Sean berada di dalam kamarnya dengan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Sean terlihat begitu prustasi. Mata Sean fokus pada ponselnya, yang ternyata Sean sedang melihat foto Citra dan mamanya yang menjadi wallpaper ponselnya.
" Aku tau apa yang mama khawatirkan dan aku tau apa yang kamu inginkan Citra. Tetapi aku juga tidak tau harus berbuat apa. Jika ini sulit untuk mama dan juga Citra dengan adanya Reya di rumah ini. Ini juga jauh lebih sulit bagiku yang mana aku harus melawan perasaanku dengan ke adaan ini. Seharusnya dia tidak terlihat lagi setelah begitu banyak yang terjadi di keluarga kita," batin Sean yang terus melihat foto-foto itu dengan perasaannya yang dilema.
Setelah acara pesta malam itu. Di kediaman Argantara juga terjadi perang besar antara istrinya dan Citra yang menyalahkan papanya, kecewa dan lain sebagainya yang mengumpat di depan Argantara yang mana Sean hanya diam di sofa melihat kehancuran keluarganya di depan matanya. Belum lagi perasaannya yang tidak bisa di katakan seperti apa.
Flassback
" Papa keterlaluan. Kenapa papa tega membohongi keluarga ini. Kenapa pah!" teriak Citra yang sejak tadi menangis dari tempat Reya di perjalanan pulang dan sampai sekarang.
" Maafkan papa Citra," sahut Argantara.
" Apa artinya pah minta maaf papa setelah yang papa lakukan. Papa itu tega dengan kita semua. Dengan Citra dengan mama dan kak Sean. Apa kurangnya keluarga ini pah. Sampai papa harus punya istri lagi dan juga anak dari wanita jahat itu," ucap Citra yang begitu kecewa dengan papanya.
" Tidak ada yang kurang Citra dari kalian. Kalian semua sudah begitu baik," sahut Argantara.
" Kau selalu seperti ini mas. Setelah apa yang terjadi kau tidak bisa belajar dari kesalahan dan lihatlah. Jika sudah ketahuaan wajahmu itu selalu merasa penuh penyesalan. Tetapi apa kau dan wanita itu pada intinya tidak akan peduli dan hal ini hanya akan terjadi dan terjadi lagi," ucap Anggika yang sudah lelah sebenarnya harus berkata apa-apa lagi pada suaminya.
" Aku aku salah dan tidak mendengarkanmu Anggika. Maafkan aku!" sahut Argantara.
" Apa artinya permintaan maafmu. Lihat apa yang kau lakukan dan kalian berdua berhasil bersama-sama membesarkan seorang anak di belakangku. Kau benar-benar hebat mas," ucap Anggika yang sudah tidak bisa berbicara apa-apa lagi.
" Anggika semua yang terjadi memang adalah kesalahan ku. Jangan salahkan Reya," sahut Argantara.
" Kau membelanya. Kau berani membela dia di depan anak-anak mu itu!" bentak Anggika.
" Tetapi Reya juga putriku dan dia juga sudah dewasa sama dengan Citra," sahut Argantara dengan suara rendahnya.
" Lalu aku bagaimana pah. Apa aku bukan anak papa. Apa aku dan kak Sean bukan darah daging papa. Papa benar-benar jahat. Papa membela keluarga itu di depan kita semua," sahut Citra yang semakin kecewa.
" Citra!" lirih Argantara yang mencoba menenangkan Citra dengan memegang tangan Citra. Namun Citra menepis tangan papanya.
" Jangan menyentuh Citra. Citra benci pada papa," sahut Citra yang menjauhi Argantara.
" Aku tidak akan mempertahankan apa-apa lagi mas," sahut Anggika memutuskan. Hal itu membuat Argantara terkejut dan melihat Anggika dengan serius. Mungkin Anggika sudah lelah dan hanya itu yang seharusnya di lakukannya.
" Apa maksud kamu Anggika?" tanya Argantara dengan suara rendahnya.
" Kamu tinggal hanya memilih wanita itu atau aku. Aku bisa hidup bersama anak-anak ku dan jika kau mau memilihnya hiduplah dengan mereka tanpa aku dan juga anak-anak ku," ucap Anggika mengejutkan Citara dan juga Sean yang ada di sana.
" Mah!" sahut Sean.
" Mama sudah lelah dengan semua ini. Mama tidak bisa bertahan untuk sesuatu hal yang tidak harus di pertahankan," ucap Anggika yang penuh dengan kekecewaan.
" Anggika!" lirih Argantara.
" Kenapa? kamu bingung. Tidak bisa memilih?" tanya Anggika.
Argantara mengusap kasar wajahnya dengan hembusan napasnya yang naik turun yang benar-benar tidak tau harus melakukan apa.
" Apa yang kamu inginkan Anggika?" tanya Argantara.
" Aku tidak menginginkan apa-apa. Hanya menyuruhmu memilih dan pilihlah di antara kami," sahut Anggika.
" Anggika. Aku tidak ingin rumah tangga kita berantakan. Sungguh Anggika bukan ini yang aku inginkan," ucap Argantara yakin.
" Kalau begitu lakukan apa yang aku mau. Aku akan bertahan. Jika kamu melakukan yang aku mau," sahut Anggika.
" Maksud kamu?" tanya Argantara heran.
" Jangan biarkan mereka ada di negara ini. Aku tidak ingin melihatnya sekali saja. Jadi kirim mereka jauh-jauh dari tempat ku yang tidak akan pernah aku lihat sama sekali. Hanya itu yang bisa kamu lakukan jika masih ingin bersamaku. Karena aku tidak mau melihat 2 wanita itu," tegas Anggika.
" Anggika!" lirih Argantara.
" Kau tidak ingin melakukannya. Maka lepaskan kami. Keluargamu!" sahut Anggika yang benar-benar tegas.
Argantara memang terlihat ragu dan seperti baginya tidak mudah melakukan semua itu.
" Aku memberimu kesempatan untuk memikirkannya dan semua ini demi kebahagiaan anak-anakku. Itu pun jika kau ingin masih bersama anak-anak mu," sahut Anggika yang meninggalkan tempat itu.
Sean yang mendengar keputusan mamanya juga tampak begitu terkejut yang tidak percaya jika memang nyata dia tidak akan pernah bertemu dengan Reya lagi.
" Sekarang semua pilihan ada di tangan papa. Citra juga tidak ingin bertemu dengan wanita itu. Jadi papa bisa melakukannya," ucap Citra yang meninggalkan tempat itu menyusul sang mama.
Sean membuang napasnya perlahan kedepan dengan mengusap kasar wajahnya. Permintaan mamanya adalah untuk tidak adanya Reya dan ibunya di negara ini dan itu artinya Sean tidak akan pernah melihat Reya lagi.
Flass on.
Ingatan itu masih teringat di kepala Sean yang mana di asingkanya Reya dan ibunya karena permintaan Anggika dan Argantara menuruti semuanya.
Karena menginginkan rumah tangganya utuh bersama Anggika. Bahkan Argantara juga menceraikan Erina. Namun Argantara juga melakukan semua itu dengan syarat tetap bertanggung jawab pada Reya karena Reya adalah anaknya. Anggika menurutinya.
Tetapi dengan jalur orang lain dan tidak Argantara sendiri yang mengurus Reya, mengirim uang dan sebagainya pada Reya melalui tangan kanan Argantara.
Mengingat semua itu membuat Sean yang kelihatan prustasi memejamkan matanya dengan perlahan untuk menenangkan pikirannya yang pasti tidak baik-baik saja.
" Apa waktu bisa di putar kembali," batin Sean. Mungkin jika awalnya dia tidak bertemu dengan Reya maka ceritanya akan lain lagi. Mungkin saja sekarang Sean sudah bisa menerima Reya sebagai adiknya. Tetapi nyatanya tidak seperti itu dan pasti untuk Sean semua itu tidak mudah.
*******
Sementara Reya masih ada di dalam dapur yang baru selesai membereskan piring-piring itu.
" Reya!" tiba-tiba Argantara memasuki dapur.
" Papa," sahut Reya.
" Kamu sedang apa?" tanya Argantara.
" Ini lagi bersihin kaca," jawab Reya.
" Hmmm, begitu rupanya," sahut Argantara yang duduk di meja makan dan mengajak Reya untuk duduk di sampingnya.
" Ada apa pah?" tanya Reya heran. Argantara mengusap-usap kepala Reya dengan lembut. Seperti kasih sayang seorang ayah dan Reya pernah mendapatkan hal itu.
" Jangan di dengarkan apa yang di katakan mama kamu," ucap Argantara.
" Maksud papa?" tanya Reya heran.
" Papa dengan semuanya. Jika mama kamu tadi mengatakan hal yang tidak masuk akal. Mama kamu hanya belum bisa menerima kamu di sini. Jadi jangan khawatir. Karena lama kelamaan mama kamu akan menerima kamu di rumah ini dan semua pikiran negatif tentang kamu akan hilang. Karena papa percaya dengan kamu yang sangat baik sekali," ucap Argantara.
" Iya pah, Reya mengerti kok. Lagian apa yang di katakan mama tidak akan Reya masukkan kedalam hari Reya," ucap Reya dengan yakin.
" Iya papa tau itu. Kamu harus lebih bersabar lagi ya Reya," ucap Argantara. Reya menganggukkan kepalanya.
" Aku memang harus bersabar. Karena mau mundur pun sudah tidak bisa. Jadi semuanya benar-benar harus kujalani," batin Reya.
" Ya sudah pah. Reya mau kekamar dulu ya," ucap Reya.
" Iya nak," jawab Argantara tersenyum dan Reya langsung pergi menuju kamarnya.
" Aku berharap Reya bertahan di rumah ini. Karena aku tidak ingin melihat Reya harus menderita di tangan Erina," batin Argantara.
******
Reya memasuki kamarnya yang juga murung dengan pikirannya yang tidak menentu dia mengingat-ingat perkataan Anggika barusan saat di dapur tadi. Belum sampai 24 jam dia ada di rumah itu. Namun masalah sudah begitu banyak membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa.
Karena sejauh ini Reya memang masih diam saja yang mungkin nanti jika sudah berlebihan barulah Reya bertindak. Karena Reya juga tidak mau terus-menerus di salahkan saja. Dan tadi Argantara juga sudah memberinya pesan.
" Hidup itu pilihan dan mungkin ini yang terbaik untukku," batin Reya yang hanya berusaha berdamai dengan keadaan walau itu pasti sangat sulit dan tidak mudah untuknya.
Reya juga yang kebanyakan melamun akhirnya menekankan matanya dengan perlahan membawa kedalam mimpi masalahanya itu yang berharap ada keajaiban semua masalah yang di hadapinya selesai. Atau dia juga berharap jika kenyataan yang sudah bertahun-tahun itu hanya mimpi buruk.
**********
Pagi hari kembali. Ini sarapan pertama kali di keluarga itu dengan kehadiran Reya. Tadinya Reya tidak ingin sarapan bersama. Namun di paksa Argantara dan mau tidak mau Reya pun mengikuti sarapan tersebut. Di meja makan di mana Argantara Reya dan Anggika sudah duduk di sana.
Tidak lama Citra dan Sean pun turun dan seperti biasa mereka selalu turun bersamaan. Mood Citra langsung di kejutkan melihat Reya yang berada di meja makan. Bahkan mendudukki tempat duduk Citra.
" Apa yang kau lakukan di sini!" pekik Citra membuat Reya yang mengolesi roti melihat ke arah Citra.
" Apa yang aku lakukan?" Reya kembali bertanya.
" Ya kau kenapa bisa sarapan bersama kami," sahut Citra dengan kesal.
" Citra!" tegur Argantara, " kamu ini kenapa sih. Pagi-pagi seperti ini malah sudah ribut-ribut. Ini meja makan dan sekarang waktunya sarapan dan apa yang salah dengan Reya duduk di sini," ucap Argantara.
" Papa masih bertanya salah. Jelas salah pah. Yang pertama dia tidak berhak sarapan atau makan apapun bersama kita dan yang ke-2 dia sangat lancang menduduki tempat Citra," sahut Citra menegaskan. Sementara Sean di sampingnya hanya diam saja.
" Sudahlah Citra kamu jangan banyak teori. Kamu sebaiknya duduk dan sarapan! semua kursi itu sama saja!" tegas Argantara.
" Aku tidak sudi sarapan bersamanya," sahut Citra.
Reya memejamkan matanya yang terlihat kesal, " aku akan pindah," sahut Reya berdiri.
" Duduk Reya!" sahut Argantara
" Pah," sahut Citra.
" Cukup semuanya. Jangan ada drama ini drama itu lagi," tegas Argantara.
" Papa yang memulai semuanya. Jika tidak membawanya kerumah ini. Mungkin semuanya akan baik-baik saja," sahut Citra yang kembali membicarakan hal yang berulang-ulang.
" Kamu mendengarkan papa atau tidak Citra," sahut Argantara dengan menekan suaranya.
" Citra sudahlah kamu sarapan saja. Kamu bisa terlambat kuliah," sahut Anggika yang lama-lama juga pusing mendengar keributan di rumahnya.
Citra dengan napasnya yang naik turun masih tetap tidak mau mengalah.
" Citra ayo kita sarapan!" Bujuk Sean yang mengusap bahu adiknya dan mengajak adiknya untuk duduk tepat di depan Reya.
" Jangan keras kepala Citra. Lagian apa kamu masih mau menduduki kursi yang sudah di dudukinya," sindir Sean yang membuat Reya hanya menghela napas saja.
Citra merasa apa yang di katakan makanya benar dan dengan penuh kekesalannya akhirnya mengalah. Namun tetap menatap Reya dengan sinis.
" Reya kamu duduk kembali!" perintah Argantara dan Reya pun dengan terpaksa duduk.
" Ingat Citra papa tidak mau kamu mempermasalahkan hal yang tidak perlu di permasalahkan. Kamu itu sudah dewasa!" tegas Argantara.
Citra hanya bisa mengumpat kekesalan di dalam hatinya karena sang papa tidak akan pernah membelanya.
" Ayo kita sarapan," tegas Argantara.
" Kamu mau sarapan apa Citra?" tanya Anggika. Citra diam dan terlihat begitu marah.
" Citra kamu tidak mendengarkan mama?" tanya Sean dengan lembut. Citra menarik napasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan kedepan.
" Mau roti aja," sahut Citra. Sean mengangguk dan mengambilkan adiknya itu setangkap roti.
" Mau di pakai selai apa?" tanya Sean.
" Blueberry aja," jawab Citra. Sean pun menurutinya dan mengolesi selai pada roti yang di inginkan Citra.
Dan Reya sebentar-sebentar melihat betapa perhatiannya Sean pada Citra dan tidak tau kenapa Reya malah gelisah dengan hal itu.
" Makanlah!" ucap Sean
" Makasih kak," sahut Citra yang mengambil roti yang sudah di siapkan Sean untuknya dan memakannya walau sebenarnya moodnya masih tidak enak.
" Kenapa dia melihat ku seperti itu. Apa dia itu cemburu jika kak Sean begitu perhatian kepadaku. Ya dia pasti iri," batin Citra dengan tersenyum sini melihat Reya yang terlihat gusar.
" Reya. Hari ini pertama kali kamu bekerja di Perusahaan dan jika tidak ada yang kamu ketahui. Kamu bisa tanyakan Sean. Sean kamu bantu bimbing adikmu," ucap Argantara memberi pesan pada Sean.
" Adik kak Sean itu cuma aku bukan dia," sahut Citra menyambar saja.
" Citra jangan mulai lagi," sahut Argantara.
" Papa yang mulai," sahut Citra.
" Ini terlalu cepat mas menempatkan Reya di Perusahaan. Citra saja belum ada di sana," sahut Anggika bersuara.
" Anggika. Reya sudah lulus kuliah dan nilainya sangat baik dan Citra belum lulus kuliah. Aku juga tidak menempatkan Reya sembarang. Jika bukan banyak pertimbangan. Jadi Reya bisa berada di Perusahaan karena kualitasnya. Bukan karena dia anakku.
" Tapi itu terlalu cepat mas," sahut Anggika.
" Ini tidak terlalu cepat. Ini sudah sesuai," tegas Argantara.
" Percuma mama bicara pada papa. Papa tidak akan mendengarkan kita. Dia lebih mengutamakan anak dari selingkuhannya itu," sahut Citra membuat Reya harus menahan dirinya yang terus mendapatkan hinaan.
" Kamu mulai lagi Citra," sahut Argantara yang harus sabar-sabar dengan Citra.
" Aku tidak akan berada di Perusahaan," sahut Reya mengambil tindakan.
" Tidak Reya. Kamu harus di Perusahaan.
" Tetapi Tante Anggika tidak menyetujuinya dan aku tidak mau ada keributan," sahut Reya tampak lelah. Citra menyunggingkan senyumnya mendengar keputusan Reya yang pasti itu yang di inginkannya.
" Keputusan ada padaku bukan siapa-siapa. Dan tujuan papa membawamu ke Jakarta juga untuk mengasah kemampuanmu bukan hanya tidur di dalam kamar saja," tegas Argantara.
" Tapi pah," sahut Reya
" Sudahlah dengarkan saja apa kata papa. Dan iya wanita yang kau panggil itu Tante adalah mama my juga jadi panggil dia mama," ucap Argantara. Citra mendengarnya naik pitam.
" Pah," protes Citra.
" Aku tidak akan memanggil mama untuk wanita yang tidak melahirkanku," sahut Reya dengan berani bicara membuat yang lainnya terkejut.
" Kau," geram Citra.
" Kenapa bukannya kau memang tidak menginginkan ku memanggil mamamu dengan mama kan. Lalu kenapa kau marah. Kau juga tidak mau menduduki tempat yang sudah aku duduki. Lalu kenapa kau harus marah," sahut Rea yang melihat sinis pada Citra dan sepertinya sekalian menyindir Sean.
" Kau benar-benar sudah lancang bicara. Apa kau sudah merasa paling hebat," ucap Citra.
" Aku hanya bicara sesuai fakta. Karena ibuku hanya satu dan aku tidak akan memanggil wanita lain sebagai mama!" tegas Reya.
" Sudah hentikan! Reya aku juga tidak ingin memanggil ku mama. Jadi kau juga jangan bicara seenakmu. Jika kau di rumah ini kau mengikuti peraturan di rumah ini dan tau batasanmu sampai mana," tegas Anggika yang tersinggung dengan perkataan Reya barusan.
Reya diam dan tidak menjawab lagi karena memang pasti dia juga yang ujung-ujungnya yang akan di salahkan nantinya.
" Sudah Jangan melebarkan masalah kemana-mana. Intinya Reya akan memulai aktivitasnya di Perusahaan dan Sean kamu harus membimbingnya," sahut Argantara menegaskan.
" Aku tidak bisa berjanji apa-apa. Aku bukan guru. Jadi jangan menyuruhku untuk membimbingnya. Papa yang membawanya kemari. Jadi papa juga harus bertanggung jawab padanya," ucap Sean terlihat ketus.
Citra mendengarnya menyunggingkan senyumnya dan Reya sendiri hanya menghela napas dengan melanjutkan sarapannya. Argantara pun terlihat tidak bicara lagi yang tidak mau menambah keributan karena Sean menolak permintaannya.
Anggika masih begitu kesal dengan kata-kata Reya barusan yang membuatnya emosi tingkat dewa.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
Rahmi Hasibuan
pengen tak cakar " dah itu s bpk
2023-02-24
0
peri_cinta
kamu pintar reya cari perusahaan yg mau Nerima kamu dan yg bisa buat kamu nyaman aja...q kok Lit kelakuan satu klurga ini pengen nabok satu satu dah
2023-01-13
2