2. SAH

"SAH."

Sambil menunduk, air mata Hera kembali jatuh. Tapi langsung di hapus karena takut dimarahi oleh ayah nya. Seketika Hera merasa dunia nya benar-benar telah hancur.

Kini dia hanya bisa pasrah. Apapun yang akan terjadi nanti, maka terjadilah. Biarlah dia mengikuti kemana arus kehidupan akan membawanya.

Hera masih sibuk dengan lamunan nya saat Tuan Tama menyerahkan buku nikah untuk di tandatangani. Melihat Hera yang tak kunjung menandatangani buku pernikahan nya, membuat Tuan Tama menjadi kesal.

"Tanda tangan! Aku tidak punya banyak waktu untuk semua ini." Ucapnya sambil berbisik menahan geram.

Hera segera menandatangani buku nikah nya dan Tuan Tama dengan segera. Meskipun hanya sebuah bisikan, nyatanya Hera tetap ketakutan mendengar suara merdu pria yang kini sudah sah menjadi suaminya.

Setelah semua rangkaian acara akad nikah selesai, Hera langsung di bawa oleh rombongan suami nya menuju bandara. Apakah Hera duduk berdampingan dengan suaminya? Oh, tentu saja, TIDAK. Jangan berharap lebih. Mereka bahkan tidak berada di dalam satu mobil yang sama.

Selama di perjalanan, Hera hanya diam sambil menatap ke arah luar. Mulai sekarang dia harus mengubur segala impian nya. Semua yang telah di rencanakan nya selama bertahun-tahun, terpaksa harus dikubur nya dalam-dalam.

Hera bercita-cita menjadi seorang designer ternama. Pasti akan menyenangkan bisa mendesign pakaian untuk suami dan anak-anak nya kelak. Tapi semua nya kini tinggal angan-angan belaka. Tak akan pernah bisa dia wujudkan lagi. Mengingat hal itu, air matanya kembali jatuh membasahi pipi mulusnya.

Sebenarnya Defan merasa kasihan melihat raut kesedihan di wajah istri atasan nya ini. Sangat di sayangkan nasib gadis itu tak seindah paras nya. Tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu nya.

Setibanya di bandara, Hera langsung di bawa masuk ke sebuah pesawat pribadi yang sangat mewah. interior nya sangat menakjubkan. Tapi hal itu tak mampu membuat Hera keluar dari kesedihannya.

Pesawat mengudara beberapa jam, dan mendarat di suatu tempat yang sepi, tak ada keramaian seperti di bandara-bandara pada umumnya. Bahkan hanya ada satu pesawat saja yang parkir di sana, yaitu pesawat yang baru saja di tumpangi nya tadi. Dan juga ada sebuah helikopter, yang entah milik siapa.

"Kenapa sepi sekali bandara ini?" Gumamnya sambil memperhatikan sekelilingnya.

"Silahkan masuk Nyonya."

Defan mempersilahkan istri atasan nya masuk ke dalam mobil yang sudah di persiapkan untuk membawa Hera ke kediaman Tuan Tama berada.

"Terima kasih."

Hera tak membantah, dia hanya mengikuti perintah yang di berikan padanya. Tapi semenjak tadi dia tak melihat suaminya, bahkan Tuan Tama tak ikut naik pesawat bersama nya.

"Maaf tuan, kalau boleh tau dimana Tuan Tama? Dari tadi saya tidak melihat nya." Tanya Hera takut-takut.

"Tuan sedang ada urusan saat ini Nyonya."

Hanya jawaban itu saja yang bisa Defan berikan.

"Oh begitu. Terima kasih."

Hera tak ingin terlalu ikut campur. Lagi pula mereka tak saling mengenal, meskipun sekarang status mereka adalah suami istri.

Mobil mewah yang di tumpangi Hera pun melaju meninggalkan bandara. Entah kemana lagi dia akan di bawa kali ini. Sudahlah ikuti saja. Memangnya apa lagi yang bisa Hera lakukan sekarang?

Setelah berkendara lebih kurang satu setengah jam, mobil yang di tumpangi Hera berhenti di sebuah rumah yang sangat megah.

"Apakah ini sebuah istana?" Gumamnya pelan sambil berjalan mengikuti sang sopir yang mengantar nya tadi.

"Selamat datang Nyonya. Saya Laksmi, Kepala pelayan di sini." Ujarnya memperkenalkan diri, dan di jawab anggukan kepala sambil tersenyum ramah oleh Hera.

"Mari, saya akan mengantar Anda ke kamar."

"Silahkan Nyonya, ini adalah kamar anda. Silahkan beristirahat, pasti Anda lelah setelah menempuh perjalanan jauh." Ujar Bu Laksmi begitu sampai di kamar yang sudah di persiapkan untuk Hera.

"Terima kasih banyak, Bu." ucap Hera sopan. Bu Laksmi hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Nyonya sudah sampai di kamar nya ,Tuan." Ucapnya kepada seseorang di seberang sana.

Hera memutuskan untuk mandi karena badan nya sudah sangat lengket. Rasanya sangat tidak nyaman bepergian dengan menggunakan kebaya. Ya, benar. Hera masih mengenakan kebaya akad nikah nya tadi. Kenapa tidak di ganti dulu? Karena Tuan Tama tidak memberi nya waktu untuk itu.

Lagi. Hera kembali menumpahkan kesedihan nya di bawah guyuran dingin nya air shower. Tak ada yang terucap dari bibirnya. Hanya air mata saja yang menunjukkan betapa hancur hatinya saat ini.

Hera baru keluar dari kamar mandi setelah berjam-jam menangis di bawah shower. Dia baru ingat tak membawa satu pun pakaiannya ke sini.

"Bagaimana ini?" Aku tidak mungkin tidur pakai handuk begini." Ujar nya kebingungan.

Hera mencoba membuka lemari yang ada di kamarnya, dan ternyata sudah ada beberapa pakaian di sana. Karena sudah merasa kedinginan, Hera pun memutuskan untuk memakai pakaian yang ada di sana. Tak apa. Nanti dia akan minta izin pada yang punya, begitu pikir nya.

Sekitar jam 10 malam, Tuan Tama sampai di kediaman nya, di ikuti Defan sebagai asisten pribadi nya.

"Panggil dia kemari!" Perintahnya sambil duduk setibanya di ruang kerjanya.

"Baik Tuan."

Defan langsung keluar menuju kamar Hera yang berada di lantai dua, sedang kan kamar dan ruang kerja Tuan Tama ada di lantai tiga.

"Maaf Nyonya, Tuan ingin bertemu anda di ruang kerjanya." Ucap Defan setelah Hera membuka pintu kamarnya.

"Baiklah."

Hera pun mengikuti Defan. Karena dia tidak tau sama sekali dimana letak ruang kerja suaminya itu.

"Duduk." Perintah nya begitu Hera sampai di hadapannya.

"Tanda tangan!"

"Apa ini?"

"Baca dan tanda tangan!"

" PERJANJIAN KERJA"

Setelah membaca keseluruhan isi surat perjanjian tersebut, Hera jadi mengerti. Di sana dia adalah sebagai seorang pengasuh untuk anak nya Tuan Tama yang berusia lima tahun. Lalu kenapa Tuan Tama harus menikahinya?

"Jika kau tidak setuju, silahkan pergi dari sini sekarang juga."

Hera tak punya pilihan lain selain menandatangani surat perjanjian tersebut. Tidak mungkin dia pergi dari sana. Sedangkan dia saja tidak tau sekarang sedang berada di daerah mana.

"Ternyata kau benar-benar penurut, seperti kata ayahmu." kata Tuan Tama melihat Hera menandatangani surat perjanjian yang di buatnya.

"Kau boleh pergi. Besok kau sudah mulai bekerja."

"Baik."

"Kau menyukainya?" Tanya Tuan Tama. Karena melihat sang asisten yang terus menatap Hera yang berjalan menjauh keluar dari ruang kerjanya.

"Tidak Tuan."

"Lalu kenapa kau terus menatap nya?"

"Maaf Tuan."

Hanya itu yang bisa Defan ucapkan. Tidak mungkin dia mengatakan bahwa dia kasihan pada istri bos nya sendiri.

Terpopuler

Comments

Lovesekebon

Lovesekebon

Lanjut 🥰🥰

2023-04-04

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!