" Bukannya itu Rose," ucap Sean yang melihat Rose sepupu nya tersebut. teman dekat Citra. Dengan cepat Sean langsung membuka seat beltnya dan langsung keluar dari mobilnya.
" Rose tunggu!" Panggil Sean ketika sudah keluar dari dalam mobilnya.
" Kak Sean," saut Rose yang sudah membalikkan tubuhnya dan Sean terlihat menghampiri Mila.
" Kakak kok bisa ada di sini?" tanya Rose heran.
" Hmmm, begini, aku sedang mencari Citra, aku tidak melihatnya sedari tadi dan handphonenya juga tidak di angkat. Kemana ya dia apa mungkin dia ada kuliah," ucap Sean yang menebak-nebaknya.
" Ohhh, Citra tidak ada kuliah, dia tadi pulang lebih awal, Citra tidak enak badannya. Maklumlah Citra tamunya lagi datang jadi perutnya keram dan Citra memilih untuk pulang," jawab Rose menjelaskan dengan singkat.
" Citra sakit," pekik Sean dengan wajah paniknya. Rose mengangguk.
" Apa dia kepikiran terus masalah Reya," batin Sean yang bertambah kepikiran dengan Citra.
" Kak Sean!" tegur Rose yang melihat Sean malah bengong.
" Iya," sahut Sean menyadarkan dirinya.
" Ada apa. Memang kakak tidak tau Citra sakit?" tanya Rose.
" Tidak tau. Ya sudah makasih ya atas infonya. Kakak pergi dulu," sahut Sean yang langsung pergi buru-buru kembali memasuki mobilnya. Rose hanya mengangguk-angguk saja.
" Hmmmm, untung saja Citra punya kak Sean yang sayang banget sama dia. Jadi masalahnya bisa terselesaikan. Kasian juga Citra yang gara-gara wanita yang di bencinya itu muncul. Dia jadi sedih dan Citra sampai sakit. Pasti karena kepikiran. Ya semoga saja Citra bisa berdamai dengan keadaan dan untuk kak Sean selalu ada untuknya. Hmmmm Citra memang hidupnya sungguh beruntung. Tidak sih dia tidak seberuntung yang di lihat dari luarnya saja," batin Rose yang malah membicarakan Citra.
" Argggghhh sudahlah. Kamu ini Rose malah menceritai Citra. Huhhhh, semoga masalah mereka semua dapat terselesaikan dengan baik," ucap Rose hanya bisa berharap saja dan Rose pun langsung pergi dari tempatnya itu.
************
Sementara Reya yang sudah berada di dalam kamar hanya berdiri di depan jendela dengan wajahnya yang senduh.
" Aku juga tidak ingin tinggal di sini dan bukan ini yang aku inginkan," batin Reya dengan wajah sendunya.
" Kenapa aku di takdirkan untuk hidup seperti ini aku bahkan tidak bisa bahagia sedikitpun. Apakah harus aku yang menanggung kesalahan dari orang tuaku, apa aku di lahirkan hanya untuk berada di dalam penderitaan," batin Reya yang terlihat putus asa dengan kehiduannya.
Reya hanya bisa meratapi nasipnya. Jika pada akhirnya dia akan semakin menderita jika ada di tengah-tengah keluarga yang membencinya.
*******
Karena mendengar Citra sakit Sean langsung pulang kerumah untuk menemui adiknya melihat kondisi adiknya itu. Sean menyetir dengan kecepatan tinggi sehingga begitu cepat sampai rumahnya.
Dengan wajah panik, khawatir, cemas yang bercampur aduk. Sean buru-buru keluar dari mobilnya. Saat ingin memasuki rumah. Sean melihat ke atas di mana di melihat Reya yang berada di jendela.
Ternyata Reya juga melihatnya yang membuat mereka saling melihat dan tidak lama Sean langsung berlari memasuki rumah. Dia lebih peduli kepada adiknya dari pada harus melihat Reya yang ada di sana.
Sean menaiki anak tangga dengan lari-larian yang langsung menuju kamar adiknya.
Brukk.
Sean membuka pintu kamar dengan cepat dan di depan pintu kamar Sean berdiri dengan napasnya yang naik turun yang melihat Citra yang berbaring miring dengan meringkuk di atas tempat tidur di mana tangan Citra memegang perutnya yang pasti sangat nyeri.
Beberapa kali Sean mengatur napasnya yang masih berdiri di tempatnya dengan tangannya yang masih memegang kenopi pintu.
Sean memasuki kamar dengan menutup pintu kamar, Sean melangkah pelan menghampiri tempat tidur. Sean naik ke atas ranjang duduk di samping bagian kepala Citra. Dia melihat wajah Citra yang tertidur menahan sakit. Selain karena permasalahan tadi pagi. Ternyata Rose benar jika Citra memang datang bukan. Karena Sean sangat tau adiknya itu.
Sean begitu kasihan melihat Citra yang menahan sakit. Dia tau Citra kalau datang bulan memang pasti akan nyeri dan mungkin itu juga yang membuat mood Citra hilang seharian dan pasti semua bagi Citra salah dan itu bukannya semua wanita akan mengalami masa itu. Masa hormon berubah dan yang benar menjadi salah dan salah sedikit menjadi besar.
Sean melihat dahi Citra yang penuh dengan keringat membuat Sean mengambil tisu dan langsung mengusap keringat Citra dengan lembut.
" Hmmmm," terdengar suara pelan Citra yang sepertinya bisa merasakan sentuhan itu. Sampai Citra membuka matanya dengan perlahan dan menoleh kebelakang melihat siapa yang ada di kamarnya yang ternyata Sean.
" Ngapain di sini?" tanya Citra dengan suara rendahnya dan kembali memposisikan awal tidurnya yang membelakangi Sean.
" Kamu pulang naik apa. Kenapa tidak bilang kakak. Kalau kamu sakit. Biar kakak bisa jemput," ucap Sean dengan lembut bicara pada adiknya itu.
" Aku naik Taxi lagian untuk apa juga aku bilang kakak. Tidak ada gunanya. Sudah tidak ada yang tidak peduli dengan Citra lagi," ucap Citra.
" Apa yang kamu katakan, siapa yang tidak peduli. Kakak begitu khawatir pada kamu," sahut Sean.
" Kalau kakak khawatir seharusnya tadi kakak tetap bersikeras tidak membiarkan wanita itu di rumah ini dan jika tadi kakak terus menentang papa. Citra yakin papa akan mengalah. Tetapi apa. Kakak tidak melakukan itu," sahut Citra yang sekarang menagis tersedu-sedu.
" Maafkan kakak Citra. Kakak tidak bisa melakukan itu," sahut Sean merasa bersalah dengan mengusap-usap pucuk kepala adiknya itu.
" Jadi dia akan tetap akan tinggal di sini?" tanya Citra yang pasti rela.
" Kamu anggap saja. Jika Reya tidak ada di rumah ini," sahut Sean.
" Jangan menyebut namanya kepalaku sakit. Hatiku semakin sakit mendengarnya," sahut Citra.
" Iya kakak minta maaf. Kakak tidak akan menyebut namanya lagi. Maafkan kakak ya," sahut Sean mengusap-usap rambut Citra.
Citra pun akhirnya duduk dengan wajahnya menghadap Sean yang mana wajah itu di banjiri air mata.
" Citra akan membiarkan dia tinggal di rumah ini. Tetapi Citra tidak akan membuatnya tidak betah tinggal di rumah ini dan berada di Jakarta. Dia akan menyesal dengan semua keputusan yang di ambilnya. Citra akan membuatnya menderita. Dia akan merasakan sakit hati Citra selama ini. Dia dan juga ibunya akan mendapatkan balasannya. Ibunya akan menderita melihat anaknya yang sengsara di tangan Citra," ucap Citra dengan matanya yang kosong dan hatinya penuh kemarahan membuat dirinya mempunyai dendam besar.
Sean hanya diam yang mendengar saja ungkapan isi hatinya. Namun belum menanggapi apa-apa dari perkataan adiknya itu.
" Kak Sean. Kakak akan mendukung Citra kan?" tanya Citra yang sangat membutuhkan kakaknha. Sean mengangguk saja. Sean rasa wajar jika Citra semarah itu dan hati Citra juga sedang tidak baik.
" Kakak janji?" tanya Citra
" Iya kakak janji. Kakak akan terus mendukung kamu dan apapun yang membuat kamu bahagia dan tidak akan menangis lagi," sahut Sean yang memang akan melakukan apapun demi adiknya.
Citra tersenyum merasa lega dengan Sean yang masih berpihak padanya. Citra pun langsung memeluk pinggang Sean bermanja dengan Sean. Sean hanya menghela napas dengan mengelus-elus rambut adiknya itu.
" Sekarang Citra yakin. Jika perasaan kak Sean sama dengan Citra yang mana kita berdua membenci wanita itu. Dulu Citra pikir kakak tidak akan melupakannya. Tetapi kenyataannya kakak bisa melupakannya dan juga membencinya," ucap Citra.
Sean hanya diam. Dia sendiri bahkan tidak tau apakah dia membenci Reya atau justru tidak bisa melupakan Reya sampai saat ini.
Namun Sean harus menyadari jika Reya adalah adiknya. Sedarah dengan papanya yang pasti mereka juga sedarah.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments