Sean yang sekarang sedang duduk di kursi kerjanya memijat pangkal hidungnya. Yang mana wajahnya yang terlihat begitu frustasi. Apa yang di inginkan Citra bisa di kabulkan nya.
Namun ini akan menyulitkan Sean. Karena dia akan terus bertemu dengan Reya. Karena ikatan pekerjaan dan belum lagi Reya menjadi Asisten nya dan dia juga harus membuat Reya tidak betah di perusahaan. Ya semua itu akan menambah pekerjaan Sean.
" Citra kenapa kamu harus menambah beban kakak. Kaka mengerti apa yang kau inginkan. Tetapi bukan seperti ini juga Citra. Kakak yang akan mengalami kesulitan nantinya," batin Sean yang terus memijat pangkal hidungnya.
" Tidak Sean. Kau bisa melakukannya. Semua ini juga demi kebaikan mama dan juga Citra," batin Sean.
***********
Reya berada di salah satu ruangan yang mana Reya duduk di sofa. Sedari tadi Reya hanya menunggu di ruangan yang iya tidak ketahui ruangan apa itu yang jelas ruangan itu tidak terlalu besar.
Hanya sepetak saja yang terdapat 1 sofa single panjang dengan meja yang berukuran kecil dan terlihat rak-rak buku yang bersandar pada dingding dan juga terlihat jendela kaca yang memberikan udara dari luar.
Bisa di katakan ruangan itu berada di lantai atas. Tetapi tidak tau di lantai berapa. Karena tadi Reya sempat melihat ke jendela dan melihat ketinggian dari tempatnya berdiri.
Reya hanya menghela napas berada di ruangan itu yang tidak tau untuk apa dia ada di sana karena Karin yang membawanya ke sana. Dan Karin tadi mengatakan hanya tunggu di sana.
Ceklek.
Reya melihat ke arah pintu. Ketika pintu di buka dan memperlihatkan Karin yang memasuki ruangan itu dengan 2 Pria yang seperti Bodyguardnya yang mengikutinya yang membawa tumpukan berkas-berkas sampai menutupi 2 wajah Pria itu saking tingginya.
" Maaf ya Reya aku lama," ucap Karin dengan wajah merasa bersalah.
" Tidak apa-apa," sahut Reya yang santai saja.
" Hmmm, baiklah kalau begitu. Ayo letakkan semuanya di meja!" perintah Karin pada 2 orang itu dan mereka pun meletakkan apa yang mereka bawa.
" Apa ini?" tanya Reya dengan wajahnya penuh kebingungan.
" Ini pekerjaan pertama kamu. Ini data-data pemasukan dan pengeluaran Perusahaan. Kamu urutkan dan salin rapi menjadi 1 dokumen yang rapi tidak menumpuk seperti ini. Data-datanya lengkap dari tahun berdirinya berdirinya Perusahaan ini 2004. Jadi kamu atur saja semuanya!" perintah Karin dengan senyumnya.
" Semua ini?" tanya Reya yang tampak tidak percaya. Karena itu sangat banyak.
" Iya semua ini. Kenapa kamu keberatan?" tanya Karin.
Reya memang pasti keberatan. Karena dia tidak pernah mengerjakan hal itu. Meski kuliah mengambil jurusan bisnis. Tetapi Reya tidak pernah magang kerja.
" Hmmm, tapi kan itukan memang tugas kamu Reya. Sebagai Asisten, memang itu tugas utamanya. Jadi laksanakan saja," ucap Karin pekan.
Reya terkejut. Bukan karena mendapatkan tugas itu. Tetapi kata-kata asisten Sean.
" Apa asisten siapa?" tanya Reya berharap salah pendengaran.
" Sean. Aku itu Sekretaris nya dan kamu itu asistennya yang artinya sebagian tugas-tugasku kamu yang mengerjakannya termasuk tugas-tugas berat seperti ini. Ya tugas berat kamu yang mengerjakannya dan yang ringan aku," ucap Karin dengan santainya menjelaskan pada Reya.
" Papa menjadikan ku Asisten Sean. Apa itu sungguhan," batin Reya yang merasa tidak percaya.
" Hmmm, ya sudah ya Reya kamu kerjakan aja semuanya. Selamat bekerja dan semoga kamu betah. Bye," sahut Karin yang cepat-cepat pergi sebelum Reya komplain.
Reya melihat tumpukan berkas-berkas itu hanya menghela napasnya saja.
" Kenapa harus menjadi asistennya dan pekerjaan ini apa mampu untuk aku kerjakan. Apa ini tidak berlebihan," gumam Reya menghela napas kasar. Reya mau tidak mau harus mengerjakan pekerjaan itu yang pasti tidak tau kapan selesainya.
**********
Tidak terasa sudah malam hari dan Sean masih berada di kantornya yang kelihatan masih mengerjakan banyak pekerjaan di ruangannya.
toko-tok-tok-tok.
" Masuk!" sahut Sean tanpa melihat ke arah pintu. Karin sekretarisnya yang seksi itu akhirnya masuk dengan membawa dokumen.
" ini yang kau minta," ucap Karin meletakkan di atas meja Sean. Sean mengambilnya dan langsung membukanya.
" Jika tidak ada lagi. Aku pulang duluan," sahut Karin.
" Hmmm," Sean menjawab dengan deheman.
" Issss, menyebalkan apa salahnya menawarkan untuk pulang bersama," batin Karin dengan sewot yang berharap banyak dari Sean. Tidak mungkin harapannya terkabul Karin pun membalikkan tubuhnya melangkah menuju pintu keluar.
" Karin!" Panggil Sean membuat langkah Karin terhenti dan langsung mengeluarkan senyumnya.
" Iya kenapa?" sahut Karin yang berlari kembali mendekati meja Sean dengan penuh semangat.
" Bagaimana pekerjaannya?" tanya Sean yang terus melihat dokumen itu. Mendengar hal itu membuat Karin menghela napasnya kasar.
" Pekerjaan siapa?" tanya Karin dengan kesal.
" Siapa lagi jika bukan wanita itu," sahut Sean.
" Oh, Reya. Aku lihat biasa saja. Dia mengerjakan apa yang aku perintahkan dan terlihat tidak ada masalah. Dia juga tidak menolak atau komplen," sahut Karin dengan santai.
" Oh, begitu," sahut Sean datar.
" Itu saja yang ingin kamu tanya?" sahut Karin.
" Hmmm, maka keluarlah," sahut Sean dan langsung mengusir Karin.
" Issss," Karin berdesis kesal dan akhirnya keluar juga dari ruangan itu. Sean memang tidak peduli mau bagaimana tindakan wanita itu.
*********
Sementara Reya di ruangan itu tetap mengerjakan pekerjaannya dengan matanya yang mulai memerah dan beberapa kali sudah menguap.
" Akhhhhh," Reya menguap panjang dengan menutup mulutnya dengan punggung tangannya, " sudah jam 8 sebaiknya aku pulang saja," ucap Reya memilih untuk menghentikan pekerjaannya.
Reya juga bukan orang yang bodoh-bodoh amat. Dia juga mana mungkin menyelesaikan pekerjaan yang tidak masuk akal untuk di selesaikan dalam waktu dekat. Jadi jika dia sudah lelah dia memilih untuk meninggalkan pekerjaannya. Setelah selesai merapikan dokumen-dokumen yang berserakan. Akhirnya Reya pun keluar dari ruangan itu.
Saat keluar dari ruangan itu Reya melangkah melewati koridor-koridor dan tepat bertepatan melewati ruangan Sean yang kebetulan satu lantai dan bertepatan pula saat Sean membuka pintu dan membuat langkah Reya terhenti dan Sean pun berhenti dengan mereka yang saling melihat.
" Kau sudah menyelesaikan pekerjaan mu?" tanya Sean dengan suara dinginnya.
" Belum," jawab Reya apa adanya.
" Lalu kau mau kemana?" tanya Sean.
" Mau pulang. Ini sudah malam. Aku seharusnya pulang," jawab Reya.
" Baru hari pertama bekerja. Kau sudah malas-malasan dan mau pulang seenakmu?" sahut Sean sinis.
" Aku dari tadi mengerjakan apa yang kau perintahkan. Dan aku tidak mungkin menginap di perusahaan ini untuk menyelesaikan apa yang tidak masuk akal," sahut Reya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments