4. ELANG MERAH

Ini adalah hari ketiga Hera menjadi pengasuh Deon. Menurutnya Deon adalah anak yang baik, cerdas dan penurut. Meskipun sikapnya tak seperti anak-anak lainnya yang seumuran dengan nya, tapi justru itu membuat Deon lebih menggemaskan menurutnya.

Hera sudah mulai bisa beradaptasi dengan baik. Dia mulai dekat dengan pelayan- pelayan di sana. Menurutnya orang-orang disana ramah dan baik-baik. Meskipun Hera tak pernah ikut bersih-bersih, tapi mereka semua mengerti. Karena sebagai pengasuh tuan muda, Hera harus selalu berada di sekitar tuan mudanya itu. Begitu perintah yang di berikan oleh Tuan Tama.

Sore menjelang saat Deon selesai dengan aktivitas nya hari ini. Sebenarnya Hera merasa kasihan dengan majikan kecilnya itu. Aktivitas yang di jalani Deon sangat berat untuk ukuran anak kecil seusianya. Tapi dia tidak mungkin menyampaikan hal itu pada Tuan Tama. Mana berani dia.

Selama tiga hari ini juga Hera tak melihat keberadaan Tuan Tama. Setiap sarapan dan makan malam, Deon selalu minta di suapi di kamar saja. Tentu saja Hera dengan senang hati mengikuti keinginan sang majikan kecilnya.

Seperti biasa, setiap malam Hera akan membacakan dongeng untuk pengantar tidur Deon. Biasanya Deon baru akan memejamkan matanya begitu cerita selesai di bacakan.

Tapi malam ini berbeda. Baru di pertengahan cerita, Deon sudah tertidur. Melihat sang majikan sudah tidur, Hera pun menghentikan cerita nya.

"Seperti nya dia sangat kelelahan hari ini."

Dia menyelimuti Deon, dan tak lupa mengecup kening sang majikan kecilnya yang tampak pulas. Setelah mematikan lampu kamar dan menggantinya dengan lampu tidur, Hera kembali memastikan bahwa Deon benar-benar telah terlelap. Baru setelahnya dia melangkah keluar.

Baru beberapa langkah Hera pergi dari kamar sang tuan muda, Deon kembali membuka matanya. Dia langsung mengambil tablet yang terletak di meja samping tempat tidur nya. Sambil bersandar di kepala ranjang, dia tampak fokus memperhatikan tabletnya. Entah apa yang di lakukan nya di sana.

Hampir setengah jam Deon berkutat dengan tabletnya, hingga akhirnya bibir mungilnya melukiskan sebuah senyuman. Seperti nya dia baru saja mendapatkan sesuatu yang besar dari sana. Apa itu? Hanya dia dan Tuhan lah yang tau.

"Jadi begitu rupanya."

Deon kembali sibuk dengan gadget di tangannya. Kali ini dia terlihat sangat serius. Seolah sedang mempertaruhkan hidup dan mati. Apakah dia sedang bermain game online? Bukan. Di dalam gadget nya bahkan tidak terdapat game sama sekali.

Malam sudah semakin larut. Deon masih asyik dengan gadget nya. Tepat pukul dua dini hari, baru lah dia selesai dengan urusan nya, dan baru lah dia melanjutkan tidurnya yang semula terjeda.

***

Dibelahan dunia yang lain, Tuan Tama dibuat naik pitam setelah menerima laporan anak buahnya.

"Tuan, gudang senjata yang di Indonesia telah di bobol." Anak buah Tuan Tama menyampaikan laporannya.

"Siapa yang berani membobol gudang dengan keamanan tingkat tinggi itu?"

Tidak ada yang dapat menjawab pertanyaan sang ketua. Mau tak mau, dia harus kembali ke Indonesia. Meninggalkan segala urusannya di negara X. Yang merupakan letak markas besar kelompok mafia "ELANG MERAH".

Ya, benar. Selain seorang pebisnis sukses no 1 dunia, Tuan Tama juga adalah seorang ketua mafia. Elang Merah merupakan kelompok mafia yang di bentuk oleh Tuan Tama sendiri. Anggota nya rata-rata adalah orang-orang yang terbuang dari masyarakat. Mereka yang sering di hina dan di perlakukan tidak adil oleh masyarakat.

Alasan kenapa Tuan Tama lebih memilih orang-orang seperti itu karena kesamaan nasib yang mereka hadapi.

Tuan Tama bukanlah berasal dari keluarga konglomerat. Dia adalah seorang anak yatim piatu. Almarhum orang tuanya menitipkan nya pada paman nya, adik kandung ayahnya. Tapi bukan nya di rawat dengan baik, Tama kecil malah di jadikan pengemis. Jika dia tidak bisa membawa pulang uang untuk paman nya, maka dia akan di pukuli. Sungguh miris nasib Tama kecil.

Suatu hari dia melihat sekelompok orang tengah berlatih pencak silat. Awalnya dia hanya memperhatikan dari kejauhan saja. Memperhatikan setiap gerakannya. Dia tidak tau apa yang di lakukan oleh sekelompok orang tersebut.

Hingga ada dua orang yang saling menyerang menggunakan gerakan-gerakan yang tadi mereka lakukan di awal. Dari situlah dia tau bahwa gerakan-gerakan tadi bisa untuk menyerang dan melindungi diri.

Mulai saat itu, setiap hari Tama kecil selalu meluangkan waktu untuk melihat orang-orang itu berlatih. Dari kejauhan dia mulai mengikuti gerakan-gerakan yang orang-orang itu lakukan.

"Kau suka pencak silat?" Tanya seorang pria tua pada Tama kecil.

Seperti orang yang ketahuan mencuri, dia berniat untuk kabur. Tapi pertanyaan pria tua selanjutnya membuat nya mengurungkan niatnya untuk kabur.

"Kenapa kau berlatih di sini sendirian? Mari berlatih bersama mereka." Ajak pria tua itu.

Tama tak lantas menerima ajakan itu begitu saja. Dia sadar diri, dia hanyalah seorang pengemis, pakaiannya lusuh dan kotor. Pasti mereka akan menghina nya di sana.

Melihat Tama yang enggan bergabung dengan orang-orang yang tengah berlatih itu, membuat pak tua itu mengerti ketakutan yang dirasakan oleh anak kecil dihadapannya itu.

"Bagaimana jika kau berlatih dengan ku setelah mereka selesai berlatih?"

Tama mengangguk senang menerima tawaran tersebut. Dan semenjak itulah kehidupan Tama kecil mulai berubah.

Terpopuler

Comments

Lovesekebon

Lovesekebon

Apakah Boss kecil ada andil dalam pembobolan gudang senjata 🤭🤭

2023-04-05

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!