Tidak ada yang bicara satupun masih sama-sama diam yang tidak mengeluarkan suara apa-apa. Baik Reya dan juga Sean.
Flashback.
Perayaan ulang tahun bagi Reya adalah hari kebahagiannya yang paling terbesar, Dengan gaun cantik berwarna pink Reya kelihatan begitu cantik di kenakan nya dengan mahkota di kepalanya yang membuat Reya seperti seorang putri.
" Sayang apa Sean sudah datang?" tanya Erina yang berdiri di sampingnya.
" Belum mah," jawab Reya.
" Hmmm, ya sudah nanti kalau datang. Kamu kenalin sama papa kamu," ucap Erina.
" Iya ma, Reya kedepan sebentar. Reya tunggu kak Sean di sana saja," sahut Reya. Erina mengangguk dan Reya langsung berjalan menuju pintu utama.
Ternyata saat Reya sudah keluar bertepatan mobil Sean datang dan Sean turun dari mobil bersama wanita paruh baya dan gadis cantik seusianya.
" Kak Sean," Reya langsung menghampirinya.
" Reya," sahut Sean dengan tersenyum Anggika dan Citra sama-sama saling melihat dengan tersenyum.
" Mah, kenalin ini Reya. Reya ini mama aku dan ini adik aku," ucap Sean memperkenalkan 2 wanita yang di bawanya.
" Hallo Tante saya Reya," sahut Reya dengan sopan mengenalkan dirinya dengan mencium punggung tangan Anggika.
" Hallo Reya kamu cantik sekali," sahut Anggika memuji Reya.
" Tante bisa saja," sahut Reya malu-malu.
" Hay aku Citra," sahut Citra dengan ramahnya.
" Reya," sahut Reya tersenyum ramah.
" Hmmm, jadi ini pacarnya kak Sean," goda Citra menyenggol kakaknya itu.
" Bukan, kita tidak pacaran kok," sahut Reya yang panik dan langsung membantah.
" Sudah jangan malu-malu pacaran juga tidak apa-apa," sahut Citra menggoda Reya.
" Memang benar aku sama kak Sean hanya berteman yang kebetulan kak Sean guru les ku," jawab Reya berusaha untuk menjelaskan.
" Guru les cinta kali," sahut Citra menggoda.
" Sudah-sudah kamu ini ya Citra," sahut Anggika.
" Iya deh, mungkin belum pacaran. Tetapi calon pacar pastinya," sahut Citra lagi.
" Citra kamu ini ya," tegur Sean pada Citra.
" Ya sudah Tante, kak Sean, dan Citra. Mari masuk. Reya kenalkan dengan papa dan mama Reya," ucap Citra yang terlihat begitu gugup.
" Baik Citra," sahut Anggika.
Sean dan Reya saling melihat dengan tersenyum memiliki arti tersendiri yang mana mereka pun ikut masuk. Suasana pesta tampak begitu ramai sekali dab Citra melihat-lihat di mana orang tuanya berada dan akhirnya menemukannya di mana ke-2 orang tuanya berbicara dan terlihat memunggunginya.
Reya pun mengajak Citra, Anggika dan Sean pada orang tuanya dan tidak lama tepat berada di belakang ke-2 orang tuanya itu.
" Mah pah, kak Sean sudah datang," sahut Citra. Erina dan Pria yang berbicara di sampingnya sama-sama berbalik badan.
Dorrrr.
Bagai di sambar petir yang mana mereka sama-sama terkejut. Kecuali Reya yang terlihat santai dan tidak bereksperesi kaget seperti orang-orang di sekitarnya dengan debaran jantung yang hampir copot dengan mata yang melotot sampai ingin keluar.
" Pah, ini kak Sean yang Reya katakan kemarin," sahut Reya dengan senyumnya.
" Kamu bilang papa," sahut Citra yang begitu terkejut.
" Iya," sahut Reya.
" Pah, ada apa ini?" tanya Citra yang terlihat begitu schok dan mendengar Citra memanggil papa membuat Reya juga terkejut dengan penuh kebingungan.
" Mas apa semua ini?" tanya Anggika lagi dengan dadanya yang sesak di sana.
Flass back on.
Reya dan Sean masih saling melihat dengan ke-2 nya yang sama-sama masih terbayang. 5 tahun setelah kejadian itu mereka tidak pernah bertemu sekali pun dan ini yang pertama kalinya bagi mereka bertemu.
" Kak sudah selesai ayo!" Tiba-tiba Citra sudah selesai mengambil apa yang di butuhkannya dan langsung menghampiri kakaknya yang di depan pintu. Citra berdiri di samping kakaknya yang belum melihat ke depan. Citra heran melihat kakaknya dan Citra langsung melihat ke depan.
Citra lebih terkejut lagi melihat Reya yang nyata di depannya. 5 tahun lalu pertama kali melihat Wanita itu dan sekarang melihatnya lagi yang iya ketahui siapa wanita itu yang tak lain adalah anak dari istri yang di nikahi papanya dengan diam-diam.
" Kau!" lirih Citra dengan matanya yang melotot.
" Apa yang kau lakukan di sini. Wanita sialan!" umpat Citra yang langsung marah dan mendorong Reya sampai Reya terjatuh. Sean melihatnya juga terkejut dan ingin melangkah menolong Reya. Namun seakan kakinya tertahan oleh lem.
" Untuk apa kau ada di sini. Pergi kau dari sini. Berani sekali kau menginjakkan kaki di rumah kami," teriak Citra yang naik darah dengan mengusir Reya sambil menunjuk-nunjuk Reya.
Sean hanya diam dan hanya melihat bagaimana Reya yang terjatuh dan Citra bahkan sekarang menghampiri Reya yang menarik Reya ingin menyeret Reya keluar dari area rumahnya.
Keributan di luar membuat Argantara dan Anggika melihat ke pintu dan Argantara begitu terkejut melihat perbuatan Citra yang sangat tercela.
" Citra hentikan!" sentak Argantara membuat Citra kaget. Argantara langsung menghampiri Reya yang di seret Citra
" Apa yang kamu lakukan Citra?" tanya Argantara menepis tangan Citra dari tangan Reya dan bahkan membantu Reya untuk berdiri.
" Papa masih bertanya. Aku ingin mengusir wanita itu yang sudah berani menginjakkan kaki di rumah kita," sahut Citra dengan kemarahannya yang tidak terkendalikan.
" Apa yang kamu bicarakan. Siapa yang kamu usir. Kamu tidak berhak mengusir Reya dari rumah ini," tegas Argantara.
" Apa maksud papa?" tanya Citra yang merasa ada yang tidak beres.
Sementara Anggika hanya pasrah. Dia juga tidak percaya jika suaminya tetap membawa Reya ke rumah mereka.
" Papa sudah mengatakan kemarin bukan. Jika Reya akan ke Jakarta," sahut Argantara.
" Aku tau dia akan akan ke Jakarta. Tapi bukan tinggal di sini kan?" sahut Citra yang begitu cemas jika apa yang tmdi tebaknya menjadi kenyataan.
" Tetapi memang iya. Reya akan tinggal di sini. Mulai sekarang Reya akan tinggal bersama kita," sahut Argantara menegaskan membuat Citra terkejut sana dengan Sean.
" Apa yang papa bicarakan," sahut Sean mengeluarkan suaranya dinginnya yang sejak tadi dia tidak bicara sama sekali.
" Sudah jelas dengan apa yang papa katakan. Jika Reya akan tinggal bersama kita," tegas Argantara.
" Nggak. Aku tidak setuju," sahut Citra yang langsung protes, " mah, ini benarkan mah. Mama tidak mengijinkan wanita ini untuk tinggal bersama kita kan," sahut Citra yang memang tidak akan menerima kenyataan itu. Anggika tidak bisa berbicara apa-apa. Hanya diam yang melihat awal kekacauan dalam keluarganya.
" Papa tidak bisa membuat keputusan seperti itu," sahut Sean yang juga membantah dengan apa yang di katakan Argantara. Reya melihat ke arah Sean yang mana Sean tidak melihatnya sama sekali.
" Keputusan papa sudah bulat Sean," sahut Argantara.
" Pah, cukup! Apa papa tidak memikirkan perasaan mama. Apa papa tidak memikirkan Citra. Bagaiman mungkin papa membiarkan wanita yang dari se...." Sean bahkan tidak sanggup melanjutkan kalimatnya yang merendahkan ibu Reya.
Walau Kalimant itu tidak di lanjutkan Sean. Hal itu mampu membuat air mata Reya jatuh dan langsung di sekanya dan Sean berhasil melihat air mata itu.
" Sean, Citra. Tolong mengertilah. Papa sudah membicarakan semuanya. Jadi tolong terima Reya di rumah ini," sahut Argantara merendahkan suaranya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments