Dian masuk ke dalam rumah dan langsung duduk di kursi, "alhamdulillah akhirnya bisa duduk dengan nyaman".
Ibu pun masuk, "loh ko disini bukannya tadi bilang mau istirahat?".
"Ini juga lagi istirahat bu".
"ibu pikir kamu mau rebahan di kamar".
"Tidak Bu, kalau istirahat di kamar bisa-bisa Dian ketiduran, Ibu tau sendiri kalau Dian sudah nempel di kasur pasti tidur".
"ya tidak apa-apa, kalau kamu mau tidur juga".
"tidak Bu, sayang kalau Dian tidur, jauh jauh dari kota cuman pindah tidur, mana cuman sehari dian di sini, besokkan Dian sudah bekerja lagi.
oh iya bu pada kemana kok sepi".
"Bapa lagi ke sawah, kaka mu, lagi di rumahnya pak ustad dan adik mu sudah main sama teman-temannya".
"Oh, bu Dian ambil minum dulu haus. Dian berjalan ke dapur lalu Dian mengambil gelas, saat Dian mau menuangkan air, ih ko panas. Ibu airnya panas". Teriak Dian dari dapur. ''Ada air yang dingin tidak? ini air di teko panas semua".
"Iya ibu lupa memberi tahu kamu, kalau airnya panas semua".
Dian pun berjalan keruang tamu, "kenapa ibu tidak bilang dari tadi". Ucap Dian, "lupa" jawab ibu.
"ya sudah dian beli minuman dulu ke depan".
"Kamu duduk saja biar ibu yang membelikan minuman, kamu pasti masih cape?".
" Biar dian saja bu, sekalian jalan jalan ibu lanjut setrika saja!".
"Baiklah kalau begitu". ucap ibu.
Dian pun membuka pintu. Ketika pintu terbuka ibu berpesan. " Jangan lama-lama ada yang ingin ibu bicarakan". Dian pun menganggukan kepalanya.
"Assalamu'alaikum, bi".
Wa'alaikummussalam eh neng Dian, kapan datang?.
"Barusan Bi, Bi beli es teh satu sama beberapa cemilan!".
"Iya neng".Jawab tukang warung tersebut.
setelah Dian mendapatkan apa yang Dian inginkan. Dian pun berpamitan untuk pulang ke rumahnya.
Sampailah Dian di rumah dan duduk di dekat ibu yang sedang menyetrika.
"Bu" panggil Dian
"Ya, ada apa?, tanya ibu.
"Katanya ada yang mau ibu obrolin".
"Iya sebentar, nanggung ini tinggal satu lagi. setelah selesai menyetrika Ibu pun bertanya. "nak apakah kamu sudah punya calon? Tanya ibu.
"Belum Bu, kan ibu tau alasan Dian tidak menerima salah satu dari mereka, bukan karna Dian pilih-pilih pasangan, tapi dian nunggu kaka nikah dulu, baru Dian akan pilih salah satu dari mereka" ucap Dian.
"Dian tidak mau melangkahi ka Sinta bu, kasian kaka sudah di tinggal meninggal calon suaminya, masa iya mau dian langkahi".
"Ibu pengen kamu terima salah satu dari mereka dan bawa kemari kenalkan sama kami!. perintah Ibu.
"Lo ko bu gitu Bu".
Ibu pun menjelaskan jika satu bulan yang lalu ada yang datang melamar ka Sinta, tapi ka Sinta bilang tidak mau, jadi ibu kawatir sama ka sinta, semakin kesini bukan nya membuka hati tpi malah semakin menutup diri. Ibu berharap jika kamu membawa calon suami mu ke rumah, ibu punya alasan untuk memaksa ka Sinta, untuk menerima lamaran yang datang.
Dian tersenyum. "Dian kira ibu menyuruh Dian untuk melangkahi kaka, kalau itu alasannya Dian akan usahakan".
"Walau ibu telat ngomongnya, coba ibu bilang nya sebelum aku menolak mereka kan enak tinggal terima nah sekarang gimana caranya?.
Ibu tesenyum, "begini saja, pertama-tama kamu tentuin dulu diantara mereka yang paling pas di hati kamu, terus, ibu men jeda ucapannya.
"Terus apa bu? tanya Dian.
"Terus kamu pikir sendiri cara selanjutnya". jawab Ibu sambil tersenyum.
Dian menghembuskan napasnya, "kalau gini aku harus berguru pada Rika, tapi Rika pasti akan menertawakan aku, jika aku meminta pertolangannya".
"tpi kalau aku tidak membatu ibu, kasihan juga kaka" ucap Dian dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments