Calya sedang asyik menyirami tanaman yang ada di halaman. Hal yang memang jarang dia lakukan karena biasanya dia akan tekun belajar.
"Wah, tumben kamu nyiram taneman. Pasti bakalan tumbuh sehat tuh taneman," ucap Lidya saat menghampiri sang adik.
"Iya, Kak. Mereka kan juga makhluk hidup, jadi nggak ada salahnya kan kalau kita juga merawatnya."
"Kamu banyak berubah dari kemarin. Kakak seneng liat kamu kayak gini. Padahal dari kecil kamu itu nggak deket sama papa. Tapi, saat mereka bercerai kamu malah ikut papa."
"Iya, Kak, aku baru sadar kalau Papa adalah orang tua terbaik buat kita. Aku nggak perlu mama." Calya tersenyum pada Lidya. Memang, sejak kecil yang dekat dengan papanya adalah Lidya. Sedangkan dirinya sering perbedaan argumen dengan sang papa yang menurutnya sering menentang hal-hal yang dilakukannya seperti Calya yang tak pernah mau tahu tentang pekerjaan rumah karena terus-menerus memikirkan pendidikan.
Ya, wajar saja karena dia adalah juara pertama di sekolahnya. Olimpiade sering dia ikuti hingga berhasil memenangkannya. Terbukti dari banyaknya penghargaan yang ada di kamarnya. Namun, sang papa seakan ingin mengubur impiannya dengan tidak memperbolehkannya melanjutkan pendidikan. Malah menyuruhnya untuk memperdalam ilmu agama di pondok pesantren kota itu.
Ya, papanya adalah orang yang religius dan lebih mementingkan akhirat daripada dunia. Maka wajar saja jika selama ini mereka hidup sederhana. Sedangkan mamanya ternyata adalah orang yang gila harta bahkan rela melakukan apapun sampai menjual anak gadisnya.
"Tapi kakak penasaran, kenapa sih kamu nggak ikut Mama? Maksud kakak, kemarin-kemarin kamu itu deket sama mama, lho." Sepertinya Lidya juga penasaran dengan sikap Calya yang tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat.
"Aku cuma feeling aja, Kak. Udah gitu aku sempet mimpi mama ngejual aku. Jadi tadi aku tes gimana reaksi mama. Kelihatan kan mama marah banget karena aku nggak mau ikut dia."
"Calya, kamu itu kan pinter, masa percaya sama mimpi, sih. Mana mungkin ada ibu kandung yang menjual anaknya sendiri. Kamu ada-ada aja." Lidya hanya terkekeh mendengar ucapan sang adik yang dia rasa terlalu berlebihan karena menganggap bahwa mimpinya benar.
'Kamu hanya belum berkesempatan melihat bagaimana bringasnya mama kita, Kak. Syukurlah dulu kamu memilih jalan yang tepat dengan ikut bersama papa,' batinnya.
"Oh ya, apa Kakak percaya kalau papa itu selingkuh?" tanya Calya yang penasaran.
"Enggak lah, meskipun mama memiliki bukti, tapi Kakak nggak akan percaya begitu saja kalau papa kayak gitu. Bisa aja yang papa bilang benar soal dia dijebak."
"Nah, sama, Kak, aku juga berpikir seperti itu. Papa itu kan setia, mana mungkin selingkuh. Mama kali yang selingkuh."
"Udah ah, ngapain bahas itu. Mending kita jalan-jalan ke depan, jajan seblak, yuk," ajak Lidya yang langsung disambut senang hati oleh Calya.
Mereka pun segera pergi ke jalan yang ada di depan untuk membeli seblak. Makanan itu adalah makanan favorit mereka berdua.
"Eh, ada neng cantik. Mau beli apa, neng?" tanya seorang penjual pada Calya. Banyak pria memang langsung tertarik pada Calya begitu pertama kali melihatnya. Wajahnya sangat cantik dan tubuhnya sangat indah. Berbeda dengan Lidya yang bertubuh pendek dan lumayan gempal. Kulitnya juga tak sehalus Calya yang menurun kulit mama mereka.
"Beli seblak dua, ya, Pak," ujar Calya sambil memilih tempat duduk di dalam warung kecil itu.
Terlihat beberapa pengunjung pria memperhatikan Calya. Sesekali mereka berbisik dan melempar senyuman saat melihat senyuman gadis itu.
"Mbak cantik, udah punya pacar belum?" tanya salah seorang pemuda yang akhirnya memberanikan diri berkat dorongan teman-temannya.
Pria itu terlihat memakai pakaian rapi yang sepertinya seorang pekerja kantoran.
"Udah, Mas, adek saya kan cantik, jelas punya pacar, dong," ujar Lidya sambil terkekeh.
"Mbak, saya kan nanya adeknya. Kok Mbak yang jawab, sih? Lagian kok kayaknya nggak ada pantas-pantasnya jadi kakak adik. Malah lebih mirip majikan dan pembantu."
Sontak ucapan pria itu langsung membuat teman-temannya tertawa.
"Mas, maaf, ya, kalau ngomong jangan seenak jidatnya aja. Saya udah punya pacar, sebentar lagi juga mau nikah." Sangking kesalnya, Calya pun berbohong soal statusnya yang sebenarnya masih berpacaran dengan Radit. Seorang pegawai kantoran yang usianya berbeda lima tahun dari Calya.
Pria itu pun langsung kecewa dan duduk kembali bersama teman-temannya.
"Udahlah, Cal, Kakak udah biasa diginiin. Kan memang bener kamu lebih cantik." Lidya mencoba tertawa, padahal, Calya yakin bahwa saat ini hatinya sedang sedih.
"Iya, Kak." Calya hanya mengangguk pelan. Sayangnya, di masa depan dia sama sekali tidak mengetahui apakah kakaknya sudah menikah atau belum. Siapa jodohnya dan bagaimana hidupnya pun tak bisa diketahui karena mereka putus kontak setelah sang Ibu membawanya ke luar kota.
Setelah makan, mereka pun memutuskan untuk duduk di sebuah taman mini yang ada di kota itu. Sudah lama sekali Calya ingin merasakan suasana kota itu. Di masa depan, taman itu kelak akan menjadi sebuah jalan yang dibangun oleh pemerintah. Namun, taman itu tetap ada, hanya dipindahkan ke tempat lain dengan ukuran yang lebih luas.
"Cal, Kakak pergi sebentar, ya. Kakak lupa nih harus beli perlengkapan di dapur. Udah pada habis. Kamu tetap di sini, ya, bentar lagi Kakak dateng."
Lidya pun pergi meninggalkan Calya menuju ke sebuah ruko kecil yang menjual kebutuhan dapur.
Sedangkan Calya sedang asyik melihat ponselnya. Dia tertawa geli melihat ponselnya yang sangat kecil. Padahal, lima tahun lagi, makan banyak produk ponsel baru yang muncul dengan harga fantastis.
Namun, saat sedang asyik bermain ponsel, tiba-tiba saja ada beberapa orang yang datang dan menarik Calya secara paksa.
Calya yang panik pun langsung berteriak minta tolong. Namun, Tak ada satupun orang yang berani melawan para pria berbadan kekar itu.
"Toloooong!"
Para pria itu pun menyeret Calya untuk masuk ke dalam mobil Jeep mereka. Namun, sekuat tenaga Calya berusaha menahan tubuhnya agar tidak dibawa.
Hingga tiba-tiba, seseorang datang dan langsung memukul punggung salah satu preman itu.
Mereka pun terkejut melihat seorang pria yang membawa sebuah pentungan yang tadi dijadikan alat pemukul ke teman mereka.
"Cari mati nih orang!" Para preman itu pun langsung menyerang pria itu. Namun, mereka malah kalah karena tenaga pria itu sanga kuat meskipun hanya sendiri.
Mereka memilih kabur daripada dijadikan rujak olehnya.
Calya tersenyum melihat seseorang di depannya. Seseorang yang di masa depan pun menjadi orang yang selalu dirindukannya. Orang yang selalu mencintainya dengan sepenuh hati, namun dia meninggalkannya begitu saja karena memilih ikut dengan ibunya.
"Mas Radit."
Kini dia tidak akan pernah melewatkan kesempatan untuk bersama dengan Radit. Hubungannya dengan pria itu akan dia jaga sampai kapanpun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Ayas Waty
kira2 Lidya jahat enggak ya
2023-01-22
1
Ami Tarmini
aduhh ko aku deg degan yah takut Lidya juga sama kaya Tia ,,
2023-01-08
0
🕊⃟🍁F1R4
semangat Calya
2023-01-07
0