan ke sekian kalinya. Semua percobaan terdahulunya gagal. Karena itu dia berharap kalau kali ini dia akan berhasil. Setelah dia berhasil membuat serum yang mampu menyatukan dua benih dari jenis yang berbeda. Manusia dan vampir.
Membuat dua benih itu mampu bercampur tanpa saling melukai. Serum ciptaannya mampu menghilangkan sifat kanibal pada sp**** vampir. Hingga dia tidak "memakan" sel telur seperti yang sudah-sudah.
Senyum tipis terlihat di wajah pria itu. Berhasil! Dalam sekejap, sel itu mulai membelah diri. Tak kurang dari lima belas menit, sebentuk janin sudah berwujud di hadapannya.
"Dan ini adalah sentuhan terakhir untukmu."
Pria itu menyuntikkan sebuah serum berwarna merah. Detik berikutnya, janin kecil itu menggeliat pelan. Bisa pria itu lihat, susunan DNA janin itu berubah. Janin itu bermutasi menjadi sesuatu yang berbeda.
"Selamat datang, Pure Blood."
*
*
Duaaaarrr,
Sebuah ledakan terjadi, laboratorium milik Hans seketika hancur berantakan. Bersamaan dengan itu masuklah sekumpulan pria berpakaian hitam.
Hans memicingkan mata merahnya. Instingnya yang begitu tajam mengarahkan beberapa stafnya untuk pergi dari sana. Beberapa orang berhasil keluar dari sana.
"Bawa dia pergi, sejauh yang kamu bisa."
Satu pesan dari Hans pada Ailee, istri manusianya.
“Di mana dia, Hans?”
Hans hanya tersenyum kecil mendengar pertanyaan pria itu. Sebuah tanda membuat pria itu gusar. Dia mengitari tempat itu. Meneliti tiap tabung reaksi yang ada di atas meja.
“Kau tidak bisa menemukannya di sini. Kau tahu benar, kau membuatku kehilangan dia beratus tahun lalu.”
Nada bicara Hans terdengar datar, meski ada kegetiran di dalamnya. Pria di hadapan Hans itu mendengus geram. Dia tahu yang dikatakan Hans benar, tapi dia tidak mau pergi dengan tangan kosong.
“Cari!”
Satu kata dan seluruh anak buahnya langsung menggeledah tempat itu. Menghancurkan lemari kaca dan mengacak-acak seluruh isi tempat tersebut. Sementara Hans tidak bisa berbuat apa-apa. Satu tikaman dan jantungnya akan hancur, ketika sebuah pedang terarah ke dadanya.
“Aku menemukannya!”
Mata Hans membola, melihat seorang Hunter membawa sebuah kotak kayu. Ini tidak mungkin, bagaimana mereka bisa menemukannya. Hingga ekor matanya menangkap wajah seorang pria yang berdiri di antara para hunter itu.
“Dasar pengkhianat!”
Hans berteriak marah, detik berikutnya pria itu memegangi dadanya. Pria di hadapan Hans, menghunjamkan pedangnya ke dada Hans. Hans tergeletak di lantai ruangan itu, melihat nanar ke arah para hunter yang mulai pergi dari tempat itu.
“Nara.....”
*
“Pergilah.”
Satu ucapan terdengar dari bibir seorang wanita. Wajah wanita itu pucat. Rasa lelah jelas terlihat nyata di wajahnya. Ailee, menatap wajah Nara penuh kasih, putrinya. Dia tahu hari ini cepat atau lambat akan datang.
“Tapi Ma......"
Protes Nara terhenti, ketika dari kejauhan terdengar suara ribut. Makin lama makin dekat.
“Nara, dengarkan Mama. Pergilah sejauh mungkin. Pergi, jangan sampai mereka menangkapmu. Bersembunyilah sampai penjagamu datang.”
Detik berikutnya, tubuh Nara seperti tersedot ke sebuah lubang. Portal dimensi waktu terbuka. Gadis kecil itu menjerit memanggil sang mama. Sebelum dia menghilang bisa dia melihat sang mama yang jatuh terduduk bersimbah darah.
“Mama......!”
*
*
Kredit Pinterest.com
Nara terus berlari dan terus berlari. Dia tidak peduli pada luka di sekujur di tubuhnya. Di belakangnya, puluhan orang dengan pakaian serba hitam, dengan penutup kepala tampak mengejar dirinya. Mereka melayang, menghindari rimbunnya pepohonan hutan itu.
Satu kesalahan Nara membuat keberadaannya diketahui oleh orang yang selama ini mengejar dirinya. Yang dia sendiri tidak tahu siapa.
Darah yang menetes dari tiap luka di tubuhnya membuat para pengejar itu semakin menggila. Aroma manis dan lezat menguar ke hidung mereka. Terluka, hal yang pantang terjadi pada Nara. Mereka memburu Nara bak predator mengejar mangsanya.
“Aaahhgggrhhh.”
Nara menggeram, tatkala dia jatuh tersungkur. Gadis itu dengan cepat bangun kembali. Lalu bersembunyi di balik sebuah pohon besar. Detak jantungnya benar-benar tidak teratur.
Nara pikir setelah ratusan kali melarikan diri, apa hari dia akan tertangkap. Seorang hunter tampak menyeringai ke arah Nara, menyadari keberadaan Nara.
“Mau ke mana kau, Darah Murni?”
Satu pertanyaan yang membuat Nara terlonjak. Di depannya berdiri pria dengan hodie hitam menutupi wajahnya. Nara merapatkan tubuhnya ke pohon besar di belakangnya.
Takut...satu kata yang berada di benak Nara. Hunter itu mendekat. Nara bersiap melawan, tapi hunter itu lebih sigap. Satu gerakan dan leher Nara sudah berada dalam cekikan hunter itu.
Satu tatapan mengerikan dari para hunter itu membuat Nara lemah. Tubuh Nara melemah, dia hampir pingsan karena kehabisan nafas.
Nara perlahan mengangkat tangannya, di mana sebuah gelang berada. Ketika gelang itu bersentuhan dengan darahnya, sebuah cahaya terang timbul. Cahaya itu membuat para hunter menjerit karena silau.
Tubuh Nara tergeletak di tanah berumput. Bersamaan dengan munculnya seorang pria dengan pakaian hitamnya. Sebuah pedang berada di tangan pria itu.
Tanpa menunggu lama, sebuah duel pun terjadi. Pria itu dengan gesit menghindari serangan para hunter, berkelit namun juga balik menyerang. Satu persatu hunter berhasil dihabisinya. Meski begitu, jumlah hunter sangat banyak. Tak pelak membuat pria itu tampak kewalahan.
Namun bukannya kesusahan, sebuah senyum kepuasan justru terukir di bibir pria itu. Nara beringsut mundur, kembali mendekat ke arah pohon besar di belakangnya.
“Jangan mendekati pohon itu.”
Nara melihat ke arah pria itu, dua manik mata itu bertemu pandang untuk pertama kalinya. Hingga dengan cepat pria itu bergerak ke arah Nara.
Tapi tubuh Nara terlanjur terhisap ke dalam sebuah pusaran waktu. Bisa Nara lihat bagaimana paniknya pria itu. Satu tangan Nara terulur mencoba menggapai tangan pria tersebut. Dua tangan itu bertemu.
“Bertahanlah.”
Nara sesaat tertegun pada suara baritone pria itu. Tapi Nara hanya tersenyum, dia merasa tarikan dari pusaran itu semakin kuat. Hingga dia tidak yakin bisa bertahan.
“Jangan dilepas!”
Senyum Nara semakin lebar. Seiring tubuhnya yang benar-benar terhisap ke dalam pusaran waktu itu. Bersamaan dengan itu, dia mendengar teriakan kesakitan dari pria itu.
“Arrgghhhhh."
Lucifer meringis, ketika kapas dingin penuh alkohol itu menyentuh punggung polosnya. Punggungnya terluka cukup parah akibat tebasan pedang beracun dari para hunter itu.
“Aku tidak perlu obat!”
Lucifer, pria itu langsung bangun dari tengkurapnya. Menggenggam erat gelang milik Nara yang malah terbawa olehnya. Pria di belakang Lucifer hanya bisa menarik nafasnya kasar. Dia cukup tahu bagaimana keras kepalanya Lucifer, sama seperti sang ayah, Luis.
"Sekarang aku harus mencarinya ke mana?"
Lucifer bertanya pada dirinya sendirinya. Beratus tahun dia mencari keberadaan gadis itu. Hari ini dia menemukannya, setelah gadis itu memanggilnya. Tapi sekarang dia menghilang lagi. Masuk dalam pusaran waktu, yang Lucifer tidak tahu ke mana tujuannya.
"Dia menghilang lagi?"
Satu pertanyaan dari arah belakang membuat Lucifer semakin gusar. Satu takdir yang harus dia penuhi sebagai Yang Terpilih, The Chosen One. Melindungi satu-satunya Darah Murni, Pure Blood yang ada di muka bumi.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Damar Pawitra IG@anns_indri
mampir bund...keren asli.... sellau kagum sama pembuat cerita genre begini... semangat bund
2023-01-17
2