Desi mengerang saat ia mendengar alarm dari smartphone-nya berbunyi. Waktu masih menunjukkan pukul 04.30. Dengan mata yang masih setengah tertutup Desi bangkit dari tidurnya. Ia memejamkan mata rapat-rapat dan kemudian mengusap wajahnya.
Desi seakan tidak rela meninggalkan kasur nya yang nyaman. Karena sudah satu minggu lebih ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Dengan langkah gontai ia menuju kamar mandi untuk membasuh wajah.
Tidak sampai lima menit Desi sudah berada di dapur. Ia membaca buku panduan dari Nyonya Rara dan kemudian memutuskan membuat daftar pekerjaan yang akan dilakukan selama satu hari ini.
Setelah merapikan ruang tamu dan dapur, Desi mulai berkutat di dapur. Ia membuat nasi goreng sebagai menu sarapan. Karena tidak tahu seberapa banyak porsi makan Tuan Muda, Desi akhirnya memasak untuk tiga porsi.
Saat tengah menyiapkan bahan-bahan, indra penciuman Desi menghirup aroma manis antara vanilla dan caramel. Aroma yang lembut membuat Desi menghentikan aktivitasnya. Ia menikmati aroma menenangkan yang sudah lama menjadi favoritnya ini.
Hmmm…Parfum atau Body Care-nya pasti mengandung Tonka Bean. Gumam Desi dalam hati sambil memejamkan mata.
Parfumnya?
Hhhhhggg, Desi terkesiap. Ia membuka mata dengan cepat saat kesadarannya sudah kembali. Desi sempat melupakan kenyataan kalau pemilik wangi yang manis dan memabukkan itu adalah Tuan Muda. Dan itu artinya pemuda itu berada di area dapur.
Desi yang masih berada di depan kulkas mendadak merasa kaku. Ia begitu takut sampai kesulitan menggerakkan tubuhnya. Desi takut ketahuan tengah menikmati aroma tubuh Tuan Mudanya.
Kulkas terletak pada ceruk yang tidak terlihat dari pintu masuk dapur karena ruangan tersebut berbentuk leter L. Jadi, orang yang akan memasuki dapur, tidak bisa langsung mengetahui keberadaan orang di depan kulkas.
Rupanya Sang Tuan Muda tidak segera memasuki dapur. Desi lupa kalau di dekat pintu masuk terletak dispenser air. Saat terdengar suara air mengalir, barulah Desi teringat.
Desi menghembuskan nafas lega. Ia segera menutup pintu kulkas dan meletakkan semua bahan tersebut ke atas kitchen island.
Jadi, tempat inilah yang kemarin membuat Desi merasa sedikit tertekan. Pasalnya, di seberang kitchen island, tepatnya di sudut dapur, diletakkan meja makan kecil untuk empat orang. Dan menurut Nyonya Rara, tempat itu menjadi salah satu tempat favorit Alfian untuk menikmati kopi di sore hari.
Desi berusaha keras untuk berkonsentrasi dengan apa yang sedang ia kerjakan. Bunyi ketel air sedikit mengagetkannya. Ia segera menyeduh gula aren bubuk dan membawanya ke ruang tamu.
Sesuai ucapan Nyonya Rara, disana Alfian sedang duduk bersantai sambil menonton berita di televisi.
"Selamat pagi Tuan Muda, ini air gula aren yang hangat."
Desi meletakkan minuman tersebut di meja kopi berbentuk bulat yang ada di samping sofa santai yang diduduki Alfian.
Tanpa menunggu respon dari Tuan Muda, Desi segera kembali menuju dapur untuk melanjutkan pekerjaannya.
Kayaknya Tuan Muda lagi puasa bicara ya.
☕☕☕
Pada dasarnya, Alfian bukanlah orang yang pemilih soal makan. Namun ia akan sedikit ragu jika itu dimasak oleh pelayan baru setelah kejadian tidak menyenangkan yang ia alami.
Alfian menatap nasi goreng yang ada di depannya. Kemudian mengalihkan pandangannya ke pintu dapur, dimana Desi tadinya berada.
Alfian mengernyit. Kemana dia pergi?
Alfian kembali menatap mangkuk berisi nasi goreng dan juga piring nya yang masih kosong. Setelah menimbang-nimbang, ia pun mengambil sesendok nasi goreng dan meletakkannya ke piring.
Kali ini Bunda pasti tidak salah pilih orang.
Alfian menyendok sedikit nasi dan mulai makan. Saat cita rasa dari makanan itu mulai memenuhi seluruh rongga mulutnya, Alfian berhenti mengunyah sejenak dan kembali menoleh ke arah pintu. Akhirnya ia kembali menambahkan beberapa sendok nasi goreng ke dalam piringnya. Tidak lupa dengan potongan timun segar yang berada dalam piring lain.
Tanpa Alfian sadari, Desi mengintip dari pintu. Ia ingin tahu apakah Alfian memakan nasi goreng buatannya atau tidak. Dan setelah melihat Tuan Muda sedang makan, ia tersenyum lega.
Desi berbalik hendak melanjutkan pekerjaan lain. Namun suara bel pintu yang berbunyi membuatnya terkejut dan kembali membalikkan badan.
Siapa yang bertamu sepagi ini?
Desi melihat dari monitor sebelum membuka pintu. Terlihat seorang pemuda tampan berpakaian rapi sedang berdiri dengan sabar. Namun karena belum juga dibukakan pintu, pemuda itu maju sedikit ke arah kamera.
"Fian." Rupanya ia menekan tombol agar suaranya terdengar ke dalam apartemen.
Desi yakin kalau orang tersebut adalah rekan Tuan Mudanya, jadi ia segera membuka pintu.
Senyum di wajah pemuda itu memudar dan berganti dengan kerutan yang sangat nyata di dahinya.
"Kamu…. Siapa?" Tanya pemuda itu pada Desi dengan jari telunjuk yang teracung.
"Selamat pagi, saya pembantu baru." Jawab Desi kemudian membungkukkan badan. "Silahkan masuk, Tuan Muda sedang makan pagi."
Mendengar kata makan pagi, wajah pemuda itu kembali cerah. Ia segera masuk melewati Desi. Namun begitu berdiri di ambang pintu dapur, ia kembali berbalik.
"O iya, nama gue Rama. Sepupu sekaligus orang kepercayaan Alfian di kantor. Jadi lain kali jangan lama-lama kalau bukain pintu."
Desi terkesiap, ia segera menunduk. "Maaf Tuan."
Desi menyusul ke dapur, kemudian menyiapkan peralatan makan untuk Rama. Setelah itu ia bergegas keluar dari dapur.
"Pelayan baru itu, cantik juga. Lo nemu dimana Mas?" Tanya Rama sambil memindahkan nasi goreng ke piringnya.
Alfian menghentikan makannya dan menatap tidak suka pada Rama.
"Bunda." Jawab Alfian singkat.
Rama mengangguk-anggukkan kepala sembari ber-oh ria. Ia mengerti, ternyata Bude Rara yang kembali mencarikan pelayan baru khusus di apartemen Alfian. Tapi pelayan ini terasa….berbeda.
Rama mengedikkan bahu dan memilih untuk mulai menikmati makanannya ketimbang memikirkan Desi.
"Enak banget." Ucap Rama dengan mulut yang penuh. Dan hal itu disambut dengan lirikan tajam Alfian.
"Ups sorry. Selamat makan Mas." Ucap Rama lagi setelah menelan makanannya.
Seusai makan, Rama tidak langsung meninggalkan meja. Ia membiarkan Alfian keluar sendiri untuk mengemasi tas kerjanya. Saat itulah Desi kembali untuk membereskan meja.
"Nasi goreng ini Lo yang masak?" Tanya Rama pada Desi.
"Iya Tuan." Desi berdebar, ia mengira kalau mereka tidak menyukai apa yang ia masak.
"Enak." Ujar Rama singkat.
Desi mengangkat kepala menatap Rama sesaat. "Maaf Tuan?"
"Aku bilang, nasi gorengmu enak. Sisanya jadi bekal makan siang untukku ya." Pinta Rama.
Desi menatap wadah kaca itu sejenak. Sepertinya agak sedikit kurang mengenyangkan karena tinggal sedikit. Namun Desi juga tidak berani menolak permintaan Rama.
"Baik Tuan. Akan saya siapkan."
Rama tersenyum senang dan segera berdiri. "Terima kasih." Ucapnya lagi kemudian menyusul Alfian.
Desi melesat menuju kulkas dan mengambil beberapa sosis serta telur dan menggorengnya. Ia sengaja berinisiatif menambah lauk agar lebih mengenyangkan.
Setelah selesai, Desi menata nasi goreng beserta lauknya di wadah khusus bekal. Tak lupa ia menambahkan dua lembar selada, potongan timun dan juga beberapa tomat cherry.
🍱🍱🍱
Selepas kepergian Alfian dan Rama, Desi membersihkan ornamen-ornamen di ruang tamu yang menyatu dengan tempat menonton televisi.
Tidak ada foto keluarga atau foto Tuan Muda sama sekali. Gumam Desi saat ia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan.
Mungkin di kamar atau di ruang kerja. Pikirnya lagi.
Namun sesuai perintah, dua ruangan tersebut adalah tempat yang tidak boleh Desi masuki. Kecuali ada perintah atau ada Alfian dan anggota keluarga Adhyaksa di dalam.
Setelah bekerja, Desi masuk ke kamarnya untuk membersihkan diri. Namun baru saja akan masuk kamar mandi, nada deringnya terdengar. Desi hanya menoleh sesaat ke arah tempat tidur. Ia memilih untuk mandi daripada melihat dulu siapa yang menelepon.
Setelah berganti baju, Desi duduk di tepi ranjang dan memeriksa teleponnya. Ia terkejut melihat nama yang tertera di log panggilan tak terjawab.
"Ya ampun! Maria." Ucapnya sambil memukul dahinya
Desi menelepon kembali nomor sahabatnya yang meninggalkan lima panggilan tak terjawab selama Desi mandi.
Terdengar nada sambung, Desi mengetuk-ngetuk dagunya sendiri selama menunggu. Tak lama kemudian telepon Desi diangkat.
"Hal…."
"Halo, Desi. Ampun eee, ko tega sekali. Masa ko tra kasih kabar sama sekali tuh (Halo Desi. Aduh, kamu tega sekali. Masa kamu nggak ngasih kabar sama sekali)."
Belum sempat Desi menyelesaikan ucapannya, ia harus menutup mulut karena si penerima telepon memotong perkataannya.
Dan saat ini, suara gadis di seberang sambungan terdengar diucapkan menggunakan nada do tinggi.
"Maria, sorry." Desi menahan tawa, ia sudah bisa membayangkan bagaimana ekspresi Maria saat berbicara saat ini.
Desi membaringkan tubuhnya, karena ini pasti akan berlangsung sangat lama. Selama di kampung, Desi sempat lupa untuk menghubungi Maria. Oleh sebab itu Desi menyiapkan telinga untuk mendengar ocehan sahabatnya.
Untung saja mereka sudah tinggal bersama hampir empat tahun. Desi jadi mengerti dengan perkataan Maria yang diucapkan dalam logat timur. Meski ada kalanya Desi harus meminta Maria untuk menurunkan kecepatan bicaranya agar ia mengerti.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
AdindaRa
Ceritanya selalu keren Kaaaaak. Secangkir kopi buat kakak biar makin semangat
2023-02-04
2
TK
bunga untuk emak 🙏
2023-01-24
1
Author_Ay
semangat
2023-01-10
1