Alina masih terus saja mengikuti langkah kaki Haidar hingga ke dalam kelas lelaki itu. Seperti biasa semua mata langsung tertuju pada keduanya. Mereka ingin melihat apa lagi akan Alina lakukan kepada Haidar dan penolakan macam apa lagi yang akan Haidar berikan kepada Alina.
"Yang, percaya deh sama gue kali ini aja." seru Haidar dengan nada lirih.
Haidar diam lalu mengeluarkan ponselnya dan mulai membuka aplikasi game-nya.
"Haidar, please jangan marah sama gue. Tapi Lo marah atau gak marah juga sama aja sih tetep diemin gue." guman Alina
Masih sama, Haidar hanya diam tidak menjawab apapun ucap dari Alina.
"Lin, lo gak malu ya begini terus dari kelas 10. Gue yang ngeliatnya aja muak lama-lama tingkah lo!" seru putri ketua geng perempuan di kelas Haidar.
Putri sejak dulu memang tidak suka dengan Alina, Karena Puput iri dengan Alina. Satu sekolah hampir mengenal Alina, entah dari prestasi nya atau dari cara bergaulnya. Tidak seperti putri yang terkenal karena melalui jalur BK alias siswa yang selalu buat onar di sekolah.
Gaya putri seperti bukan anak sekolah, karena memakai seragam dengan ketat dan rok yang pendek dan make-up yang bertengger di wajahnya.
Putri selalu iri karena Alina selalu saja di dekati oleh cowok-cowok ganteng di sekolah ini, meskipun Alina selalu menolaknya.
"Gue gak ada urusan sama Lo!" desisi Alina pada Putri yang tengah berdiri di hadapannya bersama dengan ketiga datangnya.
"Lo selalu ganggu tau gak sih di kelas ini, mending sekarang Lo keluar deh!" bentak Putri karena sudah tidak tahan dengan tingkah Alina.
"Berisik!" bentak Haidar sambil menggebrak meja, walaupun matanya tetap pada ponselnya.
"Haidar bilang berisik, jadi mending Lo keluar deh dari sini. Lo gak punya malu ya? Udah tau di tolak tapi kekeuh mau deketin Haidar. Ngaca Lin, ngaca!" Ucap Putri sambil mendorong bahu Haidar.
Haidar tidak terima dengan perlakuan Putri padanya, ia pun membalas dorongan itu dengan kencang hingga putri melangkah mundur kebelakang, untuk saja ada sayangnya kalau tidak ada bisa jatuh ke lantai.
"Sialan ya Lo cewek murahan!" marah Putri langsung menjambak rambut milik Alina.
Alina berusaha untuk melepaskan itu dan mencoba untuk membalasnya , tetapi sayang ia tidak pernah ada di posisi seperti ini jadi ia tidak tau harus bagaimana. ia hanya bisa berontak agar terlepas dari putri.
Rintisan terdengar dari mulut Alina, tetapi Putri tidak kunjung melepaskan rambutnya. Tanpa di duga, Haidar menarik tangan Putri hingga terlepas dari rambut Alina.
Melihat siapa yang menolongnya membuat Alina besar kepala, ini ada kemajuan pikirannya.
"Pergi!" ujar Haidar entah kepada siapa, yang jelas ia tidak ingin melihat keributan di depan matanya lagi.
"Haidar Lo bantuin gue, dari serangan nenek sihir?" ujar Haidar sambil berbinar karena masih tidak percaya. Lupa dengan sakit di kepalanya saking senengnya.
"Lo ngatain gue?" bentak Putri dan ingin menarik kembali rambut milik Alina. Belum dapat, tangan Alina sudah di tarik oleh Haidar menuju pintu kelas.
Alina yang tangannya di genggam oleh Haidar bahagia, ingin rasanya ia loncat-loncat sekarang. Putri yang melihat itu tambah emosi, sejak kapan Haidar mau menolong Alina.
Semua yang berada di kelas pun melihatnya, ada beberapa yang mengabadikan momen tersebut dengan memotret dan di share ke grup angkatannya. ini akan menjadi berita yang paling hot di sekolah.
"Sumpah itu Haidar nolongi. Alina?" Tanya sila salah satu datang putri.
"Berisik lo!" ketus putri lalu berjalan menuju bangkunya.
***
Ternyata Haidar membawa Alina hingga ke depan kelas saja. Meskipun hanya begitu tetapi itu sangat berkesan buat Alina. Ini adalah kemajuan yangsangat besar untuknya. Setidaknya sekarang Haidar sedikit peduli padanya.
"Lo udah mulai suka ya sama gue?" tanya Alina dengan kepercayaan dirinya.
Haidar melirik Alina sekilas lalu memutuskan untuk pergi tetapi jantung nya terus berdebar saat ini.
"Gak!" Ketus Haidar.
Alina mengerucutkan bibirnya, "Terus kenapa lo nolongin gue, kali Lo belum suka sama fgue?" tanya Alina lagi.
"Berisik!"
Lagi-lagi Alina hanya bisamengerucutkan bibirnya mendengar ucapan dari Haidar yang sangat singkat.
"Apa sekarang Lo udah speduli sama gue?"
"Gak!"
"Tapi itu buktinya Lo udah selamatkan gue dari serangan nenek sihir, itu artinya Lo ga mau liat gue ada yang nyakitin kan."
"Gue!"
Mendengar jawaban dari Haidar membuat Alina pusing, apa dia cuma bisa ngomong dengan satu kata doang kali ya Batin Alina.
"Gue apa?" Tanya Alin yang tidak mengerti maksud dari perkataan Haidar.
"Cukup gue aja yang nyakitin Lo!" ujar Haidar dengan cepat. Untung saja Alina bisa mendengar ucapan itu.
Entah apa yang harus Alina rasakan saat ini, entah sedih atau senang.
"Masuk." suruh Haidar dan lagi-lagi membuat Alina bingung.
"Masuk kelas!" ketus Haidar lalu meninggalkan Alina.
Alina yang mulai sadar dengan omongan Haidar langsung mengangguk, sebelum Haidar benar-benar pergi dan hadapannya Alina mulai bersuara kembali.
"Aid, gue sama Alex gak ada hubungan apa-apa kok, ucapan gue tadi sama dia cuma bercanda aja. Lo percaya ya sama gue." Jelas Alina.
Haidar berhenti melangkah dan membalikan badannya untuk melihat ke arah Alina yang sedang berdiri sambil meremas jarinya sendiri.
"Bukan urusan gue." ucap Haidar dingin.
"Haidar kembali teringat kejadian di depan toilet tadi yang membuatnya jadi kembali ke mode awal yang selalu menolak Alina. Haidar pun bingung, mengapa tadi ia menolong alina. Apa benar yang dikatakan Alina, Kalau ia sudah mulai peduli dengan keberadaan Alina di dekatnya?
Haidar menggeleng dan menepis pikirannya itu .
"Iya tau bukan urusan Lo, tapi gue mohon Lo percaya ya sama gue. kalau gue untuk cuma buat lo.' Alina tanpa malu.
Alina pun menilai dirinya memang sudah tidak memiliki rasa malu. Tetapi ia tidak suka kalau ada orang lain yang bilang seperti itu padahal itu faktanya. lagian mana ada sih cewek ngejar cowok hingga bertahun-tahun seperti Alina.
"Pergi!" usir Haidar.
Alina mengangguk sambil tersenyum getir, sudah biasa ia di usir seperti itu oleh Haidar. Yang terpenting ia sudah menjelaskan tentang kejadian tadi pada Haidar.
"Gue kaya orang ketahuan selingkuh deh, sampe harus ngejelasin ini sama haidar. padahal kan Haidar bukan pacar gue, gue cuma debu yang ga pernah di lihat sama tuh cowok!" gerutu Alina sambil melangkah ke arah kelasnya.
Sampai dikelasnya semua mata menuju padanya dan membuat bingung dengan tatapan mereka ke Alina.
"Kalian ngapain liatin gue kayak gitu?" ujar Alina saat masih berdiri di depan pintu.
"Cieeeee" sorak ramai mereka membuat Alina semakin bingung.
"Kenapa sih elah, gak jelas lu pada." kesal Ali a
"Yang habis pegangan sama ayang Haidar, gue yakin tuh tangan gak bakal cuci sampe kapanpu !" seru Beni ketua kelas.
Alina langsung teringat kejadian tadi dan langsung senyum sumringah, sambil loncat-loncat.
"Yesus, istirahat kedua di traktir alim karena dia lagi bahagia!" teriak beni membuat semuanya sorak bahagia.
Alina yang mendengar itu langsung diam dan menggelengkan kepalanha, enak aja tuh ketu ngomongnya asal aja.
"Eh engga, engga! Apaan teraktiran, jadian aja belom." sahut Alim tidak terima.
"Yahhhh." seru semuanya lagi.
"Kan ini sebagai perayaan atas kemajuan dari sikap Haidar buat lo, siapa tau gak lama lagi Lo jadian." ujar beni keras.
"Betul!" seru semuanya.
kurang kompak apalagi nih kelas.
"Iya deh iya, budget satu orang 15 ribu gak boleh lebih! ntar gue bangkrut!" balas Alin dengan nada kesal.
"Horse!" seru semuanya lagi.
Alina hanyan menggeleng dan melangkah menuju tempat duduknya, dasar emang kaum klaknat bagi. Alin.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Sisa nina Nina
nama2 nya juga ga jls
2023-06-14
0
Sisa nina Nina
typo nya banyak bangat
2023-06-14
0