Red Diamond

Red Diamond

Chapter 1 : Dia Vampir

Seorang gadis berjalan tertatih di kegelapan malam tengah hutan. Sesekali dia meringis. Tangannya satu memegang luka yang cukup besar di perut sebelah kiri, tangan satunya memegang erat sebuah pedang yang sudah berlumuran darah. Bahkan darah di pedang itu belum mengering.

Malvia, putri tertua kerajaan vampir, berhasil melarikan diri dari serangan brutal kaum lain. Mereka menyerang kaum vampir yang tidak memiliki persiapan cukup di tambah kaum vampir kalah jumlah. Kaum vampir di tuduh membantai kaum lain, secara brutal. Hal itu membuat kaum vampir melanggar ketentuan mutlak sesama kaum yang memperbolehkan kaum lain untuk membunuh kaum tersebut.

Dan disinilah dia, berjalan tertatih menyusuri hutan di gelapnya malam. Sementara ayah, ibu dan adik-adiknya terbantai, mati menggenaskan. Awalnya dia enggan pergi, dia tidak perduli akan mati. Tapi ayahnya yang juga sang raja, memintanya, memohonnya untuk pergi. Satu orang harus berhasil selamat untuk membersihkan nama mereka.

Air mata terus mengalir di pipi Malvia. Dalam kegelapan malam, kulitnya yang pucat bisa terlihat jelas. Rambut hitam panjangnya terlihat kusut berantakan, baju terusan hitamnya compang camping. Meski air matanya terus mengalir, tapi matanya tetap waspada. Dia bahkan tidak tahu harus pergi kemana. Semua kaum melawan kaumnya yang artinya tidak ada tempat untuknya.

Malvia berhenti lalu bersandar di satu pohon. Dia ingin beristirahat sejenak. Dia hampir tidak bisa menggunakan kecepatan vampirnya. Tiba-tiba terdengar geraman. Awalnya geraman kecil, hampir tidak terdengar. Namun geraman itu semakin besar dan mendekat. Malvia tahu betul geraman apa itu, terlebih bau bulu yang menyengat dihidungnya. Malvia menoleh, beberapa serigala sudah mengelilinginya. Serigala-serigala itu besar, melebihi manusia. Bulu mereka lebat. Malvia gugup, dia terlalu lemah untuk bertarung dengan para serigala ini terlebih kekuatan vampirnya hampir tidak berfungsi lagi kerena dia terlalu lemah. Malvia memegang pedang dengan kedua tangannya. Dia menelan ludah. Dia gugup. Matanya terus waspada pada pergerakan para serigala.

Sebuah terjangan mengarah padanya. Insting vampir Malvia masih bagus, dia secara reflek mengayunkan pedangnya ke atas.

Sreekk!

Pedang itu menggores serigala yang menerjangnya. Satu persatu serigala menyerang. Dengan sisa kekuatannya dia melawan.

"Menyerahlah tuan putri. Kami berjanji akan membunuhmu dengan cepat, hingga kamu tidak akan merasakan sakit." kata satu pria bertelanjang dada yang berada di antara serigala. Malvia menatap pria itu. Nafasnya memburu.

"You wish." hanya kata-kata itu yang bisa Malvia ucapkan. Pria itu menghela nafas.

"Bunuh dia."

Para serigala kembali menyerang. Malvia bertahan dengan pedang di tangannya. Satu serigala menggigit tangannya. Malvia berteriak keras. Pedang itu terlepas dari tangannya. Malvia menusukkan tangan satunya ke dada serigala yang menggigitnya lalu mencabut jantungnya. Serigala itu langsung menjadi manusia dan terbujur kaku. Para serigala semakin marah. Mereka menyerang Malvia secara brutal. Malvia berusaha melawan. Sesekali dia terkena gigitan dan hempasan. Tapi setiap dia terhempas, dia akan berdiri seketika. Seperti tidak ada yang terjadi.

Setelah beberapa lama pertarungan berhenti. Para serigala sudah terbujur kaku di tanah. Malvia duduk di atas kakinya sambil memegangi lukanya. Darah keluar dari mulutnya. Dia mencoba menahan rasa sakit yang luar biasa. Mungkin Malvia adalah vampir tapi lawan Malvia adalah manusia serigala. Gigitan manusia serigala adalah racun bagi vampir. Meski ada yang bisa sembuh, tapi biasanya akan lama. Karena itu sekarang Malvia hanya bisa terduduk dan menatap pria di depannya. Dia tahu racun serigala sudah mulai menyebar di dalam tubuhnya. Dia beberapa kali digigit serigala.

Pria itu berjalan mendekat. Raut wajah datar dari pria itu menandakan dia tidak akan berbelas kasih pada Malvia yang sekarat. Pria itu berubah menjadi serigala tepat di depan Malvia. Bola mata kuningnya terlihat terang di kegelapan malam.

"Selamat tinggal, putri."

Serigala itu membuka mulutnya untuk menggigit leher Malvia tapi...

Srukk!

Malvia mengambil pedang yang ada di dekatnya lalu menusuk serigala itu tepat di dadanya. Serigala itu terkulai lemah di tanah. Malvia menyemburkan darah dari mulut. Dengan menumpu pada pedang di tangannya, Malvia mencoba berdiri. Sekali, dua kali dia gagal. Tapi dia tidak menyerah. Hingga akhirnya dia berhasil berdiri. Dia segera pergi dari sana. Dia tidak ingin kawanannya atau kaum lain datang mendapati dirinya disana.

Perlahan tapi pasti. Malvia terus berjalan menyusuri hutan. Darah terus mengalir dari tubuhnya, menetes di setiap jalan yang dia lalui. Dia tahu dia akan di ikuti karena darahnya yang menetes. Tapi dia tetap berjalan. Dia tidak ingin menghentikan jalannya meski satu langkahpun.

Penglihatan Malvia semakin kabur. Dia mulai tidak bisa melihat. Racunnya sudah menyebar ke seluruh tubuhnya. Luka yang dia dapat juga tidak sembuh. Tubuhnya yang tidak pernah kedinginan tapi kali ini dia menggigil. Baru kali ini dia merasakan menggigil saat menjadi vampir. Tapi Malvia tetap tidak berhenti berjalan. Sampai dia tidak menyadari jika dia telah memasuki pekarangan belakang rumah kaum manusia. Dia sudah hampir tidak bisa melihat lagi. Tiba-tiba tubuhnya jatuh ke tanah. Dia sudah sangat lemah, lelah dan kesakitan. Dia tidak mampu lagi berjalan. Matanya menatap ke langit. Meskipun bulan tidak bersinar malam ini, bintang tetap masih mau menemaninya. Malvia tahu dia akan mati malam ini.

"Maafkan Malvia, ayah. Malvia tidak bisa bertahan.. Lag-ghi."

Mata Malvia menutup perlahan lalu tidak sadarkan diri.

Tak berapa lama, satu orang pria tiba-tiba menjatuhkan beberapa benda di tangannya. Dia begitu terkejut mendapati satu orang pingsan di perkarangan belakang rumahnya. Dengan membawa obor ditangannya, dia mendekati orang pingsan itu. Betapa terkejutnya dia ternyata yang pingsan adalah seorang wanita. Tanpa berpikir panjang, pria itu menggendong Malvia masuk ke dalam rumah. Dia bahkan tidak memperdulikan obornya yang jatuh di tanah. Tanah yang basah akibat hujan sore tadi pasti akan memadamkan apinya, batinnya. Pria itu membawa Malvia ke salah satu kamar di rumah sederhananya. Dia menyalakan beberapa lilin di kamar itu agar terang.

Pria itu menggulung tangan kemeja yang di kenakannya. Dia duduk di ujung ranjang tepat di sebelah Malvia. Dia meraih tangan Malvia dan memeriksa denyut nadinya. Dia begitu terkejut saat memegang tangan Malvia. Tangannya benar-benar dingin, sangat dingin. Pria itu memeriksa dahi dan pipi Malvia. Sangat dingin.

"Ini aneh." gumam pria itu.

Pria itu tetap memeriksa nadinya.

"Berdenyut, tapi lemah."

Pria itu diam sejenak dan memperhatikan tubuh Malvia. Dia mendapati bekas darah di perut Malvia dan beberapa bekas gigitan di tangan Malvia.

"Sebenarnya apa yang terjadi padanya?"

Pria itu menggunting gaun Malvia yang telah robek di bagian perutnya. Dia terkejut untuk kesekian kalinya. Tidak hanya ada bekas sobekan benda tajam, tapi bekas cakaran juga ada. Pria itu menatap Malvia dengan keterkejutan di wajahnya. Dia memperhatikan luka di perut dan pinggang Malvia tapi beberapa detik berikutnya pria itu berdiri. Dia mundur beberapa langkah. Raut wajahnya berubah marah. Tangannya di kepal kuat. Nafasnya memburu.

"Dia vampir."

...***...

tadariez

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!