Sahabat Munafik

Keesokan harinya, dengan ditemani oleh Radit, Calya pun mendaftar ke sebuah universitas swasta di kota itu dengan jurusan manajemen karena memang cita-citanya ingin menjadi pekerja kantoran.

Setelah selesai mendaftar kuliah, Calya dan Radit pun mampir ke sebuah mall untuk sekedar berjalan-jalan.

"Mas, makasih, ya karena kamu mau menemani aku. Aku seneng banget bisa mendapatkan ini semua." Calya menyandar di lengan Radit dengan begitu manja. Entah mengapa rasanya dia beruntung memiliki hidup yang sekarang.

"Cal, besok kamu ke rumah, ya, ajak Lidya dan papamu juga. Di rumah ada acara syukuran, soalnya aku udah naik jabatan jadi manajer."

Mendengar ucapan Radit, Calya pun hampir tak percaya. Dia menutup mulutnya sangking terkejutnya.

"Yang bener, Mas? Kamu udah jadi manajer? Selamat, ya." Calya pun langsung menghambur ke pelukan Radit.

"Iya, Sayang, makasih, ya. Semua itu berkat dukungan kamu, makanya aku bisa kayak gini!" Radit mengusap kepala Calya dengan lembut.

Mereka pun lanjut berkeliling mall hingga berhenti di sebuah toko tas.

"Mas, ngapain kita ke sini?" tanya Calya heran.

"Aku mau beliin kamu tas yang cantik. Anggap sebagai hadiah buat kamu."

"Hadiah? Tapi kan aku nggak melakukan apa-apa. Yang naik jabatan siapa, yang dikasih kado siapa." Calya tertawa cekikikan melihat situasi ini.

"Ya udah, ngapain ketawa-ketawa sendiri kayak orang gil*. Yuk, masuk." Radit pun menggandeng tangan kalian dan masuk ke toko tas itu.

Mata Calya pun tertuju pada sebuah tas berwarna hitam dengan gaya Tote bag. Tas yang menurutnya sangat pantas jika dipakai ketika kuliah.

Ya, walaupun ini adalah tas model lama di masa lima tahun mendatang, tapi menurutnya masih tetap menarik daripada model tas yang lain. Nantinya pun, di masa mendatang, tas-tas yang akan menjadi trend adalah tas-tas dengan ukuran yang sangat kecil, bahkan yang terkecil hanya bisa untuk mengantongi uang koin saja.

"Kamu mau ini?"

Calya masih memperhatikan tas tersebut terutama harganya. Dua juta lima ratus ribu? Mata Calya membola sempurna melihat harga tas tersebut.

"Nggak deh, Mas, yang lain aja."

Calya berusaha menarik Radit agar pergi dari rak tas tersebut. Namun, Radit malah mengambil tas tersebut dan membawanya ke kasir.

"Mas, aku bilang kan nggak usah."

"Nggak papa, harganya masih bisa kok aku bayarin. Kalau kurang tinggal nyuruh kamu nambahin aja." Radit mengusap wajah Calya dengan gemas. Dia tahu gadis ini tidak pernah merepotkan orang lain.

Calya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kekasihnya yang begitu royal padanya.

Setelah membayar, mereka pun memutuskan untuk makan di salah satu restoran yang ada di mall tersebut. Mereka mendapatkan tempat dan sedang menunggu makanan yang sudah dipesan.

"Mas, aku masih nggak enak lho sama harga tas tadi. Aku ganti deh ya, setengah aja tapi, hehe."

"Apaan sih, kamu. Enggak ah, kalau kamu ganti, aku nggak mau ketemu kamu lagi." Radit berpura-pura marah pada gadis cantik itu.

"Kamu ini ancamannya selalu aja itu!" Calya masih ingat dengan sikap Radit yang sering sekali mengancam dirinya jika tidak mau menurut. Meskipun ancamannya hanya berpura-pura saja, namun rasanya tidak baik jika terus-menerus dilakukan.

"Udah, dong, Sayang. Iya, aku minta maaf. Aku kan habis gajian. Jadi apa salahnya sih kalau aku beliin kamu."

"Iya, Mas, iya." Calya pun akhirnya tersenyum pada Radit. Tidak jadi marah karena perlakuan pria itu padanya memang sangat manis dan lembut.

"Calya!" Seseorang yang berada beberapa meter dari Calya terkejut melihat kehadiran gadis itu di kota ini. Matanya tak berkedip saat melihat sosok Calya yang benar-benar nyata adanya.

Calya menatap Tia dengan tatapan tajam. Gadis inilah yang dulu menjadi penyebab utama dirinya memilih sang ibu. Sejak ayah dan ibunya sering cekcok, Tia selalu mempengaruhi pikiran Calya untuk membenci sang ayah. Makanya, dia salah memilih dan menjadi wanita malam di tangan ibunya.

Dan di hari itu, Calya sempat menelepon Tia untuk menanyakan siapa yang harus dipilihnya ikut. Tia pun meyakinkan dirinya untuk memilih sang ibu.

Calya juga sempat mengatakan bagaimana hubungannya dengan Radit. Dan Tia mengatakan padanya agar memutuskan Radit jika dia mencintai pria itu.

Lalu, setelahnya, dia berbicara kembali dengan kedua orang tuanya dan berakhir pingsan karena masih tidak menyangka jika akan menjadi anak broken home.

"Hai, Tia, sini, gabung, yuk," ajak Radit.

Calya terkejut melihat sikap manis Radit pada penghianat satu ini. Tapi, dia langsung menyadari bahwa saat ini, tidak ada satu orang pun yang tahu tentang kenyataan di masa mendatang.

"Calya, bukannya kamu ikut Mama kamu, ya? Kok kamu masih ada di sini?" tanya Tia dengan tatapan yang aneh. Bibirnya tersenyum, namun raut wajahnya tidak dapat menyembunyikan kekecewaan.

'Kenapa? Masalah buat loe?' batin Calya kesal.

"Enggaklah, aku nggak mau ninggalin kota ini dan juga Mas Radit." Calya tersenyum sinis menatap Tia yang lagi-lagi terlihat kecewa.

"Tapi kenapa? Kok tumben? Bukannya kamu lebih dekat sama mama kamu?"

"Iya, tapi pada akhirnya aku sadar kalau sebenarnya aku butuh papa, bukan mama."

"Tapi kan nggak baik kalau kamu bersikap seperti itu. Awalnya kan kamu bilang kalau mau ikut mama kamu. Kasihan dong dia pergi sendirian dari kota ini."

"Mama aku masih tetap di sini kok. Nggak tau ngapain? Aneh banget ya, kenapa Mama aku maksa banget aku buat pergi sama dia." Calya mencoba memancing Tia untuk melihat ekspresinya.

"Hah? Yang bener, Cal? Ya udah, tunggu apalagi? Mama kamu kan masih ada di sini. Buruan gih minta maaf, kasihan tahu dia terus nungguin kamu di sini." Lagi-lagi dia mencoba untuk mempengaruhi Calya.

Namun sayang, usahanya ini hanya akan mendapatkan kegagalan karena Calya sudah tahu betapa liciknya sahabatnya yang satu ini.

"Enggak ah, lebih enak di sini. Papaku udah setuju mau kuliahin aku. Apalagi aku bakalan dilamar sama Mas Radit. Kamu dateng, ya?" Calya menunjukkan cincin pemberian dari Radit tempo hari.

Hal itu justru membuat wajah Tia memerah karena kesal. Bisa Calya pastikan bahwa Tia akan terus berusaha merebut Radit darinya dengan cara yang halus.

'Aku nggak akan membiarkanmu mendapatkan semuanya, Tia!' batinnya.

"Hah? Serius? Kalian mau tunangan? Tapi, bukankah itu terlalu cepat? Kamu kan mau kuliah? Kayaknya jangan dulu deh."

"Kok malah kamu yang ngatur hidup aku? Ya terserah aku dong mau berbuat apa."

Radit dan Tia pun terkejut melihat sifat Calya yang seperti berubah. Calya yang biasanya adalah gadis lembut yang penurut. Dia akan menuruti ucapan sahabatnya tanpa bertanya ataupun membantah.

Terpopuler

Comments

Ayas Waty

Ayas Waty

jangan ngarep ya kamu tia gak bakalan dapat mas Radit

2023-01-23

0

Lie naa

Lie naa

kyk nya Tia ini mmg sekongkol sama mama nya Calya

2023-01-11

0

Ami Tarmini

Ami Tarmini

KLO calya balik lgi ke masa lalu dia masih segel ga ka,,

2023-01-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!