Citra memasuki kamarnya dengan duduk di pinggir ranjang dengan membuang beberapa kali napasnya kedepan karena masih merasa schok dengan marahnya kakaknya.
" Kak, Sean kenapa dia semarah itu. Apa aku aku kelewatan. Barra kan hanya bertamu. Lagian biasa juga teman-teman ku suka datang. Tapi kak Sean tidak pernah peduli dan sekarang semarah itu. Akhir-akhir ini dia juga membicarakan kuliah. Aku tau aku belum lulus. Tapi kan tidak mungkin. Aku belajar terus otakku juga bisa pecah," umpat Citra dengan matanya yang berkaca-kaca yang yang perasaannya terketuk seakan sedih dengan bentakan Sean kepadanya.
Mungkin juga karena suasana hatinya yang tidak bisa terkendelakin begitu saja.
Tok-tok-tok-tok.
Pintu kamar Citra di ketuk. Air matanya yang sempat jatuh langsung di hapusnya dengan cepat.
" Citra kamu sudah tidur," panggil Sean dari luar kamar Citra. Wajah Citra cemberut dengan air matanya kembali jatuh. Citra tidak menjawab pertanyaan Sean. Bukannya membuka pintu Citra malah membaringkan tubuhnya di ranjang, menarik selimut yang kelihatan begitu takut dengan Sean.
" Citra!" panggil Sean lagi. Citra tidak mendengarkannya dan menangis dalam ringkupan selimutnya.
Sean yang di luar kamar menurunkan napasnya perlahan kedepan dengan matanya yang menatap nanar. Sean sepertinya menyadari kesalahannya yang sudah membentak adiknya begitu saja.
" Mafakan kakak Citra. Kakak tidak bermaksud untuk marah padamu. Apa lagi membentakmu. Kakak hanya tidak ingin kamu salah pergaulan. Maafkan kakak ya," ucap Sean yang merasa bersalah pada Citra.
Namun tetap tidak ada sahutan dari dalam. Yang membuat Sean merasa bersalah lagi. Padahal Citra sudah tersenyum di dalam selimutnya mendengar jelas suara kakaknya yang meminta maaf padanya.
" Kamu istirahat ya mimpi yang indah. Kakak minta maaf sekali lagi," sahut Sean.
" Iya kak," jawab Citra pelan dengan tertawa kecil dan Sean juga sudah pergi dari depan kamar itu.
" Kak Sean sih galak-galak pada Citra. Ternyata lucu juga buat kak Sean merasa bersalah. Argggghhh beginu terus sampai pagi ah. Pengen lihat wajah kak Sean seperti apa," ucap Citra yang senyum-senyum sendiri yang mempunyai rencana di esok paginya.
**********
Pagi hari kembali tiba. Citra yang sudah selesai siap-siap di dalam kamarnya langsung keluar dari kamarnya yang bersamaan dengan Sean yang juga keluar dari kamarnya.
Mereka sama-sama berdiri di depan pintu dengan saling melihat. Namun Citra tidak menyapa heboh seperti biasanya dan Citra lebih memilih untuk pergi dan sepertinya Citra ingin menjalankan rencana konyolnya itu.
" Citra!" panggil Sean yang tidak di pedulikan Citra yang tanpaknha ngambek dengan Sean.
Citra menurini anak tangga yang di susul oleh Sean yang mana mereka sama-sama menuju meja makan untuk sarapan bersama.
" Pagi mah, pah," sapa Citra mencium mama dan papanya dengan tidak bersemangat.
" Pagi sayang," sahut Anggika.
" Kamu mau sarapan apa?" tanya Anggika.
" Aku mau nasi goreng," jawab Citra.
" Sean tolong ambilkan sekalian punya adik kamu!" titah Anggika yang kebetulan Sean menyebdokka nasi goreng ke piringnya.
" Aku mau roti aja," sahut Citra yang langsung mengambil setangkap roti. Namun Sean hanya bisa menghela napas yang tau jika Citra pasti masih marah kepadanya.
Citra mengambil botol selai Nutella untuk tambahan rotinya. Namun Citra kesulitan membuka tutupnya. Namanya juga Citra tidak pernah membuka tutup botol itu.
" Sini," sahut Sean yang ingin membantu Citra. Karena biasanya dia yang melakukannya.
" Pah, tolong bantu," ucap Citra memberikan pada papanya yang tidak mempedulikan tangan Sean yang sudah ingin membantunya.
" Baik Citra," sahut Argantara yang langsung meraihnya.
" Pah, Citra nanti antarkan kuliah ya bolehkan?" tanya Citra yang memang sangat menghindari Sean.
" Kenapa papa, biasanya sama kakak," sahut Argantara heran.
" Citra mau sama papa, lagian Citra juga pengen di antar sama papa, sekali-kali kan tidak ada salahnya," sahut Citra dengan santai.
" Ya sudah antar aja pah," sahut Anggika.
" Baiklah, papa akan antar kamu. Kalau perlu sampai kedepan pintu kelas kamu," sahut Damian. Citra tersenyum tipis mendengarnya.
Namun Sean hanya bisa diam yang tidak bisa berbuat apa-apa. Ngambeknya Citra sudah melewati level tinggi sampai tidak menegur Sean dan bahkan sangat menghindari Sean.
" Sean kamu kenapa?" tanya Anggika.
" Tidak mah, Sean yang harus bertanya. Apakah adikku ini masih marah kepadaku," sahut Sean melihat ke arah Citra dan Citra terlihat acuh.
" Kalian bertengkar?" tanya Anggika panik.
" Kak Sean menyebalkan masa iya dia memarahi Citra di depan teman Citra," sahut Citra yang langsung mencari pembelaan.
" Tidak di depan temanku. Tapi saat teman kamu sudah pergi," sahut Sean meralat kata-kata Citra.
" Sama saja," sahut Citra kesal.
" Tidak sama saja Citra," sahut Sean.
" Sudah-sudah. Kalian ini kenapa bertengkar. Padahal hanya masalah spele saja. Sudah jangan bertengkar lagi," sahut Anggika pusing.
" Aku sudah minta maaf mah. Tetapi Citra masih diam saja," sahut Sean.
" Citra!" tegur Anggika.
" Iya Citra maafin. Tapi jangan gitu lagi sama Citra," sahut Citra.
" Kamu juga jangan membuat kakak kesal lagi. Kalau di suruh istirahat maka istirahat. Jangan banyak alasan," sahut Sean yang mengingatkan adiknya itu lagi.
" Iya kak Sean," sahut Citra mengangguk-angguk.
" Sudah-sudah. Berarti tidak ada yang bertengkar lagi. Sekarang lanjutkan sarapannya," sahut Argantara.
" Jadi bagaimana kamu mau di antar papa atau kakak?" tanya Argantara.
" Kak Sean ajalah," sahut Citra dengan mudahnya mengubah keputusannya. Hal itu membuat Sean tersenyum dan Anggika hanya geleng-geleng saja. Hanya ke-2 anaknya itu yang membuatnya bertahan selama ini dan pasti ke-2 anaknya yang membuatnya bisa melupakan masa lalu.
************
Setelah selesai sarapan Sean dan Citra menuju pintu untuk keluar dari rumah.
" Astaga kak Citra kelupaan sesuatu," sahut Citra menepuk jidatnya.
" Kamu ini ya, benar-benar sangat ceroboh," sahut Sean.
" Maaf kak," sahut Citra dengan senyum tanpa dosa.
" Ya sudah sana buruan ambil kakak tunggu di mobil," sahut Sean. Citra mengangguk dan langsung pergi berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Sean hanya geleng-geleng dan melanjutkan langkahnya menuju pintu dan membuka pintu rumah. Saat membuka pintu rumah betapa terkejutnya Sean saat melihat wanita yang berdiri di depannya menggunaka dress putih sepahanya dengan lengan pendek bermotif turun.
Wanita itu tak lain adalah Reya dan Reya kelihatannya ingin menekan bel rumah dan belum sempat di tekan sudah terbuka pintu itu dan lebih mengejutkan yang melihat Sean yang membuka pintu.
Keduanya diam di tempat dengan mata yang saling melihat yang pasti ada getaran jantung yang berdebar kencang di antara ke-2nya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
Dewi Sagita Dewi
Sean sama reya tidak salah untuk jatuh cinta karena kalian tidak sedarah
2023-02-26
2