" Itu tidak mungkin. Jangan menyuruh kami untuk menerimanya. Sampai matipun wanita ini adalah adalah benalu dalam keluarga kita dan hal itu tidak akan pernah berubah. Dia pembawa sial, wanita sialan!" teriak Citra yang merendahkan Reya dengan menatap sinis Reya dan bahkan ingin maju lagi untuk menarik rambut Reya.
" Hentikan Citra!" bentak Argantara yang mencegah perbuatan Citra.
" Lihatlah. Papa begitu membelanya dan membentakku, hanya karena anak dari selingkuhan papa itu!" teriak Citra yang menunjuk Reya.
" Citra!" sentak Argantara yang ingin melayangkan tangannya pada wajah Citra. Namun langsung di cegah Sean dengan memegang tangan papanya itu.
" Jangan berani menampar adikku hanya karena membela dia," sahut Sean menegaskan dengan menatap tajam Reya.
Argantara dengan kemarahannya menurunkan tangannya dengan wajahnya yang merasa bersalah.
" Papa tidak akan seperti ini Sean. Jika Citra tidak bicara kelewatan dalam bicara," sahut Argantara dengan merendahkan suaranya. Sementara Reya hanya diam dengan menahan luka di hatinya.
" Papa benar-benar keterlaluan. Pokoknya Citra tidak akan setuju jika dia tinggal di rumah ini," sahut Citra yang sudah menangis.
" Ini adalah keputusan papa. Dan papa tidak mendengarkan pendapat yang lain," sahut Argantara.
" Keterlalua. Papa benar-benar keterlaluan. Jika papa tetap membawa dia kerumah ini. Maka Citra yang akan pergi dari rumah ini," ucap Citra memberikan ancaman.
" Citra," lirih Anggika.
" Citra capek mah, dan Citra tidak bisa melihatnya ada di sini. Wajahnya itu sangat membuat Citra terluka," ucap Citra menegaskan dengan berlalu kembali memasuki rumah.
" Lalu bagaimana dengan aku!" Reya mengeluarkan suaranya yang membuat langkah Citra terhenti dengan tangannya terkepal yang mana Reya berani bicara kepadanya. Citra membalikkan tubuhnya dan melihat ke arah Reya menatap tajam Reya.
" Apa aku tidak sakit saat melihat wajahmu. Apa cuma kamu yang terluka. Lalu apa aku tidak dan apa aku menginginkan semua ini," sahut Reya yang baru berani bicara.
" Kau mencari pembelaan dan merasa tersakiti. Hey, kau lihat apa yang terjadi. Keluargaku yang menjadi korban. Jika ibumu tidak kegatelan dan berselingkuh. Maka kejadian ini tidak akan terjadi," ucap Citra menekankan.
" Dan apa aku meminta semua itu," sahut Reya.
" Kau masih berani bicara," Citra yang naik pitam langsung mendekati Reya yang kelihatannya geram dengan Reya. Namun Argantara langsung berdiri di depan Reya mencegah sebelum Citra melukai Reya.
" Sudah cukup hentikan! Tidak ada yang biacara lagi. Hari ini papa menegaskan Reya akan tinggal bersama kita. Suka dan tidak suka kamu, Sean. Dia tetap tinggal di sini," tegas Argantara.
Citra hanya menunjukkan kebenciannya yang semakin besar kepada Reya, begitu juga dengan Sean yang seolah tidak bisa melakukan apa-apa. Namun dia tidak mungkin seperti Citra yang memaki Reya tanpa ampun.
" Biiiii!" Panggil Argantara yang mana bibi langsung datang.
" Iya tuan," sahut bibi.
" Bawa koper Reya dan tunjukkan kamarnya," perintah Argantara.
" Ba- baik tuan, mari nona Reya," ajak bibi yang terlebih dahulu membawa koper Reya.
" Ikuti bibi Reya!" titah Argantara. Reya hanya mengikut saja. Reya berjalan melewati Sean dan juga Citra yang di pastikan sangat membencinya.
" Papa keterlaluan," bentak Citra yang langsung pergi.
" Aku tidak percaya. Jika papa benar-benar sudah tidak peduli pada kami," sahut Sean yang terlihat kecewa dan juga meninggalkan tempat itu. Sekarang tinggal Argantara dan Anggika yang ada di depan saling melihat.
" Apa kamu puas mas. Membuat luka kembali pada anak-anak ku. Keterlaluan kamu mas," ucap Anggika dengan penuh kekecewaannya dan juga langsung pergi meninggalkan suaminya sendirian.
Argantara mengatur napasnya dengan mengusap kasar wajahnya
" Aku tau ini sulit kalian terima. Tetapi aku tidak punya pilihan. Aku tidak mungkin menyesal dengan melihat Reya mati di tangan Erina. Aku membawanya kemari untuk melindunginya," batin Argantara dengan wajahnya yang penuh dengan kesenduan.
***********
Setelah keributan tadi pagi dengan kehadiran Reya yang pasti membuat kekacauan. Sean jadi kepikiran dengan Citra. Kepikiran dengan sang adik membuatnya tidak konsentrasi dalam bekerja.
Sean takut jika Citra benar-benar nekat akan pergi dari rumah karena papanya yang tidak mengubah keputasannya untuk Reya untuk tidak tinggal bersama mereka.
Sean malah terlihat gelisah dalam pertemuan rapat di perusahaaan tersebut. Konsentrasinya benar-benar hilang dan bahkan bukan hanya Citra yang membayang di otaknya dengan penuh ketakutannya. Tetapi juga Reya.
Di mana Sean juga memikirkan Reya dan wajah Reya yang pertama kali di lihatnya setelah 5 tahun tidak di lihatnya. Yang bayangan wajah Reya, suara Reya bahkan air mata Reya melintas di otaknya. Sampai Sean tidak fokus dengan salah satu penghuni rapat yang menyampaikan pendapatnya sedari tadi.
" Pak Sean tanggapan bapak bagaimana?" tanya Pria itu melihat ke arah Sean. Namun Sean tetap diam bahkan terlihat tidak mendengarkan pertanyaan pria itu.
" Pak Sean!" tegur Pria itu lagi
" Sean ," tegur sekretarisnya Karin Sean langsung tersentak kaget dan pandangannya melihta ke depan.
" Iya, apa yang tadi kamu bahas?" tanya Sean yanh terlihat gugup dan jelas terlihat tidak fokus.
" Mereka meminta tanggapan mu. Apa kamu tidak mendengarkan sedari tadi dia menjelaskan," ucap sekretarisnya Sean dengan suara pelan.
Sean menghela napasnya panjang dan membuangnya perlahan ke depan, " Sorry, saya kurang fokus, kamu bisa ulang lagi prensentasinya," sahut Sean dengan memijat pangkal hidungnya.
Mau tidak mau Pria itu harus mengulang presentasinya. Dan Sean beberapa kali membuang napasnya kasar kedepan untuk menetralkan pikirannya
" Hhhhhh, tumben sekali dia terlihat tidak fokus. Apa dia ada masalah," batin Karin yang memperhatikan sikap Sean.
" Sean apa yang kau pikirkan. Kau hanya memikirkan Citra bukan Reya. Dia tidak ada dalam pikiran mu sama sekali," batin Sean yang membantah apa yang di pikirkannya sebelumnya. Dia menolak untuk memikirkan Reya yang padahal Reya sudah terpikir olehnya.
***********
Karena tidak ingin fokusnya terus hilang karena masalah Citra dan rasa khawatirnya pada Citra. Sean pun akhirnya memutuskan untuk kekampus Citra. Karena tadi mamanya mengatakan Citra kuliah setelah lama-lama bersedih di kamarnya. Mobilnya Sean sudah berhenti di depan kampus Citra. Sean melihat-lihat keberadaan Citra.
" Di mana Citra," batin Sean yang sedari tadi menelpon Citra.
Namun Citra tidak mengangkatnya sama sekali. Kepala Sean hanya berkeliling di dalam mobil mencari kesemua arah untuk mencari keberadaan Citra.
" Citra kenapa tidak mengangkat telpon kakak. Kamu tidak melakukan hal itu kan Citra. Kakak tau kamu begitu marah dan terluka. Tapi jangan membuat kakak panik. Masalah ini masih bisa di selesaikan Citra," ucap Sean yang terlihat gelisah.
Wajar dia gelisah. Karena sebelumnya adiknya itu tidak pernah seperti itu apa lagi mengancam-ngancam seperti itu. Jadi dia takut terjadi sesuatu pada Citra.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
peri_cinta
gak adil banget kalo cuma reya yang harus menderita Thor,coba bikin reya lepas saja dengan bapaknya bikin dia jadi wanita mandiri gak tergantung bapaknya..
2023-01-11
3