Selama ini Sean hanya berteman dengan Reya. Usia mereka yang terpaut 6 tahun. Pertemuan pertama mereka di mulai dari Sean yang masih kuliah datang ke sekolah Reya dan saat itu Reya gadis remaja yang berpakaian seragam SMA itu mencuri perhatian Sean. Bahkan membuat Sean terus memperhatikannya.
Sean mendekatinya dan bahkan mengajaknya berkenalan. Pertemuan mereka hanya sampai di situ dan di lain kesempatan ternyata mereka bertemu kembali dan di sana hubungan mereka semakin dekat dan belum lagi Reya yang mengalami kesulitan dalam belajar meminta bantuan Sean untuk mengajarinya.
Yang akhirnya hubungan terjalin begitu saja. Bahkan Erina juga mengenal Sean. Selain menjadikan Sean guru lesnya. Reya sering bercerita pada Sean yang bahkan curhat. Mereka sering jalan, bercanda bersama-sama yang kehidupan mereka memang di warnai dengan penuh kebahagiaan.
Hubungan kedekatan yang mereka jalani begitu dekat. Tdak ada ikatan status pacaran atau sebagainya. Hanya saja tadi barusan Sean mengatakan jatuh cinta padanya dan itu sangat menyakitkan untuk Reya.
Di mana seharusnya dia bahagia mendengar ucapan cinta itu yang mungkin Reya juga memliki perasaan yang sama. Tetapi malah di penuhi dengan rasa kesedihan dengan apa yang Sean katakan. Karena sangat tidak mungkin tidak mungkin menjalin hubungan dengan Pria yang ternyata adalah kakaknya sendiri dan itu justru menghancurkan hati ke-2nya.
Flass back-on.
Sean dan Reya masih sama-sama memandang yang mana ke-2nya kembali mengingat kejadian 5 tahun lalu. Tidak tau bagaimana perasaan 2 orang itu sekarang. Apakah masih ada rasa suka. Atau memang sudah berubah karena status mereka yang sudah berubah menjadi adik kakak. 1 ayah dan beda ibu.
Mata ke-2nya sama-sama menatap dalam-dalam dengan pikiran masing-masing. Bahkan mata Reya berkaca-kaca. Namun terlihat di mata Sean yang kelihatan masih tidak menerima dengan apa yang terjadi. Kenyataan yang benar adanya jika Reya adiknya.
" Ya Allah, ada apa ini kenapa perasaanku masih sama seperti dulu. Reya kau tidak boleh seperti ini. Pria yang ada di depanmu itu adalah kakakmu. Reya kau harus melupakan jika kau pernah bertemu sebelumnya dengannya," batin Reya yang menyadarkan dirinya. Dadanya begitu sakit dengan kenyataan yang seharusnya tidak ada.
" Mungkin sudah lama kita tidak bertemu. Tetapi apa kau pikir Reya aku tidak memikirkan semua ini. Semuanya masih bagaikan mimpi buruk Reya. Jika aku melihat kenyataan yang sangat pahit di depanku," batin Reya dengan luka yang sama dengan Reya. Luka parah yang tidak bisa hilang begitu saja.
" Sean!" suara panggilan Anggika mengejutkan ke-2nya dan sama-sama tersentak dan bahkan piring yang masih di pegang Sean terjatu ke lantai karena Sean begitu terkejutnya.
Pranggg.
Hal itu membuat Sean dan Reya sama-sama terkejut dengan mata mereka yang sama-sama melotot dan serentak melihat pecahan kaca yang berserakan di dekat kaki merekka.
" Suara apa itu?" tanya Anggika yang juga terkejut mendengar suara pecahan itu dan membuat Anggika menuju dapur yang merasa suara itu berasal dari sana.
Sean dan Reya sama-sama berjongkok yang ingin membereskan pecahan-pecahan kaca tersebut.
" Kamu di dapur Sean!" sahut Anggika yang berjalan buru-buru menuju dapur dan mendengar suara Anggika membuat Sean semakin panik.
" Iya mah," sahut Sean dengan gugup yang buru-buru membereskan piring itu yang tidak tau bagaimana perasaannya sekarang
" Auhhhh!" lirih Reya saat tangannya terkena kaca.
" Kau tidak apa-apa?" tanya Sean panik yang langsung memegang tangan Reya dan bahkan begitu khawatir pada Reya dengan memegang jari yang mengeluarkan darah itu.
Darah Reya berdesir saat tangannya di sentuh Sean yang mampu membuatnya terdiam dah matanya melihat ke arah Sean. Menatap Pria itu dengan tatapan yang penuh dengan arti.
" Ya Allah ada apa ini. Kenapa perasaanku semakin tidak terkendalikan. Reya ini hanya perasaan biasa. Kamu jangan seperti ini Reya," batin Reya yang merasa hatinya justru sakit.
Anggika pun kedapur ingin melihat apa yang terjadi. Kenapa ada suara piring jatuh dan di pastikan Sean ada di sana. Saat Anggika kedapur betapa terkejutnya Anggika saat melihat Sean dan Reya berjongkok berhadapan dengan jarak yang berdekatan yang membuatnya melotot yang pasti tidak menyukai hal itu.
Belum lagi tangan Sean yang memegang tangan Reya yang membuat Anggika begitu schok.
" Apa yang kalian lakukan!" sentak Anggika membuat Sean dan Reya kembali terkejut dan Sean dengan cepat melepas tangan Reya.
Reya mengangkat kepalanya dan melihat ke arah belakang Sean sama dengan Sean yang juga melihat kebelakang.
Anggika yang berdiri di sana menatap tajam Reya dan Sean yang seolah ingin murka. Anggika langsung menghampiri Reya dan Sean dan menarik Sean untuk berdiri menjauh dari Reya.
" Ada apa ini?" tanya Anggika yang matanya melihat Reya yang mengintimidasi Reya.
" Tidak apa-apa mah, aku hanya menjatuhkan piring," jawab Sean dan Reya pun juga sudah berdiri yang terlihat gugup.
" Kamu sendiri untuk apa kamu di sini?" tanya Anggika dengan sinis kepada Reya.
" Aku hanya mengambil minum Tante," jawab Reya.
" Kenapa lama sekali mengambil minum dan kamu Sean berapa lama kamu di sini?" tanya Anggika yang terlihat cemas dan bertanya dengan penuh ketakutan yang di pastikan dia memang menakutkan sesuatu yang terjadi.
" Apa maksud mama?" tanya Sean.
" Sudah jawab saja. Berapa lama kamu di sini?" tanya Anggika lagi.
" Mah, sudahlah aku hanya menjatuhkan piring. Mama jangan berlebihan Tidak ada yang terjadi," tegas Sean. Sepertinya Sean tau kenapa mamanya bertanya seperti itu.
Sean kembali berjongkok yang ingin membereskan piring namun Anggika langsung mencegahnya.
" Biar nanti bibi yang memebereskannya. Kamu masuk saja," ucap Anggika menegaskan.
" Baiklah," sahut Sean menurut saja. Dia tidak mau mau ada keributan dan akhirnya memilih meninggalkan tempat itu terlebih dahulu.
Setelah kepergian Sean. Anggika melihat ke arah Reya dan menatap Reya tajam. Namun Reya yang berusaha untuk tenang langsung pergi. Tetapi Anggika menahan tangannya.
" Apa yang kamu inginkan?" tanya Anggika
" Apa maksud Tante?" tanya Reya heran.
" Kamu jawab saja," ucap Anggika.
" Tetapi aku tidak mengerti apa yang Tante katakan," ucap Reya.
" Kamu dengar Reya. Kamu dan Sean itu saudara. Jangan punya pikiran kamu untuk mendapatkan hubungan lebih dengannya seperti kalian dulu. Mau aku mengakui kamu anak dari suamiku dengan wanita lain atau tidak. Tetapi pada kenyataannya. Kalian ber-2 itu sedarah. Jadi berhentilah punya perasaan yang lain kepada Sean," tegas Anggika yang mengingatkan Reya.
Kata-kata Anggika seakan menyadarkan Reya pada kenyataan itu. Memang tidak dapat di ketahui apakah Reya bisa menganggap Sean kakaknya atau tidak.
" Kenapa kamu diam?" apa kamu masih mengharapkan sesuatu. Reya aku membiarkan mu di rumah ini. Bukan untuk menjalin kedekatan dengan putraku Jadi sadarilah batasanmu," ucap Anggika dengan menunjuk tepat di wajah Reya mengingatkan Reya berkali-kali.
Reya hanya diam dan tidak menanggapi apa-apa dengan kata-kata itu. Dia tau Anggika juga membencinya dan tidak bisa menerimanya begitu saja.
" Aku berharap kau mengerti dengan apa yang aku maksud," tegas Anggika dan akhirnya langsung pergi setelah mengatakan hal itu.
Reya hanya membuang napasnya perlahan kedepan, " aku mengerti dan aku juga paham itu. Dan aku juga akan menyadari segalany. Jadi Tante tidak perlu khawatir," lirih Reya dengan pelan yang memegang dadanya yang sampai detik ini masih bergetar dan Reya pun memilih membersihkan piring yang sudah pecah itu walau tadi di Anggika menyuruh pembantu.
Mungkin Anggika memang larnoan. Hal itu yang di khawatirkan Anggika kenapa tidak mengijinkan Reya tinggal bersama keluarganya.
Karena Reya dan Sean sebelumnya mempunyai hubungan dan Anggika sebagai ibu yang peka dulu sangat tau anaknya itu menyukai Reya. Karena dia dulu sering menjadi teman curhat Sean dan di pastikan Sean mencintai Reya.
Meski kenyataan sudah membuat Sean menghilangkan perasaan itu dan mungkin juga Reya. Tetapi tidak ada yang tau bagaimana kedepannya dan itu yang di khawatirkan Anggika. Seperti apa yang di katakannya pada Reya. Walau dia tidak mengakui Reya anak suaminya. Tetapi kenyataannya Reya anak suaminya.
************
" Sean!" panggil Anggika ketika Sean ingin memasuki kamarnya.
" Ada apa ma?" tanya Sean yang kembali menghadap mamanya.
" Mama tidak meminta kamu untuk menganggap Reya sama seperti Citra yang juga adik kamu. Tetapi mama hanya mengingatkan itu kenyataan dan kamu...."
" Mah, sudahlah aku tau," sahut Sean memotong pembicaraan mamanya, " dan mama tidak perlu mengatakan itu. Aku masih waras. Walau dulu.... Argggghhh sudahla aku tidak mau membahasnya. Aku mau istirahat," ucap Sean yang bertambah pusing dan akhirnya memilih untuk memasuki kamarnya.
" Jika Reya bukan anak wanita itu dan suamiku. Mungkin kau juga bisa bersamanya Sean," batin Anggika yang pasti setuju jika Reya berhubungan dengan Sean. Tetapi keadaan membuat hal itu tidak mungkin terjadi.
Kembali lagi. Semua bukan kesalahan Sean. Ataupun Reya. Tetapi takdir yang sudah membuat seperti itu dan mereka ber-2 pelan-pelan harus menerima keadaan itu yang mungkin semakin lama mereka akan berdamai dengan keadaan mereka.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments